27. Menginap

2.2K 257 46
                                    

"Berhenti menggoyangkan kakimu" Tegur Ileana sedikit kesal.

Spontan Neisha berhenti menggoyangkan kakinya, sebagai gantinya dia mengusap pelan ujung bajunya untuk meredakan sedikit rasa gugupnya. Kepala Neisha sedikit tertunduk, mata hijaunya menatap dengan gugup lantai apartemen Ileana.

"Siapa wanita yang bersamamu tadi?" Tanya Ileana dengan nada tidak senang.

Neisha mendongakkan kepalanya dan menatap protagonis wanita dengan ragu-ragu, dengan canggung dia menjilat bibirnya yang kering.

"Aku tidak tau" Jawab Neisha dengan jujur.

"Aku benar-benar tidak tau siapa dia, Aku tidak nanya namanya. Sungguh, aku tidak bohong. Aku bertemu dengan dia di halte bus, dia nunggu sendirian di halte. Sebenernya aku mau pulang, tapi aku tidak tega ninggalin dia sendirian di sana jadi aku menawarkan diri untuk nganter dia pulang." Timpal Neisha dengan tergesa-gesa takut jika Ileana tidak mempercayainya.

Ileana tidak mengatakan apa-apa, dia menyandarkan punggungnya di sofa lalu melipat kedua tangannya di dada, mata birunya yang dingin menatap mata hijau Neisha dengan tatapan dalam, mencari jejak kebohongan di mata jernih Neisha.

Tapi yang dia temukan cuma kejujuran, gadis itu tidak membohongi. Ileana senang karena Neisha mengatakan yang sebenarnya padanya, tapi hatinya masih sedikit tidak nyaman.

Keheningan protagonis wanita membuat Neisha makin gugup dan takut, jantungnya berdetak dengan kencang dan telapak tangannya berkeringat, dia menurunkan matanya menatap kedua kakinya yang meringkuk di bawah meja dengan linglung.

Kepalanya penuh dengan pikiran-pikiran yang negatif dan berantakan.

Tanpa sadar dia mengigit bibir bawahnya, matanya memerah tapi tidak menangis. Dia seperti seekor kelinci yang berjuang untuk hidupnya di depan seekor serigala lapar, menghadapi protagonis wanita seperti menghadapi mautnya sendiri.

Neisha adalah salah tau orang yang takut mati.

Melihat penampilan Neisha yang mirip seperti tanaman layu dan sekarat, protagonis wanita menghela nafas. Mata birunya yang dingin mencair, tatapannya menjadi lebih lembut.

"Lain kali jangan berinteraksi dengan orang asing dengan sembarangan" Ujar Ileana menasihati Neisha seperti seorang ibu menasehati anaknya agar tidak sembarangan berbicara dan menerima barang dari orang asing.

Neisha mengangkat matanya menatap Ileana dengan bingung.

"Kenapa?, Kenapa tidak boleh?" Tanya Neisha dengan tatapan polos seperti anak kecil yang bingung.

Ileana tersenyum tipis.

"Tidak semua orang itu baik, bagaimana kalau semisalnya orang yang kamu tolongin adalah orang yang berniat buruk sama kamu?. Oke, wanita tadi adalah keberuntungan kamu karena dia orang baik tanpa tujuan. Tapi bagaimana kalau kamu sedang sial?" Jawab Ileana dengan lembut.

Dengan sabar dia menasehati Neisha agar tidak ceroboh, baginya gadis itu sangat naif terlepas dari rasa cemburunya karena Neisha mengantarkan wanita lain pulang.

By the way Neisha belum pernah mengantarnya pulang, mengingat hal itu Mata biru Ileana menjadi gelap dan perasaan tidak senang mengelilingi hatinya lagi membuat moodnya menjadi buruk.

"Em, iya. Lain kali aku bakal hati-hati" Ujar Neisha dengan nada setengah bergumam.

Kepalanya sedikit tertunduk seperti anak kecil yang di marahi oleh orang tuanya karena melakukan kesalahan, Ileana tersenyum puas melihat kepatuhan Neisha, dia mengusap kepala Neisha penuh kasih sayang sebagai apresiasi kepatuhannya walaupun begitu rasa tidak senang di hatinya tidak berkurang sedikitpun.

Kakak Ipar? Where stories live. Discover now