25

1K 56 7
                                    

Typo⚠️💃

__________________

"Mana sih dia?" Tanya Mira yang celingukan mencari keberadaan mobil Raka.

"Yaudah sabar .. lo gue turunin sini ya?"

Seketika Mira menatap Yara.

"Wah .. parah banget lu, temen sendiri di tinggal dipinggir jalan sendirian .. lu kira gue cewe apaan?" Ucapnya mendramatisir.

Yara menepuk jidatnya pelan.

"Mir .. please! Kalau dia tau gue kirim orang lain dan bukan gue, lo mau kontrak kita batal?"

"Ya .. udah sih iyaa"

Mira bergegas turun. Seperti biasa dirinya mengenakan pakaian yang norak agar 'si om' itu ilfeel padanya.

Yara melajukan mobilnya menuju tempat persembunyiannya sampai orang itu datang menjemput Mira pergi.

"Maafin gue Mir .. cuma lo satu-satunya sahabat gue yang bisa di andelin" monolog Yara pelan sembari melihat Mira dari kejauhan.

Tak lama mobil hitan itu datang dan membunyikan klakson untuk men-notice Mira yang berdiri celingukan.

Melihat Raka datang, Mira tersenyum dan melambaikan tangannya. Setelah mendapat aba-aba masuk dari Raka, Mira kemudian mengangguk dan berjalan masuk kedalam mobil itu.

Mobil Raka melaju cepat menuju sebuah butik dengan interior bangunan yang mewah. Dapat dipastikan harga barang didalamnya tidak kaleng-kaleng.

"Kita kesini?" Tanya Mira.

Raka tidak menjawab namun langsung membukakan pintu mobil untuk Mira. Tanpa aba-aba pun Raka menarik pergelangan tangan Mira untuk masuk kedalam.

Mereka disambut oleh beberapa pegawai wanita yang berpakaian rapi dengan rok sebatas lutut.

"Selamat datang pak Raka" ucap salah satunya.

"Ada yang bisa kami bantu?"

"Saya mau cari dress untuk dia" ucap Raka, sedangkan Mira malah cengo sembari menunjuk dirinya sendiri.

Mereka pun membawa Mira untuk mencoba beberapa dress kepunyaan butik mereka. Sedangkan Raka tengah duduk sembari menunggu Mira dengan beberapa dressnya.

Beberapa kali Mira tampil didepan Raka sembari menunjukkan dressnya, namun tak satupun cocok menurut Raka. Akhirnya pihak butik mengeluarkan dress yang best seller di butik mereka.

Dress itu bewarna putih tulang yang bentuknya sangat bagus jika dipakai Mira. Potongan kainnya mampu membentuk body Mira.

Sesaat kemudian Raka mengeluarkan black card nya untuk membayar.

"Saya mau dia perfect hari ini" pinta Raka dan diangguki dengan senang hati oleh pegawai butik.

Empat puluh menit menunggu, akhirnya Mira dibawa kehadapan Raka. Pandangan itu tak kunjung lepas. Raka tetap menatap lekat Mira membuat sang empu sedikit kurang nyaman.

"Sudah selesai pak" ucap pegawai itu.

"Ah .. ya, terimakasih" kemudian keduanya pergi meninggalkan butik itu.

"Pak .. sebenarnya kita mau kemana? Kenaoa saya harus berpenampilan seperti ini?"

"Bertemu kakek saya"

Seketika itu Mira membulatkan matanya.

"K-kakek??"

Raka sedikit menyungingkan senyumnya. Sedangkan dalam hati Mira sudah dag dig dug seperti jantungnya hendak pindah ke leher.

a NEW SHEET for the COLD CEO (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant