Satu pesan dari Andrian telah diterima, Joano segera mengambil skuternya dan bergegas pergi ke tempat-tempat yang mungkin didatangi oleh Daniel.

Mulai dari angkringan pinggir jalan, hingga kafe mewah pun Joano datangi namun tak kunjung melihat wujud Daniel maupun Luna di sana. Sisa satu tempat, studio musik yang katanya milik Daniel. Joano segera melajukan kendaraannya menuju tempat tersebut.

Begitu sampai ke tempat yang dituju, Joano langsung berlari menghampiri Luna dan Daniel yang sedang berselisih. Meninggalkan skuternya yang jatuh begitu saja.

Tanpa basa-basi Joano langsung memukul Daniel saat lelaki itu mencoba melakukan sesuatu pada Luna.

Awalnya, Joano hanya berniat memukul Daniel sekali lalu mengajak Luna pergi dari tempat itu, tapi saat amarah itu masih membara tiba-tiba potongan ingatan masa kecil Joano kala dipukuli kembali menghantui hingga tanpa sadar ia terus memukul Daniel beberapa kali.

Melihat hal itu, Luna sontak menahan tubuh Joano agar tidak melakukan tindakan yang lebih jauh lagi.

"Sudah cukup, Jo. Jangan pukul lagi." Kata Luna sambil terisak.

Napas Joano tersengal-sengal, tatapan kebencian pada Daniel masih terlihat sangat ketara.

"Kenapa sih lo selalu muncul di waktu-waktu yang nggak tepat? Kayak orang nggak punya kerjaan aja." Tukas Daniel sambil tersenyum menyeringai.

"Masih bisa senyum lo-"

Luna menghadang Joano saat lelaki itu berusaha untuk menyerang Daniel lagi. "Udah Jo, nggak usah diladenin. Mending kita pergi dari sini aja."

Joano menatap Luna cemas. "Lo serius nggak papa?"

"Nggak papa. Ayo kita pergi aja." Ucap Luna seraya menarik lengan Joano.

Joano menurut. Ia lalu berseru pada Daniel. "Awas lo ya, kalau macem-macem lagi."

Bukannya menyesal dengan perbuatan yang telah ia lakukan, Daniel justru tertawa sambil sesekali terbatuk-batuk.

***

Keesokan harinya, Joano dan Luna berangkat sekolah seperti biasa. Yang membedakan dari kejadian semalam adalah hubungan Luna dengan Daniel yang sudah tidak saling bicara. Bahkan saat Luna bertemu dengan Daniel pun gadis itu lebih memilih untuk menghindari kontak mata, selain itu Luna juga terlihat sedikit pucat dari biasanya.

Beberapa kali Joano berusaha menghibur Luna supaya gadis itu bisa lebih kuat dan segera melupakan apa yang telah terjadi.

"Daniel, wajah kamu kenapa? Habis berantem?" Seorang Guru yang baru saja masuk ke dalam kelas itu langsung mengajukan pertanyaan begitu melihat wajah Daniel yang terlihat babak belur.

Semalam Joano memang memukul Daniel lumayan keras. Bahkan ada beberapa titik yang berdarah yang membuat bekas lukanya tidak hilang hanya dalam satu malam. Karena itu, tidak heran kalau ada banyak orang yang mengajukan pertanyaan apakah lelaki itu habis bertengkar sampai ada banyak luka di wajahnya.

"Jatoh dari motor, Pak." Jawabnya singkat saat banyak pasang mata menoleh ke arahnya, termasuk Joano.

Saat itu juga, Andrian yang tengah duduk di samping Daniel menatap Joano dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Meski begitu Joano tidak memperhatikan tatapan tersebut.

"Makanya hati-hati kalau naik motor. Ini juga pelajaran buat kalian semua. Jangan seenaknya kalau lagi di jalan raya. Mengerti?!" Seru Guru itu memperingati.

"Mengerti, Pak." Jawab para murid serempak.

Pelajaran dimulai, selama itu Joano terus memperhatikan Luna dari tempat duduknya. Ia melihat gadis itu beberapa kali meremas tangannya dan nampak gelisah.

"Jo, gue mau ngomong sama lo." Andrian segera menghampiri Joano begitu bel istirahat berbunyi.

Joano menganggukkan kepala, menyetujui permintaan Andrian.

Di belakang sekolah, Joano masih menunggu Andrian yang nampak ragu-ragu mengatakan sesuatu. "Lo mau ngomong apa? Gue mau ke kantin nih."

Andrian menodongkan sebuah flashdisk pada Joano. "Ini file rekaman CCTV di studio Daniel semalem. Gue kasih ke lo, terserah lo mau ngapain. Gue takut kalau nggak ngasih ini ke lo sekarang, Daniel bakal ngotak-ngatik rekamannya."

Joano termenung sembari meraih benda itu dari tangan Andrian. "Makasih Andrian."

"Itu juga sebagai permintaan maaf gue karena nyebarin foto lo di sosmed." Lanjut Andrian.

Joano menganggukan kepala. "Lo kok bisa dapet file ini?"

"Setiap hari sepulang sekolah gue pergi ke studio Daniel buat bersih-bersih di sana. Jadi, sedikit banyak gue tahu tentang studio itu. Setelah lo nanyain tempat-tempat yang mungkin di datangi Daniel, gue langsung pergi ke sana dan ya, gue lihat semuanya. Emang lo salah karena mukul Daniel, tapi semuanya juga bukan salah lo. Mungkin kalau gue berada di posisi lo juga bakal ngelakuin hal yang sama."

"Tolong jangan sampe Daniel tahu kalau gue yang ngasih file ini ke lo, gue masih takut sama dia. Seenggaknya sampe kita lulus."

Joano kembali menganggukan kepalanya. Sungguh, bantuan Andrian sangat berarti untuknya.

Sunda Manda [COMPLETED]Where stories live. Discover now