03

3.5K 164 21
                                    

Typonya⚠️

___________________

Pagi itu mentari masih malu menunjukkan cahaya nya. Beberapa mobil datang memenuhi pelataran Mansion. Para bodyguard berjejer menghalau media yang hendak meliput ke dalam.

Faro, pria itu duduk disisi ranjang sembari terus memandangi foto istrinya. Mata pria itu memerah karena menahan sesuatu yang ingin keluar dari dalam sana.

Faro sekuat tenaga menahan air matanya hingga kerongkongannya terasa kering. Pria itu bangkit dan berjalan lunglai menuju ruangan yang tepat berada di seberang kamarnya ini.

Faro membuka pintunya perlahan, bau boneka baru itu masih semerbak menyapa. Faro memantapkan langkahnya untuk masuk, menyalakan saklar dan mengamati setiap boneka panda yang tersusun rapi itu.


"Kamu sering menghabiskan waktu dengan semua boneka mu, sekarang lihat mereka yang bahkan merindukan pelukan mu." monolog Faro.

Ceklek!

Suara handle pintu diraih seseorang dari luar, dia Antonio. Antonio berjalan menuju putranya, memegang pelan pundak putranya yang bergetar itu.

"Gio .." Faro menoleh perlahan, menatap ayahnya dengan tatapan yang sangat menyakitkan.

Antonio memeluk putranya sembari menepuk pelan punggung Faro berharap sang empu lebih tenang.

"Semua akan baik-baik saja, kematian Aylin bukan lah akhir dari kehidupan mu." ujar pria paruh baya itu.

"Selain Galan, perusahaan juga membutuhkan mu. Jangan terus terpuruk dengan keadaan." Antonio mengajak anaknya turun  untuk mengantarkan peti mati Aylin menuju pusara nya.


Singkat cerita, meski kondisinya belum sembuh sepenuhnya pasca kecelakaan, Faro sekuat tenaga mengulur tali itu membiarkan Aylin beristirahat dengan tenang. Kemudian beberapa orang membantu menimbun nya dengan tanah hingga tak terlihat lagi. Faro tak bisa melihat sosok istrinya itu lagi mulai saat itu.

Faro berlutut, hanya bisa mengelus nisan yang tertera nama istrinya. Tak ada satupun orang yang tega melihat kondisi Faro saat itu.

Sepulangnya dari pemakaman, Faro tak langsung pulang, melainkan menghampiri putranya Galan di rumah sakit. Faro duduk disamping brangkar. Tak bisa dipungkiri jika melihat Galan, Faro selalu teringat pada Aylin.

Flashback on

"Gimana ya Mas, kalau aku gak bisa ada terus buat kamu sama Galan?" monolog Aylin membuat Faro seketika menginjak rem secara mendadak.

Flashback off

Ingatan itu seolah berputar seperti kaset rusak yang terus terulang dipikiran Faro. Faro mengusap puncak kepala bocah itu.

"Akan Papa pastikan, kamu tidak akan pernah kekurangan sesuatu apapun."

________________

Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Galan diperbolehkan pulang. Namun sikapnya mulai aneh, sesampainya di Mansion Faro, Galan tidak mau diam di dalam kamarnya. Dirinya terus merengek untuk menuju ruang tengah di mana terpampang foto Aylin dengan karangan bunga yang menghiasi figura itu.

a NEW SHEET for the COLD CEO (END)Where stories live. Discover now