34

858 46 22
                                    

Typonya cuy

---------------------

Jam menunjukkan pukul 23.45 tengah malam.  Ketika tidurnya terlelap, benda pipih di atas nakas itu berbunyi. Dapat dilihat, tertera nama Pak NGE.

Tidur gadis itu terganggu, tangannya meraba kesana-kemari mencari keberadaan ponsel miliknya. Dengan mata yang setengah terbuka, Mira mengangkat telepon itu.

"Halo?" ucapnnya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Saya butuh kamu, Mir."

Aneh, Mira menatap ponselnya sendiri.

"T-tapi___"


BRAAK!

Suara itu terdengar dari seberang, Mira terkejut dan beberapa kali mengecek ponselnya.

"Pak Faro??" telepon itu masih tersambung, namun tak ada suara setelahnya.

Mira bangun dan mengambil outer rajut di dalam lemarinya. Ia berlari mencari taxi. Mira benar-benar hanya mengenakan piyama dan outer rajut, sandal selop, juga rambut yang masih dicepol asal.

20 menit perjalanan.

Mira sampai dan melihat seisi Mansion yang sudah gelap. Mira menuju kamar Galan dan kamar utama di mana Faro tidur namun, Mira tak menemukan keberadaan Faro.

Mira lari ke basement tempat biasa Faro bermain billiard. Mira menyipitkan pandangannya karena penerangan di ruangan ini cukup minim, hanya dari lampu kecil bewarna kuning.

"Pak?" panggil Mira. Gadis itu meneliti setiap sudut. Banyak botol alkohol dan bekas putung rokok di sana. Dia juga menemukan Faro yang tergeletak dengan penampilan acak-acakan. kemeja yang sudah terbuka kancingnya. Mira mendengus kesal. 

"Pak, bangun. " Ujar Mira seraya menepuk pelan pipi sang empu. Faro tersadar, matanya sayu karena pengaruh alkohol.

"Eungh ..." Mira spontan menutup hidungnya karena bau alkohol yang sangat menyengat. 

"Pak Faro udah tua, udah bukan waktunya buat kaya gini!" ujar Mira sembari mencengkeram kerah baju sang empu. badan yang sempoyongan itu tak mampu menahan goncangan dari tangan Mira. hampir saja Badan Faro terhuyung ke arah gadis itu, tapi sebelum itu Mira dengan sigap menahannya. 

Kini jarak keduanya sangat dekat, bahkan Mira dapat merasakan hembusan nafas hangat pria ini. Keduanya saling melempar tatap, Faro dengan mata sayunya dan Mira dengan mata terkejutnya. semakin detik jaraknya makin terkikis, hingga Mira mengira Faro akan menciumnya. Dengan sekuat tenaga, Mira mendorong Faro hingga badannya terhuyung ke belakang.

BRUK!

"Uhuk! Uhuk!" Mira membola, dirinya tak sengaja melukai Faro.

"P-pak? Pak Faro, gak pa-pa?" Faro hanya menatap gadis itu tanpa arti, mungkin dalam hatinya Faro berkata. 

"Udah tau jatuh masih nanya."

Mira cepat-cepat membopong tubuh Faro menuju kamarnya. Bayangkan saja, perbandingan tubuh Mira dengan tubuh  duda anak satu itu. Bahkan diumurnya yang menginjak tiga puluh lima tahun, badannya masih kekar berisi.

"I-ini Mansion gede doang, gak ada lift-nya." Keluh Mira tersenggal akibat terlalu berat.

Sesampainya di kamar Faro, Mira langsung merebahkan tubuh pria itu diatas ranjangnya. Ia melepas kedua kaos kaki yang dikenakan Faro. Mira membuka lemari untuk mencari baju santai yang biasa Faro kenakan. Gadis itu melepas kemeja yang dikenakan pria ini, kemudian berniat menggantinya dengan baju yang sudah ia temukan. 

a NEW SHEET for the COLD CEO (END)Where stories live. Discover now