24. Tidur bersama

2.7K 246 14
                                    

Neisha mengerutkan dahinya sambil menatap aneh mangkuk berisi bubur hambar di depannya, dengan enggan dia membuka mulutnya dan memasukkan sesendok bubur hambar itu ke dalam mulutnya.

Seperti dugaannya rasanya benar-benar aneh dan lembek, dia tidak suka bubur apalagi bubur hambar.

"Isi garam lah sedikit, gak hambar banget gini" Protes Neisha sambil menahan rasa mualnya.

Pelayan yang berdiri di samping ranjang, menunggu Neisha menyelesaikan sarapannya memperdalam tundukan kepalanya.

"Maaf nona, apa anda ingin buburnya di ganti dengan bubur baru?" Tanya Pelayan itu dengan suara yang rendah dan gemetar.

Neisha melirik pelayan yang berdiri di samping ranjang sekilas.

"Gak usah, tanggung. Buburnya udah mau abis juga" Jawab Neisha setelah menelan bubur di mulutnya dengan enggan.

Pelayan itu mengangguk dan sedikit mengangkat kepalanya menatap Neisha yang sedang makan dengan cemberut. Ada riak di matanya, penampilannya tenang menyembunyikan hasrat ingin berteriak karena penampilan Neisha yang menggemaskan.

"Baik nona" Ujar pelayan lalu kembali menundukkan kepalanya menatap lantai yang dingin.

Tidak seperti biasanya, saat Neisha dalam keadaan sehat. Sekarang ia makan lebih lama dari biasanya, lebih lambat dan di setiap sendok yang masuk ke mulutnya cuma sedikit.

"Kenapa harus sakit segala sih nih badan?, udah tau aku males banget kalau sakit. Harus minum abat, makan nasi lembek begini. Mana hambar banget, terus gak ada toping apa-apa selain sayuran. Di kasih suiran ayam kek atau kasih kerupuk kayak toping bubur di abang-abang gerobak yang jualan di deket lampu merah" Gerutuh Neisha dalam hati.

Selesai makan dia memberikan mangkuk yang kosong pada pelayan, setelah makan dia meminum obatnya. Sambil menunggu makanan di perutnya di cerna dan obat yang tadi dia minum bereaksi, Neisha menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.

Dia menoleh ke jendela dan menatap langit cerah di luar, untuk sekian kalinya dia melamun lagi. Dia memikirkan apa yang terjadi padanya kemarin, jujur saja dia merasa seperti melupakan sesuatu tapi dia tidak tau apa itu.

Saat dia bertanya pada kakek, tante dan sepupu-sepupunya. Apa yang terjadi padanya kemarin, kenapa dia di inpus?, karena seingatnya, dia baik-baik saja dan tidak sakit. Mereka menjawab dan mengatakan jika dia pingsan di kamar karena kelelahan lalu demam, Neisha tidak menangkap satupun kebohongan di mata mereka. Kakek, tante dan sepupu-sepupunya berkata jujur.

Namun walau dia tau mereka berkata jujur tapi ada keraguan di hatinya, bukan dia tidak percaya tapi ya begitulah. Neisha tidak bisa menjelaskan secara spesifik apa yang dia rasakan, seolah-olah ada sesuatu yang di cabut paksa dari jiwanya dan dia merasa kosong.

Kekosongan yang belum dia pernah dia rasakan seumur hidupnya. Seperti ada bagian dari dirinya yang di ambil tanpa sepengetahuan dan persetujuannya, tapi dia tidak tau bagian mana yang hilang dan di ambil.

"Kamu suka banget ya ngelamun"

Mendengar suara yang familiar di telinganya, Neisha menoleh ke arah pintu. Seseorang yang dia kenal dengan cukup baik, berjalan masuk ke dalam kamarnya dengan senyum kecil di bibir merah dan indah.

Mata biru yang begitu indah menatapnya dengan lembut dan tulus, menghadapi tatapan penuh ketulusan protagonis wanita untuk kedua kalinya hati Neisha yang tidak siap bergetar hebat.

Hatinya seperti es yang mencair oleh panasnya matahari, kekosongan yang tadi ia rasakan menghilang dan terisi penuh. Ada kehangatan dan juga perasaan asing tapi familiar merayap masuk ke hati dan jiwanya.

Kakak Ipar? Kde žijí příběhy. Začni objevovat