Marah Ketiga

532 67 1
                                    

Dalam minggu ini mungkin hanya satu mata pelajaran yang benar-benar menggangguku.

Mata pelajaran dari profesor baru kami yaitu Alastor Moody. Banyak anak-anak menunggu untuk dapat masuk ke kelasnya. Termasuk Harry dan Ron, tapi aku sendiri sudah kurang nyaman. Bukan karena tampangnya yang seperti itu, bukan. Tapi karena bagaimana cara dia mengajar.

Anak-anak kelas empat Gryffindor sudah sangat menunggu-nunggu pelajaran pertama Moody, hingga kami tiba lebih awal untuk makan siang pada hari Kamis dan sudah berkerumun di depan kelasnya bahkan sebelum bel berbunyi. Aku hanya ikut Harry dan Ron tentu.

Satu-satung yang belum muncul hanyalah Hermione, yang tiba tepat sebelum pelajaran dimulai.

"Baru dari..."
"... perpustakaan," Harry menyelesaikan kalimat nya. "Ayo cepat, nanti kita tidak kebagian tempat enak

Kami berempat bergegas menuju tempat duduk.
Mereka bertiga duduk persis di depan meja guru, mengeluarkan buku Hitam: Penuntun Pertahanan Diri, dan menunggu, tak seperti biasanya.

Aku memilih duduk di belakang mereka, duduk di samping Neville.
Segera terdengar tak-tok langkah Moody yang mendekat dari lorong dan dia masuk kelas, tampangnya sama ganjil dan mengerikan.

Singkirkan saja," dia menggeram, berjalan timpang ke mejanya dan duduk, "buku kalian. Kalian tidak akan memerlukannya."

Kami memasukkan kembali buku kami ke dalam tas, Ron tampak bergairah sekali.

"Aku sudah menerima surat dari Profesor Lupin tentang kelas ini. Tampaknya kalian sudah punya dasar menyeluruh menghadapi makhluk- makhluk Hitam-kalian sudah mempelajari Boggart, Red Cap, Hinkypunk, Grindylow, Kappa, dan manusia serigala, betul?" Anak-anak bergumam mengiyakan.

"Tetapi kalian ketinggalan-sangat ketinggalan-da- lam penanganan kutukan," kata Moody. "Jadi aku ada di sini untuk membuka wawasan kalian tentang apa yang bisa dilakukan penyihir yang satu terhadap penyihir lain. Aku punya waktu satu tahun untuk mengajar kalian bagaimana menghadapi Ilmu Hitam"

Rupanya dia tidak menetap.

" Jadi apakah ada di antara kalian yang tahu kutukan apa yang dikenai hukuman paling berat berdesarkan undang-undang sihir?"

Beberapa tangan mengacung ragu-ragu ke atas, termasuk tangan Ron dan Hermione. Moody menunjuk Ron.

Ron ragu-ragu. "ayah saya pernah bercerita. Namanya Kutukan Imperius, atau semacam"
"Ah. ya." kata Moody senang. "Ayahmu pasti tahu
kutukan yang satu itu. Kutukan Imperius pernah
membuat Kementerian kalang kabut."

Moody berdiri dengan susah payah pada kakinya yang tak berimbang, membuka laci mejanya, dan mengeluarkan tabung kaca. Tiga ekor labah-labah besar hitam berlarian di dalamnya. Ron mundur sedikit. Ron membenci labah-labah.

Moody memasukkan tangan ke dalam tabung, menangkap seekor labah-labah dan memeganginya di atas telapak tangannya, supaya semua bisa melihatnya. Kemudian dia mengacungkan tongkatnya ke arah labah-labah itu dan bergumam. "Imperio!"

Labah-labah itu melompat dari tangan Moody pada benang sutra halus dan mulai berayun-ayun depan belakang.

Semua tertawa-kecuali Moody.

"Kalian kira lucu, ya?" dia menggeram. "Kalian mau, kalau kulakukan kepada kalian?" Tawa langsung terhenti.

"Pengendalian total," kata Moody pelan.

"Ada yang tahu lagi? Kutukan terlarang lainnya?"

Tangan Hermione teracung ke udara lagi, dan aku heran sekali ketika tangan Neville juga ikut mengacung.

Our Golden Time | Cedric Diggory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang