Scandal - 28

19 4 0
                                    

"Kenapa?" Elang bertanya pada Marin yang dengan sewot melempar ponselnya ke nakas di samping tempat tidurnya malam ini.

"Dari kemarin ada yang rese." Jawab Marin.

"Rese gimana?"

"Aku nggak tau itu nomor whatsapp siapa. Tapi hampir tiap jam selalu spam chat."

"Isi chat-nya apa?"

"Nggak jelas. Nggak penting juga."

Elang menghembuskan nafas. Kemudian ia melewati atas wajah Marin untuk menggapai ponsel Marin yang tadi ia lempar ke atas nakas. Setelah ponsel Marin berada di tangannya, Elang segera mengutak-otak ponsel tersebut.

"Kamu mau apa?" tanya Marin penasaran.

"Penasaran aja kayak apa isi chat-nya."

"Udah aku bilang, itu nggak penting." Marin merebut kembali ponsel dari tangan Elang dengan gerakan lembut. Selembut tatapan matanya yang hanya mau ia tujukan kepada laki-laki yang tengah berbagi ranjang dengannya.

🎡🎡

"Mau aku bantuin?" Elang menawarkan diri membantu Felin yang pagi ini tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk adik dan tunangannya yang siap pergi ke sekolah. Yang satu untuk belajar, yang satu untuk bekerja.

"Nggak usah, Lang. Kamu duduk aja. Lagian kamu kan udah bantuin aku dengan jagain adik aku selama aku di rumah sakit." Felin menolak dengan lembut.

Elang hanya mengangguk. "Oke, jadi aku duduk aja nih? Cuma liatin calon istri aku masak?"

Felin terkekeh. "Iya, kamu duduk aja, honey." Karena gemas pada sang kekasih, Felin mencubit hidung Elang sambil tertawa hangat. Diikuti Elang yang juga tertawa.

"Ehem." Suara deheman Marin, membuat tawa Felin dan Elang terhenti. Felin segera menyudahi aksi gemasnya pada sang kekasih. Felin tidak terbiasa menunjukkan kemesraannya dengan Elang di depan sang adik.

"Udah, kamu duduk aja, nunggu sampe sarapannya siap sama Marin." Felin pun menyuruh Elang untuk menuruti perintahnya.

Tanpa melawan, Elang segera menurut. Duduk berhadapan dengan Marin dengan tangan mereka yang saling berpegangan.

Tak lama, sarapan buatan Felin pun sudah siap untuk dinikmati bersama. Soal makanan, tidak usah diragukan. Felin jago dalam membuatnya. Sangat berbeda dari Marin yang bahkan tidak bisa memasak mie instant.

"Tadi Kakak pulang jam berapa?" sambil menikmati sarapan, Marin membuka obrolan.

"Jam 4 subuh. Kamu masih tidur tadi. Untung aja Elang udah bangun."

Pantas saja, ketika sekitar pukul setengah 5 Marin terbangun dari tidurnya, Elang tidak ada di sampingnya.

Marin pun mengangguk-anggukkan kepala sembari melirik Elang yang saat ini berperan sebagai mestinya. Yaitu sebagai tunangan Felin. Elang dengan telaten mengambilkan lauk pauk ke piring Felin. Sejujurnya Marin ingin protes, ingin marah. Tapi ia segera ingat. Kekasih asli Elang kan Felin. Setidaknya itu yang orang-orang tau.

"Oh iya. Besok lusa Kakak ada diklat di Surabaya, sekitar 3 hari. Tadinya Kakak nggak pengen ikut biar Kakak nggak perlu ninggalin kamu. Tapi sayangnya nggak bisa. Kakak harus ikut." Dengan sedih, Felin menceritakan rencana pekerjaannya.

"Lin, Lin. Kamu kayak nggak punya aku aja. Ada aku yang bakal selalu siap jagain adik kecil kesayangan kamu ini." Elang menyela.

Felin menghembuskan nafasnya pelan. "Iya. Tapi tetep aja, aku ngerasa nggak enak selalu ngerepotin kamu, Lang. Padahal kan kamu punya kesibukan, pekerjaan dan hal-hal lain sendiri. Tapi gara-gara kesibukan aku, kamu jadi harus sering-sering gantiin peran aku sebagai kakak buat Marin."

Best ScandalOnde histórias criam vida. Descubra agora