1. Kehidupan setelah kematian?

5.6K 246 1
                                    

Niesha berbaring tengkurap di ranjang besar miliknya sambil memain-main kakinya, wajahnya kaya dengan ekspresi sesekali terdengar suara tawa pelan dari bibirnya. Ia sedang membaca lelucon di sosial media, gadis itu sedang menghibur dirinya sendiri yang sedang tertekan.

Dua minggu yang lalu, dia meninggal dunia karena tekanan darah tinggi yang menyebabkan ia mengalami gagal jantung. Di detik-detik kematiannya, Niesha mengingat segala penyesalan dan dosa-dosa dalam hidupnya.

Tidak ada pikiran optimis dalam benaknya, dia berpikir dia pasti di lempar ke neraka oleh Malaikat karena dosanya terlalu banyak. Walau dia sudah siap dan sadar diri, Ia masih takut. Ketakutan di dalam dirinya bercampur dengan rasa sakit yang luar biasa di perutnya, belum lagi dia kesulitan bernafas.

Nafasnya terputus-putus dan kepalanya berdengung, otaknya tidak berfungsi dengan benar lagi.

Semua indranya lumpuh, dia tidak mendengar apapun yang di katakan dokter atau orang tuanya yang menangis di sampingnya dengan jelas, air matanya tidak berhenti mengalir.

Dia menangis dan merintih kesakitan, Niesha menutup matanya rapat-rapat. Dia tidak memiliki tenaga lagi untuk sekedar mengangkat kelopak matanya, rasa dingin perlahan memeluk tubuhnya menusuk kulit dan tulangnya, dia seakan-akan tenggelam dalam laut.

Tubuhnya terasa berat, dia tidak lagi bisa merasakan suhu tubuhnya sendiri. Dia tidak lagi mendengar suara detak jantungnya sendiri, mungkin dia sudah mati pikirnya dengan putus asa.

Semakin dalam ia tenggelam, semakin dingin dan beku. Gadis itu mengigil dalam kegelapan dan menunggu nasibnya. Mungkin sebentar lagi malaikat Munkar dan Nakir akan datang menemuinya dan menanyakan beberapa pertanyaan.

Dia gugup, apakah dia bisa menjawabnya? Pikirnya dalam hati.

Cukup lama dia menunggu namun tidak ada yang datang, dengan kebingungan dia berusaha membuka matanya. Ada sedikit harapan, di mana dia berpikir mungkin dia masih hidup.

Mungkin dia selamat dari maut, Jika dia benar-benar selamat dan hidup. Ia berjanji untuk hidup sehat dan menghargai hidupnya sendiri.

Saat ia membuka matanya, Neisha terbaring di ranjang besar dan empuk dengan selimut hangat juga lembut menutupi tubuhnya. Aroma asing menusuk hidungnya, dengan linglung dia bangun dari tidurnya dan melihat ke sekeliling.

Ini bukan kamarnya pikirnya dengan linglung dan bingung, kamar tersebut sangat besar dan mewah. Dua kali lipat lebih besar dari ruang tamu di rumahnya, di dalam kamar tersebut ada dua lemari berukuran cukup besar.

Satu terbuat dari kayu dengan ukiran yang indah, satu lagi terbuat dari kaca. Barang-barang yang tersusun di dalam lemari tersebut terlihat jelas, Lalu di samping kedua lemari tersebut ada meja rias yang penuh dengan segala macam kosmetik dan produk-produk perawatan wajah.

Di sisi kiri ranjang ada rak buku yang penuh dengan berbagai macam buku dengan berbagai sampul, lalu ada dua sofa single di dekat jendela kaca dengan meja kecil dan sofa santai di bawah kakinya serta beberapa dekorasi seperti patung, tanaman hias dan lukisan abstrak.

Otaknya seketika kosong, tidak ada apapun di kepalanya. Dia bingung dan bertanya-tanya, kenapa dan bagaimana bisa dia berada di kamar mewah itu? Bukannya dia ada di rumah sakit?. Hingga seseorang mengetuk pintu kamar dan memanggil namanya.

Karena tidak ada respon dari pemilik kamar, orang yang mengetuk pintu berinisiatif untuk masuk ke kamar. Dia berpikir jika pemilik kamar masih tidur, karena itu pemilik kamar tidak merespon.

Saat dia masuk ke kamar, sang pemilik kamar sedang tertegun dan melamun di ranjangnya. Tatapannya kosong dan tersesat, dengan ragu dia memanggil Niesha.

Kakak Ipar? Where stories live. Discover now