34. Di Tunda

2.2K 246 46
                                    

Cup..

Cup...

Neisha mencium kedua pipi Protagonis wanita, membujuk wanita itu agar tidak marah.

"Mukanya jangan asem banget gitu napa, Nanti kita ketemu lagi, oke?" Ucap Neisha sambil tersenyum tak berdaya.

Protagonis wanita tersenyum tipis dan tidak bicara, dia merasa tidak senang. Dia kesal dan tidak bahagia, Ileana ingin Neisha tidak pergi dan tetap bersamanya.

Melihat wajah protagonis wanita yang masih tidak enak di pandang, Neisha menghela nafas. Wanita ini sangat sulit untuk di bujuk pikirnya.

Karena dia sedang terburu-buru, Neisha tidak membujuk Ileana lebih lama lagi. Neisha meraih tasnya lalu mengecup bibir cemberut protagonis wanita.

"Aku pergi" Pamit Neisha

Setelah berpamitan, Neisha berjalan menuju pintu, keluar dari apartemen protagonis wanita.

Dari awal sampai akhir, Ileana tidak berbicara dan wajahnya sangat masam, tidak enak di pandang. Dia tau bahwa dia bersikap kekanak-kanakan dan tidak bijaksana, namun dia tidak tahan jika harus berpisah dengan Neisha.

Terlebih lagi mereka belum melakukan apapun!, hal paling intim yang mereka lakukan adalah berciuman. Melihat Neisha menghilang dari balik pintu, hati Ileana seketika menjadi kosong.

Beberapa menit yang lalu, saat Ileana dan Neisha hampir berhubungan seks. Handphone Neisha tiba-tiba berdering, Neisha tidak langsung menjawab telepon tersebut, keduanya melanjutkan aktivitas mesra mereka.

Namun Handphone Neisha terus berdering, Ileana yang merasa terganggu menyuruh Neisha untuk menjawabnya. Dengan ragu-ragu, Neisha meraih Handphonenya dan menjawab telepon itu, ternyata yang meneleponnya adalah asistennya, bintang.

Bintang mengatakan bahwa terjadi sesuatu pada salah satu proyek besar yang dia ambil alih oleh perusahaannya, mendengar berita tersebut hati Neisha seketika sakit.

Dia bisa membayangkan seberapa banyak uangnya hilang, tidak mau menanggung kerugian yang besar. Neisha meminta bintang untuk memeriksa secara detail mengenai proyek yang bermasalah itu, sedangkan dirinya sendiri bersiap untuk kembali ke negara N.

Melihat Neisha akan pergi, wajah protagonis wanita seketika menjadi sangat dingin dan tidak senang. Mengetahui bahwa Ileana marah karena keputusan impulsif-nya, Neisha membujuk protagonis wanita dengan lembut.

Mencoba meredakan amarah wanita itu, namun protagonis wanita merupakan wanita yang sulit untuk di bujuk. Untuk Neisha yang hampir tidak pernah membujuk seseorang, dia merasa tidak berdaya dan kewalahan dengan sikap keras protagonis wanita.

Karena dia sedang terburu-buru, Neisha mengeraskan hatinya memilih untuk meninggalkan Ileana demi proyek senilai miliaran rupiah. Melihat Neisha pergi meninggalkannya, Ileana semakin marah.

Mata birunya menatap dingin pintu apartemennya, rahang protagonis wanita terlihat mengeras dan nafasnya terdengar agak berantakan. Dengan wajah dingin, Ileana meraih vas bunga di meja kecil di sampingnya, lalu melemparnya ke dinding, melampiaskan amarahnya yang menumpuk di dadanya.

Kepalanya penuh dengan pikiran negatif yang membuatnya tidak bisa berpikir jernih dan bersikap lebih bijaksana, Ileana sangat tidak puas keputusannya Neisha meninggalkannya.

Dia ingin di prioritaskan, namun Ileana terlalu gengsi untuk mengatakannya secara lugas dan jelas pada Neisha. Protagonis wanita melirik ke arah jendela, mata birunya sedingin es sedikit memerah dan berair. Bulu matanya yang lentik dan panjang bergetar, sebisa mungkin Ileana menahan air matanya agar jatuh.

Kakak Ipar? Onde as histórias ganham vida. Descobre agora