"Beneran ya. Nanti habis makan ajarin gue naik motor." Tukas Luna semangat.

Gadis itu lantas melangkah menuju washtafel, mencuci piring dan barang-barang kotor lainnya.

Sementara itu, dari tempatnya Joano menatap Luna dengan perasaan aneh. Tidak biasanya gadis itu sesenang ini. Iya, Joano juga ikut senang melihat Luna bisa tersenyum seperti sedia kala, tapi entah mengapa Joano merasa senyum itu tidak tulus dan seperti dibuat-buat.
Sepersekian detik Joano menyadarkan dirinya bahwa apa yang ia pikirkan itu salah.

Tentu saja Luna belum bisa tersenyum sepenuhnya mengingat apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini, bagaimanapun kejadian itu cukup mengguncang mental, jadi bersikap seperti biasa juga membutuhkan waktu yang lumayan panjang. Dan Luna sedang mengusahakan itu.

Seperti janjinya, Joano pun mengajari Luna untuk belajar naik sepeda motor. Memberitahu fungsi gas, lampu sein, speedometer dan lain sebagainya.
Cukup tiga hari bagi Luna untuk menguasai sepeda motor dengan benar dan lancar.

"Lun, main lagi yuk!"

Luna memasang standar lalu melepas helmnya. Di sana ia melihat Joano sedang membuat pola sunda manda di atas paving.

"Yang kalah bikinin mi instan dan nggak boleh makan." Tantang Luna. Gadis itu melangkah lebar-lebar ke arah Joano.

"Setuju!" Seru Joano sepakat.

Permainan dimulai, babak pertama dimenangkan oleh Joano.
Mereka suwit kembali, permainan pertama di babak kedua lantas diambil alih oleh Luna. Tidak perlu waktu lama bagi gadis itu untuk membalikkan keadaan. Permainan semakin seru, apalagi koin yang mereka lempar sering melesat melewati garis.

Lima belas menit berlalu, sampai pada akhirnya Luna harus menerima kenyataan bahwa ia kalah dalam permainan. Joano bersorak, sementara Luna hanya mengerucutkan bibirnya.

"Yang enak ya, kuahnya jangan banyak-banyak." Ucap Joano sambil menyungging sudut bibirnya.

"Iya, bawel!" Seru Luna sambil melenggang masuk ke dalam rumah.

Mie instan sesuai permintaan Joano telah dibuat, aroma yang menguar di udara ikut membuat perut Luna keroncongan. Akan tetapi, perjanjian tetaplah perjanjian apalagi yang membuat kesepakatan itu adalah dirinya sendiri, jadi se-kepingin apapun Luna, ia harus menahannya.

"Lo beneran nggak boleh makan!" Tukas Joano memperingati.

Luna mendesis. "IYA!"

Joano mengaduk dan mengangkat mie itu ke udara lantas meniup uapnya keras-keras supaya Luna tergoda akan aromanya.

Berhasil. Luna semakin jengkel akan tingkah Joano.

"Cepet abisin ya anak baik." Tutur Luna sambil senyum terpaksa.

Joano meringis, ia lantas melahap habis makanannya. Sebelumnya Luna beberapa kali ingin mengambil makanan Joano, namun segera di tahan lelaki itu, karena menurutnya aturan tetaplah aturan.

"Karena suasana hati gue lagi bagus, sekarang gue yang bikinin lo mie instan." Kata Joano setelah ia mencapai pada suasana terakhir.

Mata Luna berbinar-binar. "Jadi gue boleh ikut makan? Kenapa nggak bilang dari tadi? Kan gue bisa bikin dua."

"Nggak bisa! Aturan tetep aturan!" Tegas Joano sambil melangkah ke depan kompor.

Luna tersenyum tipis. "Padahal sama aja."

"Beda!"

"Iya beda." Jawab Luna menurut.

Makanan siap disantap. Senyum merekah terus terpancar di wajah Luna karena semangkuk mie instan di hadapannya.

Sunda Manda [COMPLETED]Where stories live. Discover now