6. Bertemu Protagonis Wanita

1.7K 201 9
                                    

Neisha berjalan di Koridor kantor Adam, langkahnya sedikit lambat karena sedang membalas pesan dari kakeknya yang menanyakan apakah dia pulang untuk makan malam atau tidak.

Karena dia mulai belajar hari ini jadi dia mengatakan pada kakeknya jika dia tidak pulang untuk makan malam, mungkin Adam akan mengajaknya makan diluar dengan Klien atau Investor.

Dia harus mempertimbangkan segala kemungkinan di depannya, jika pun Adam tidak mengajaknya bertemu Klien atau Investor. Neisha bisa makan diluar, makan bakso di pinggir jalan mungkin pilihan baik untuk memperkenalkan lidahnya dengan micin.

Karena sejauh yang dia ingat, pemilik asli tubuhnya tidak pernah makan makanan yang ada micinnya. Dia pun setelah datang ke dunia ini belum makan makanan yang bermicin, di Mansion semua makanan adalah makanan sehat tanpa micin. Sungguh hidup yang sia-sia, sekarang tubuh ini miliknya dan kedepannya akan ada banyak micin yang masuk ke tubuhnya.

Neisha menelan ludahnya sendiri saat membayangkan rasa gurih, segar dan nikmat kuah bakso, serta rasa kenyal dan lembut dari bakso. Jika ada waktu dia akan mencari jajanan lain seperti cilok, cireng atau telur gulung, dia juga ingin makan martabak telor dengan ekstra daging.

Membayangkannya saja sudah membuat air liurnya menetes, Neisha secara spontan membersihkan sudut mulutnya dengan punggung tangannya.

Setelah membalas pesan kakeknya, Neisha memasukkan ponselnya ke saku. Lalu mengangkat matanya, melihat ke depan. Langkahnya sedikit lebih cepat dari sebelumnya, sialnya dia di tabrak oleh seseorang yang muncul tiba-tiba dari arah kirinya.

Rasa panas menyentuh kulitnya, aroma kopi memeluk tubuhnya. Dia tau jika dia baru saja di siram dengan kopi panas oleh seseorang, Neisha meringis pelan.

Tidak hanya tersiram oleh kopi panas, gadis itu juga harus menahan sakit di pantatnya karena jatuh ke lantai. Suara cangkir yang bertabrakan ke lantai memecah keheningan di Koridor, Neisha mengigit bibirnya pelan dan bangkit dari jatuhnya.

Dalam hati dia terus mengumpat dan menyebut hewan sekebun binatang.

"Sialan!, Asu, babi, kambing, monyet.... "

"Hati-hati mbak kalau jalan" Seru Neisha sambil menahan kesal dan membersihkan noda kopi di pakaiannya.

Nada bicaranya tidak begitu baik di dengar telinga.

"Maaf, maaf saya buru-buru. Saya juga gak liat kalau ada mbaknya, saya pikir Koridor sepi karena biasanya jam segini gak ada yang ke lantai 11" Ujar orang yang menabraknya dengan nada tulus.

Suaranya lembut dan stabil sangat nyaman di telinga.

Setelah pakaiannya cukup bersih, Neisha mendongak menatap orang menabraknya. Hal pertama di kepalanya adalah cantik, wanita di depannya benar-benar sangat cantik dan sedikit tidak manusiawi.

Neisha tau jika dia berada di dalam novel, sangat wajar jika banyak kecantikan di dalamnya. Tapi kecantikan di depannya terlalu mewah, oke cukup terpesonanya. Kecantikan tidak akan bisa membuat kulitnya yang mungkin memerah membaik.

Begitu juga permintaan maaf dari orang yang menabraknya tersebut.

Neisha mengigit kecil bibir dalamnya, menahan ketidakwajaran dalam dirinya dan tetap memperlihatkan wajah acuh tak acuhnya. Dia harus menanamkan image mawar berduri, indah di pandangan tapi melukai di genggam.

Ia mengalihkan pandangannya sembarang arah, mencoba tidak terjebak dalam pesona kecantikan yang berdiri depannya. Sekarang dia meragukan seksualitasnya sendiri.

Mata Neisha tanpa sengaja tertuju pada tanda pengenal yang melingkar di leher wanita di depannya, Matanya langsung membulat saat membaca nama di tanda pengenal itu.

Kakak Ipar? Onde histórias criam vida. Descubra agora