Tidak peduli

226 37 8
                                    

Aku terbangun karena suara bising dimeja kami tapi aku tetap pura-pura sedang tidur. Cedric sudah tidak memegang tanganku lagi.

" Ayolah Ced..." Suara perempuan terdengar bisik- bisik. " terimalah ini." Katanya.

" Tidak mau." Kata Cedric sama pelannya masih ada nada enggan di sana.

" Biasanya kau juga akan terima-kan? Lalu kenapa sekarang tidak, apa karena Kennya?" Tanyanya lagi.

Cedric hanya menggeram sebal, kursinya berderit menandakan dia bergerak dari duduknya.

" Apa masalahmu?" Tanya Cedric padanya terdengar ketus kali ini. Aku menyeringai senang mendengarnya.

" Ini terimalah..."

" Kau bilang kemarin itu yang terakhir kali, mau berapa akhir kali kau minta aku untuk menerima itu." Kata Cedric masih dengan nada pelan tapi penuh dengan penekanan.

" Vane-kan namamu?" Tanya Cedric lagi yang tidak dibalas dengan kata- kata.

" Dengar, dari dulu aku bersikap baik karena kau masih muda di bawahku, di samping itu dari awal aku sudah menolakmu." Cedric menarik napas " lebih baik pergi sekarang atau kau akan menganggu tidurnya (y/n) dan aku bisa lebih marah lagi padamu jika dia bangun." Kata Cedric.

" Paling tidak terima ini." Paksa perempuan itu lagi.

Cedric hanya diam. Tapi aku tahu hati Cedric pasti berat karena bagaimanapun juga Cedric akan tetap jadi Cedric.

" Aku akan ambil satu. Pergilah sebelum aku melapor pada Madam Pince." Tekan Cedric lagi.

Memang cowoku selalu baik sih. Sulit sekali untuk tidak kagum padanya.

Aku mendongkak mencoba melihat apa yang mereka berdua perdebatkan. Cedric terlihat terkejut melihatku bangun.

Tapi gadis itu langsung menggolek pergi sambil mengibatkan rambutnya sekali. Aku mengernyit geli. Rambutnya keriting bergelombang. Dia memakai dasi Hufflepuff, dia cantik sejujurnya.

Cedric kembali duduk dan berkutat pada bukunya. Ternyata coklat muggle yang mereka perdebatkan dari tadi. Dari dia ternyata coklat itu.

" Ini masalahnya." Kata Cedric frustasi menutup bukunya kemudian menyisir rambutnya acak dan duduk bersandar.

" Ini masalah yang katamu aku tidak akan peduli?" Tanyaku lagi pada Cedric.

" Kau terlihat tidak marah, padahal aku berharap lebih." Raut wajahnya mulai cemberut.

" Dia sudah kalah..." Kataku menatap Cedric "Tapi cantik ya Ced?" Godaku padanya sambil nyengir.

" Tidak secantik kau, dia punya adik di Gryffindor juga, Romilda Vane jika aku tidak salah."

" Oh." Kataku tidak tahu soal hal itu.

Dia mengangguk tenang. " Aku percaya padamu jadi aku tidak akan marah." aku mengambil coklatnya yang ada di sisi meja dan memutar- mutar kemasan coklat. " Lumayan dapat coklat!"

Cedric mengambil coklat itu dari tanganku dia membukanya kemudian memakan satu gigit.

" Harusnya ambil dua, aku juga mau." Kataku bercanda. Aku menutup beberapa buku dan melihat jam tanganku, sebentar lagi makan malam rupanya. Semakin dekat waktu bertemu Blibli.

" Hanya mengetes siapa tahu ada Ramuan Cintanya." Kata Cedric santai mengulurkan coklat itu lagi yang langsung aku ambil " Dan hasilnya?" Tanyaku menatapnya.

" Masih suka sekali padamu." Katanya sudah kembali luluh.

" Dasar Pembohong!" Kataku lagi.

" Kau yang selalu tidak percaya padaku." Katanya.

Our Golden Time | Cedric Diggory Where stories live. Discover now