31. Ketemu calon anak tiri

1.7K 245 29
                                    

Neisha membolak-balikan tubuhnya ke kanan dan ke kiri dengan gelisah, untuk beberapa alasan hatinya sangat tidak tenang. Karena tidak tahan lagi, dia bangkit dari tidurnya, duduk di kasur lalu turun dari ranjang.

Ia menghela nafas berat, seolah-olah ada batu besar yang menindih dadanya, membuatnya sulit untuk bernafas dengan leluasa.

Setelah turun dari ranjang, Neisha pergi ke kamar mandi dan mencuci wajahnya dia wastafel. Dia membasuh wajahnya dengan sedikit kasar, menyiramkan air dingin ke wajahnya.

Rasa dingin menyentuh kulitnya yang halus dan putih, rasa dingin tersebut sedikit menenangkan hatinya yang gelisah tapi cuma sedikit dan itu tidak bertahan lama.

Karena penyegaran dari air yang dingin tidak membantu terlalu banyak, Neisha keluar dari kamar mandi dengan wajah yang basah. Beberapa helai rambut menempel di kulit wajahnya yang basah, tanpa mengeringkan wajahnya, Neisha melempar dirinya sediri ke sofa single dekat dengan tempat tidurnya.

Dia menghela nafas untuk kedua kalinya, menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Dia memikirkan mimpinya selama tiga hari berturut-turut, mimpi buruk yang selalu membuatnya tidak nyaman saat mengingatnya.

Di dalam mimpi tersebut, nasibnya tidak berubah. Dia mati dalam kecelakaan mobil, setiap kali dia terbangun dari tidurnya. Rasa putus asa dan frustasi semakin kental dan pekat di hatinya, dia merasa tidak ada harapan untuk hidup.

Bahkan dia memiliki ilusi bahwa sebuah pedang berada tepat di lehernya, siap untuk memenggal kepalanya dengan dingin dan kejam.

Neisha ketakutan, sekan-akan apapun yang dia lakukan, seberapa keras dia mengubah nasibnya sendiri. Dia akan tetap mati di masa depan, memikirkan hal tersebut membuat hatinya sangat tertekan dan ingin menangis.

Di sisi lain, Ileana juga sama gelisahnya dengan Neisha. Hatinya tidak tenang, seolah-olah memberikan peringatan pada dirinya sendiri jika akan ada sesuatu yang terjadi.

Dia menghela nafas, mata birunya menatap lembut pada gadis kecil yang bersandar di pelukannya. Anak kecil selalu sensitif dengan emosi orang dewasa, dia bisa merasakan kegelisahan ibunya.

"Apa mama sedang sedih?" Tanya Monica dengan tatapan khawatir.

Mata birunya yang bulat dan polos di keliling oleh perasaan cemas.

Ileana tersenyum lembut, jari-jarinya yang ramping dan indah membelai lembut rambut putrinya dengan penuh kasih sayang.

"Tidak, mama cuma sedikit terganggu akan sesuatu. Kamu tidak perlu khawatir, mama baik-baik saja." Jawab Ileana menenangkan putrinya yang sensitif.

Walau bibir merahnya tersenyum lembut, hatinya sekarang sangat kacau. Pikirannya tertuju pada satu orang yaitu Neisha, gadis nakal itu sedang dalam perjalanan bisnis.

Hampir satu minggu mereka tidak bertemu satu sama lain, di dalam hatinya, dia merindukan gadis itu tapi mereka tidak memiliki kesempatan bertemu.

Baik dirinya atau Neisha, tidak memiliki waktu luang untuk sekedar basa-basi singkat melalui handphone. Setelah kesibukan yang mencekik, akhirnya Ileana punya waktu untuk menarik nafas.

Dia memiliki waktu luang, karena urusan keluarga, Adam memberikannya cuti selama tiga hari, Ileana tidak tau dan tidak perduli dengan urusan keluarga yang di maksud Adam.

Baginya hal tersebut bukan hal penting, bahkan dia senang dan tidak keberatan saat Adam mengatakan dengan wajah tertekan saat memberitahunya jika pria itu tidak bisa membawanya ikut serta dalam urusan keluarga tersebut.

Dia tidak tertarik dengan urusan keluarga besar Ayah Adam, hidup dan mati pria itu dia tidak perduli. Akan bagus jika Adam mati cepat, dia tidak perlu lagi bersandiwara dan terang-terangan menunjukkan ketertarikan dan perasaannya pada Neisha.

Kakak Ipar? Où les histoires vivent. Découvrez maintenant