39

803 38 8
                                    

Typo⚠️

------------------

Suara dentuman musik bergema di seluruh ruangan. Bahkan, lampu berwarna ungu itu menyorot kesana-kemari menjadi penerang di tempat gelap itu. Semua orang menari dengan segelas bir di tangan mereka. Mereka begitu menikmati suasana klub malam itu, begitupun dengan pria yang sudah menghabiskan hampir sepuluh gelas wine disana.

Pria ini meneguk sisa wine digelasnya yang ke sepuluh. Saat menyadari minumannya habis, pria itu mengetuk meja bar untuk mengisyaratkan pada bartender agar mengisi gelasnya dengan wine yang baru.

"Dosa apa yang ku lakukan hingga semesta mempermainkan ku," gumam Faro.

----------------------------------

Mira dan Raka berjalan menuju balkon lantai dua. Angin sepoi-sepoi menerbangkan helaian anak rambut gadis itu. Raka mendengar suara helaan nafas yang keluar dari mulut gadis itu.

"Capek kah?" tanya Raka dengan menyandarkan dirinya di pagar balkon itu. Mira menggeleng seraya tersenyum.

"Saya senang, karena Kakek mau memaafkan kejadian itu." Raka mengangguk mengiyakan.

"Pak, boleh saya memberi saran?" tanya gadis itu.

"Tentu."

"Daripada berbohong tentang hubungan kita, kenapa tidak mencoba untuk mencari seseorang yang bisa menjalin hubungan yang serius dengan Pak Raka?"

"Maksud saya adalah, menyelesaikan kebohongan dengan kebohongan baru tidak akan mengakhiri dramanya .. saya hanya tidak mau membuat Kakek kecewa lagi." jelas Mira. Raka tak bergeming, pria itu hanya nenyimak dari tadi.

"Menggantikanmu dengan orang lain saat Kakek sudah memilihmu, apa itu tidak akan membuat dia kecewa?" ucap Raka. Keduanya saling melempar tatap. Mira mencoba mencerna kalimat yang menjadi jawaban Raka saat itu.

"Saya antar kamu pulang," pungkas Raka kemudian berjalan mendahului Mira.

------------------------------

Sepulangnya dari apartemen Mira, Raka langsung memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya. security rumahnya juga hendak menutup pagar rumah itu. Saat Raka akan masuk kedalam rumahnya, security itu memanggil Raka.

"Kenapa pak Yatno?" tanya Raka.

"Itu Pak, di depan ada Pak Gio." kening Raka berkerut, semalam ini? Akhirnya Raka mengurungkan niatnya untuk masuk dan memilih menemui Faro yang tengah bersandar pada mobilnya.

"Ngapain?" tanya Raka. alih-alih menjawab, Faro malah tersenyum.

"Bisa kasih Mira buat gue?" tanya Faro.

"Gak!" mutlak Raka.

"Apa yang buat lo suka sama Mira? Sejak awal dia punya gue Ka." Ucap Faro berhasil membuat rahang Raka mengeras.

"Shh! Gue gak ada waktu buat debatin hal sepele ini sama lo Gio, mending lo pulang .. gue capek pengen istirahat." Jelas Raka. Faro tersenyum kemudian berdiri sempoyongan.

"Kalau lo serius sama dia, titip ya. Kalau lo sakitin dia, gue gak akan mengalah untuk yang kedua kali." Ujar Faro, kemudian pergi dari sana.

-------------------------

Pak NGE

"Besok temenin saya nganterin Galan ke sekolah."
18.45

Setelah membaca chat itu, Mira langsung melempar asal handphone nya. Gadis itu menahan senyumnya.

"Tunggu! Gue salting?" Mira melihat pantulan wajahnya di kaca. Kemudian menggeleng kuat dan menutup wajahnya.

"Gak! Ini udah gak bener, gue harus profesional, gue gak boleh jatuh cinta sama Pak Faro." Monolog nya.

"Mir, Ayo makan! Ayah udah nunggu di bawah." panggil Sena yang memang kala itu berada di apartemen Mira.

"Wuaahhh .. enak nih!" ucap Mira exited melihat makanan yang terjajar rapi di meja makan itu.

"Ayah yang masak semuanya?" tanya gadis itu pada ayahnya yang sibuk menghidangkan makanan dengan senyuman yang tetap mengembang.

"Bukan Ayah, tapi Sena" ucapnya. Mira langsung mengalihkan atensinya pada Sena yang benar saja, lelaki itu masih menggunakan celemek masaknya.

"Wahgilaseh .. lo pinter masak juga ya," puji Mira.

"Gue dari kecil udah tinggal sama Ibu, jadi gue belajar banyak dari dia." jelas Sena. Mira mengangguk dan langsung mencoba masakan kakaknya itu.

"Gimana?" tanya Sena.

"Aghh! Ini enak banget gila!!" ucapnya membuat kedua pria itu tersenyum.

Hampir tiga puluh menit mereka menghabiskan waktu untuk makan malam bersama. kini perut gadis itu begah karena diisi oleh makanan enak buatan Sena.

"Kalau gini caranya, gue bakal gendut." Keluhnya seraya mengelus perutnya yang buncit. Sena terkekeh ringan begitupun sang ayah.

"Ayah sangat bersyukur kita bisa berkumpul kembali, meski tanpa kehadiran Ibu kalian." ucapnya dengan nada lirih.

"Ah Ayah .. jangan gitu, Ibu udah bahagia di sana, di sini Ayah masih punya Mira sama Sena." ucap Mira sembari memeluk sang ayah.

"Ngomong-ngomong, bagaimana hubungan kamu dengan Nara?" tanya sang ayah membuat Sena menghentikan aktivitasnya. Mira yang peka akan situasi pun bertindak untuk mengalihkan topik.

"Ayah .. jangan bahas dia lagi ya, Nara terlalu baik untuk menjadi menantu Ayah." Sarkas Mira yang kembali memeluk ayahnya.

TING! *suara bel apartemen berbunyi.

"Biar Sena yang buka," Sena melepas celemek yang ia kenakan dan berjalan menuju pintu utama untuk mengecek siapa itu.

CEKLEK

"Sen!"

----------------------------

Spoiler chap 40

Membuka dan mengingat kembali memori lama itu benar-benar butuh keberanian. Berani agar tidak menangis, dan berani agar tidak tersenyum lalu terbawa perasaan "Ingin untuk mengulang." Padahal, semesta jelas-jelas tidak akan mengizinkan, sekalipun kamu mengemis kesempatan.

----------------------

Eh anjjjaay udah part 39 aja bentar lagi 40 nih. Rajin bet author.
Vote dong guys hehehe bantu ramein yok
Semoga dilimpahkan pahala bagi yang ngeramein Aamiin🤲♥️










a NEW SHEET for the COLD CEO (END)Where stories live. Discover now