Marah Pertama

653 69 5
                                    

Kami berjalan mengendap dan kembali ke Aula Besar tapi kami turun ke salah satu tangga. Ruang bawah tanah itu tidak seperti ruang bawah tanah Snape yang penggap dan menyeramkan.

Ruangan itu hangat, dengan vibes lampu kuning sebagai penerangan, dan banyak sekali foto-foto makanan.

Kami tiba di lukisan besar buah-buahan dengan mangkuk besar. Fred mengelitik piringnya dan lukisan tersebut terbuka.

Tidak banyak peri saat itu, hanya ada beberapa.

Fred mendekat " Bisa tolong, minta kue sus lagi?" Kata Fred dan tak lama semangkuk besar kue sus dibawa salah satu peri-rumah, di serahkan kepada Fred.

Hermione tercekat tidak dapat merespon apapun. Dia berbalik diikuti oleh Fred keluar dari dapur.

Aku mengeluarkan napas, berpikir ingin makan apa lagi, tidak mengingat ketika masuk dapur bahwa aku sudah makan.

" Miss apa yang anda butuhkan, ingin segelas teh?" Kata salah satu Peri-rumah dengan serbet merah di pundaknya, menghancurkan lamunanku.

Aku memandang George, dia mengangguk.
" Terima kasih, jika ada coklat panas kami akan senang sekali" katakku sambil tersenyum bahagia.

George menambahkan " Apa masih ada Puding coklat?"

Peri-rumah itu menjawab dengan lebih semangat "Ya, kami punya semua itu, anda ingin kukis juga Sir"

Aku tertawa, Sir, sungguh lucu sekali. George memandangku sambil mengangguk " Ya, aku ingin sesuatu yang manis"

" Kenapa kau tertawa?" Tanya George, mengikuti diriku yang duduk di ujung meja besar dapur. Duduk di depanku, kami saling berhadapan.

" Oh tidak Sir, tidak tertawa..." Kataku tapi sambil tertawa lagi.

" Lucu sekali" Kata George sambil ikut tertawa melihatku.

" Jangan melihatku seperti itu nanti kau terpesona" kataku.
George terkekeh. " Terlambat" Katanya.

Peri-rumah membawa makanan ke ujung meja kami hingga hampir penuh. Padahal kami hanya meminta puding coklat, dan kukis dan coklat panas tapi di sampingnya kami juga di beri roti keju yang benar-benar enak.

Aku makan dengan lahab tak peduli dengan George. Kemudian aku ingat Hermione belum makan apa-apa.

" Permis, Bolehkah aku meminta Kue keju dan Puding Coklat untuk dibawa ke asrama" tanyakku pada Peri-rumah.

" Baik, Miss akan kami bawakan" Ujarnya Sambil tersenyum senang.

" Kau, sungguh akan gemuk jika masih ingin makan lagi setelah ini" Kata George sambil melahap satu slice kue keju.

" Bukan... untukku..." Katakku tersendat saat menikmati puding coklat. " Hermione belum makan... Dia sedang mogok makan"

"Kenapa ?" Tanya George sambil menghapus sisa makan dari pipiku.

" Perbudakan, soal Peri-rumah. Karena itu aku dan Hermione ingin kemari" Terangku, sambil memandang dapur.

" Kau tahu George, kupikir aku suka dengan Dapur ini" George mendengarkan.
" Tentu, aku juga suka" Jawabnya.

" Enak ya!" Kataku " Kenapa kau baru mengajakku sekarang?"

" Yeah, kau tidak pernah minta" Kata George sambil, menghabiskan sisa coklat panasnya.

" Harusnya, ajak aku lebih awal" Kataku ketus.

" Soal Triwizard kalian benar akan coba ikut?" Tanyakku sambil makan kukis.

" Tak ada salahnya kami coba, kami ingin membuka usaha kami sendiri, kau tahu sudah tidak banyak waktu kami di Hogwarts. Aku tahu Dad tidak dapat banyak membantu nanti"

" Yeah, kau benar, kalian pasti bisa, pelan-pelan," katakku sambil memakan potongan terakhir kue keju.
" Tapi menurutku, pengaman Dumbledore tidak akan bisa kau kecohkan George" katakku sambil minum Coklat panas.

George mengangguk, memandanggku menghabiskan puding coklat. " Fred yang akan ikut, jika kami bisa mengecoh pengaman" kata George, gerakan tanganya akan menghapus noda di pipiku lagi ketika suara pintu terbuka dan menampilkan salah satu Prefect yang sedang berjaga.

" Apa yang kalian berdua lakukan disini?" Tanyanya tenang, tapi matanya tajam menatap kami.

Tangan George masih maju membersihkan pipiku sambil berkata " Kencan Diggory, kencan" Dengan nada bercanda, yang di balas Cedric dengan angin lalu.

Cedric maju mengangkat tangan George yang sedang membersihkan pipiku. " Tidak di waktu seperti ini" Kata Cedric, nadanya lebih tinggi.

Peri-rumah yang tadi, datang menghampiri memberi sebungkus kain yang di dalamnya ada makanan yang aku pesan tadi. Aku menerimanya.

" Terima kasih banyak" katakku sambil berdiri.

Cedric melepaskan tangan George, George Kemudian ikut berdiri.

" Kalian melanggar peraturan, kalian tahu itu?" Tanya Cedric masih memandanggku.

" Yeah, tentu. Maaf " Ucapku tulus, memandang Cedric, George hanya diam. Aku memandang George yang kemudian memandangku. Aku seolah bicara tanpa suara. - cepat katakan maaf.

" Maaf, Diggory. Kau sungguh pekerja keras" kata Geroge sambil menepuk pundak Cedric dan berjalan kearah pintu.

" Kami akan kembali ke asrama sekarang." Kataku.
" Kau boleh ambil point kami jika kau mau?" Tawarku supaya adil, aku kemudian akan menyusul George ketika Cedric memegang lenganku.

" Apa yang sedang kalian lakukan?" Tanya Cedric kali ini serius sekali memandangku, wajah yang biasanya selalu tersenyum kini menampilkan sisi baru.

" Oh..," katakku sambil melepas tangannya pada lenganku ".. kami hanya makan Ced, hanya makan, tidak ada apa-apa. Kau tahu aku kehujanan dan di luar hujan, dingin, kemungkinan ini yang menyebabkan aku lapar-"

Cedric merapikan rambutku, memasangkan jepit rambut kupu-kupu yang terbawanya tahun lalu.

" Baiklah" katanya singkat, wajahnya terlihat polos, tanpa ekspresi. Aku mengangguk. Berharap dia akan tersenyum.

" Ced? kita mulai panggil nama depan ya Kennya?" Aku kaget sekali saat dia mengatakan itu. Bodoh. Dasar aku.

" Oh, maaf, maaf sekali" Kataku canggung.

" Tidak.., begitu saja bagus" katanya, masih dalam posisi wajah polos tanpa ekspresi. Sungguh aku mulai berpikir dia marah.

" Kau tidak marahkan?" Tanyaku masih panik. Tapi sebelum Cedric bisa menjawab terdengar suara George dari luar pintu yang sedikit terbuka " (y/n) cepat!"

Aku mengangguk. " Maaf Ced, soal ini," Dan kemudian aku sadar lagi memanggil dia Ced " Oh dan soal ini, tapi baiklah. Terima kasih Cedric." Katakku bingung, memeluk bungkusan tadi dan berlari ke arah pintu.

Sungguh gila, apa sih yang sedang aku pikirkan hingga semua jadi serba tidak jelas.

Wajah Cedric yang seperti itu juga turut memberi tanda tanya lebih pada diriku.

Tapi apapun itu semoga semua akan baik-baik saja.

Ketika menutup pintu aku berharap bisa melihat senyum Cedric sekali lagi. Tapi tidak. Nihil. Dia masih dengan wajah datarnya.

Catatan penulis:
11 April 2023









Our Golden Time | Cedric Diggory Where stories live. Discover now