4. Bicara dengan kakek

1.6K 178 0
                                    

Sambil menguap Neisha keluar dari kamarnya, matanya sedikit bengkak karena terlalu sering tidur. Jangan salahkan dia yang sering mengantuk, salahkan saja kasurnya yang terlalu nyaman.

Rambutnya masih terlihat basah, gadis itu baru saja selesai mandi. Pakaiannya sudah di ganti, tadinya dia masih menggunakan piyama beruang yang dia pakai semalam sekarang pakaiannya sudah dia ganti.

Gadis itu mengenakan baju lengan pendek berwarna biru laut, dengan celana pendek di atas lutut. Pakaiannya sangat santai dan nyaman, sedangkan sandalnya dia menggunakan sandal yang lebih dewasa dari sebelumnya.

Tidak berbentuk hewan, hanya sandal biasa tanpa motif dan berwarna hitam. Walau terlihat biasa saja, dari bahannya saja sudah terlihat jika sandal yang ia pakai tidaklah murah.

Bukan sandal yang harganya belasan atau puluhan ribu, mungkin harganya ratusan ribu.

Sambil mengenggam ponselnya, Neisha menuruni tangga. Kamarnya berada di lantai dua, berhadapan langsung dengan taman. Dari jendela kamarnya dia bisa melihat kakek dan temannya sedang bermain catur di taman, tapi dia tidak tertarik untuk mengintip kesenangan kakeknya.

Dia lapar dan butuh sesuatu untuk di makan, jadi dia keluar dari kamar tanpa mengeringkan rambutnya dengan benar hanya mengerikan sedikit rambutnya dengan handuk agar air rambutnya tidak membasahi bajunya.

Bermodalkan ingatan pemilik asli tubuhnya, Neisha mencari dapur Mansion. Sesampainya di dapur, para koki sedang sibuk memasak untuk makan malam.

Mendengar pintu dapur terbuka, para koki menoleh dan melihat Neisha masuk ke dapur. Kepala koki menghampiri Neisha, menanyakan niat kedatangan gadis itu ke dapur.

"Nona Neisha, ada yang bisa saya bantu?" Tanya kepala koki.

Neisha mengangguk kecil.

"Aku lapar, Tolong buatin sesuatu" Jawab Neisha dengan ekspresi serius, seakan-akan itu adalah masalah besar.

Tentu saja rasa laparnya adalah masalah yang besar bagi Neisha, jika dia lapar dia tidak bisa berpikir dengan jernih dan gelisah.

"Nona mau makan apa?" Tanya kepala koki sambil tersenyum lembut.

Matanya tersirat kasih sayang yang dalam pada Neisha, sejenis kasih sayang anak dan orang tua. Di masalalu, hubungan Neisha dan kepala koki bisa di katakan dekat, dulu Neisha kecil dengan kaki pendek dan kecilnya dia sering berkunjung ke dapur dengan rasa penasaran di matanya.

Dengan suara susu dan bahasa yang agak sulit di mengerti, Neisha kecil bertanya berbagai macam hal pada kepala koki dengan antusias bahkan belajar memasak untuk menyenangkan kakeknya, Tentu saja hasilnya sangat buruk, tidak indah namun rasanya tidak seburuk tampilannya.

Kegembiraan dan kebahagiaan menggema di dapur saat itu, Kepala koki tersenyum dalam diam mengingat kenangan manis di masalalu saat kesedihan belum menodai hidup Neisha dan belum melukai jiwanya dengan kenyataan pahit juga kejam.

"Aku mau makan ayam goreng krispi, em cumi goreng juga kayaknya enak terus kentang goreng juga." Jawab Neisha.

Kepala koki mengangguk dan mengisyaratkan koki lain untuk memasak makanan yang di inginkan Neisha.

"Terimakasih, tolong bawa ke kamar saya makanannya" Ujar Neisha lalu pergi keluar dari dapur.

Dia tidak ingin terlalu lama berada di dapur, aroma harum dari makanan makin membuatnya lapar dan tidak sabaran. Jujur saja, tangannya sudah gatal untuk mengambil makanan yang sedang di masak untuk mencicipi nya.

Tapi dia menahannya, sangat tidak etis jika dia bersikap demikian.

Neisha berjalan naik ke lantai dua, kembali ke kamarnya namun langkahnya terhenti saat seseorang memanggil namanya. Spontan gadis itu menoleh dan melihat siapa yang memanggil namanya, ternyata Alexon yaitu omnya.

Kakak Ipar? Where stories live. Discover now