Portkey

953 101 1
                                    

Rasanya aku baru saja menutup mata, diriku sudah dibangunkan oleh Mrs Weasley.

" Sudah waktunya bangun (y/n). " ujarnya pelan.   DIluar masih gelap, Hermione bangun dengan rambut yang lebih mengembang.

Ginny berdiri dari tempat tidur dan meregakan badannya.  " s'ydah waktunya ya? " tanyanya sambil menguap.

Kita bersiap, merapikan rambut, berpakaian dalam diam karena masih mengantuk, kemudian kami bertiga turun ke dapur sambil membawa ransel.

Mr Weasley sedang menghitung segepok tiket. Sedangkan Harry, dan Ron, sarapan bubur.

"Accio! Accio! Accio!" teriak Mrs Weasley, dan permen beterbangan dari segala tempat yang tak terduga, seperti lapisan jaket George dan lipatan kaki celana jins Fred.

"Kami menghabiskan enam bulan membuatnya!" Fred berteriak kepada ibunya ketika Mrs Weasley membuang permen-permen itu.

"Oh, cara bagus untuk menghabiskan enam bulan!" jerit Mrs Weasley. "Pantas saja kalian tidak dapat OWL lebih tinggi!"

Suasana menjadi tidak enak, si kembar ternyata berusaha menyelundupkan permen- permen itu untuk dijual.

Aku, dan Hermione saling pandang sambil memakan selembar roti.

Mrs Weasley masih marah ketika mengecup pipi Mr Weasley. Tapi ternyata Fred dan George lebih marah lagi, mereka berjalan lebih dulu.

" Jangan bikin kehebohan" Teriak Mrs Weasley tapi si kembar tidak menoleh.

"Dasar dua anak itu, aku akan kirim Bill, Charlie dan Percy kira-kira tengah hari, mereka akan ber-Apparate." Ujar Mrs Weasley sambil bersedekap.

Udara dingin sekali dan bulan masih bersinar.  Kami sudah berjalan cukup lama.

" Kita mau ke mana sih" Tanya Ron lelah.
" Portkey terdekat "  kata Mr Weasley

" Apa itu Portkey? " Tanya Harry bergantian.
" Portkey adalah benda-benda yang digunakan untuk mengangkut penyihir dari satu tempat ke tempat lain pada waktu yang sudah ditentukan. Bisa berangkat serombongan besar sekaligus, bentuknya bisa apa saja semacam benda-benda yang tidak menarik bagi muggle." Jawab Mr Weasley.

Setelahnya tidak ada percakapan, karena tidak punya sisa napas untuk bicara ketika mulai mendaki bukit Stoathead.

Kadang-kadang aku terhuyung jika terperosok ke dalam lubang kelinci dan George akan menertawakanku sambil menyeret ranselku.

Setelahnya dirinya atau Fred yang akan terpeleset gerimbul lebat rumput yang licin.

Kaki Harry terlihat mulai susah gerak, sampai akhir telapaknya menginjak tanah datar.

" Whew!" Engah Mr Weasley mengelap  kacamatanya dengan bajunya. " Yah, cukup lah- kita masih punya sepuluh menit... katanya sambil melihat jam tangan.

Hermione tiba terakhir, memegangi sisi perutnya aku menghampiri dan mengandengnnya.

" Sekarang tinggal cari Portkey-nya." Kata Mr Weasley pasti tidak jauh.

Kami menyebar, mencari.  Aku, Hermione, dan George pergi menyebar bersama. Beberapa menit setelahnya terdengar teriakan.

" Di sini, Arthur! Di sini, Nak, sudah ketemu!"

Dua sosok jakung membentuk siluet, di belakangnya berlatar tebing dengan banyak bintang.

" Amos!" Kata Mr Weasley, tersenyum. Seraya melangkah mendekati laki-laki  yang berteriak. Kemudian kami mengikuti.

Langkahku terhuyun, saat sadar siapa dia. Hermione memandangkku seolah bertukar pikiran ( Tampan sekali ya dia). Kemudian Ginny ikut mengernyitkan alis pada kami berdua.

" Ini Amos Diggory anak-anak" kata Mr Weasley.
" Dia bekerja di Departemen Pengaturan dan Pengawasan Makhluk Gaib. Dan kurasa kalian kenal anak- nya, Cedric?"

Cedric Diggory menurutku pemuda luar biasa tampan, kelas enam tahun ini. Dia Kapten dan Seeker tim Quidditch Hufflepuff di Hogwarts. Dia juga mungkin akan jadi Prefect. Sungguh sangat perfect.

" Hai" sapa Cedric, ramah, sambil berkeliling memandang kami semua.

Semua membalas ber-hai, kecuali Fred dan George.  Masih belum memaafkan saat Gryffindor kalah tahun lalu dari Hufflepuff. Fred hanya tersenyum samar, sedangkan George  mengganguk sambil merangkul bahuku.

" Ada apa?" Bisikku pelan pada George.
" Ha ha, nothing." Rasanya Cedric memandang kami. " Capek sekali" tambah George sambil bersandar padaku.

"Perjalanan jauh, Arthur?" tanya ayah Cedric.

"Tidak juga," kata Mr Weasley. "Kami tinggal di balik desa. Kau?"

"Harus bangun pukul dua, ya, Ced?" Amos Diggory dengan ramah memandang ke ketiga anak laki-laki Weasley, Harry, Hermione, Ginny dan Aku. "Semua anakmu, Arthur?"

"Oh, bukan, cuma yang rambutnya merah," kata Mr Weasley, seraya menunjuk anak-anaknya.

"Ini Hermione, teman Ron-dan Harry, temannya yang lain. Dan yang rambut hitam manis  temannya Ron juga "  Aku tertegun dipanggil manis oleh Mr Weasley. Ron memandangku  sambil mengendikan bahu. Dasar.

"Jenggot Merlin," kata Amos Diggory, matanya melebar. "Harry? Harry Potter?" Reaksi yang biasa ketika kau sudah berteman lama dengan Harry. Kasian Harry ketika menghadapi orang baru, tapi mungkin dia sudah terbiasa.

"Er-yeah," kata Harry. Sambil menjabat tangan Mr Diggory, tangan satunya memegang sepatu bot tua.

"Ced sudah cerita tentang kau"  kata Mr Diggory "Cerita kepada kami tentang bertanding lawan kau tahun lalu. aku bilang padanya, Ced bisa diceritakan kepada cucu-cucumu... Kau mengalahkan Harry Potter"

Aku tahu, Harry tak tahu harus menanggapi bagaimana, maka dia diam saja.

Fred dan George cemberut. George masih menyender padaku. Cedric memandangku tampak agak malu soal perkataan ayahnya.

"Harry jatuh dari sapunya, Dad," gumamnya
"Kan sudah kubilang... itu kecelakaan..." tambahnya.  Rendah hati juga pikirku.

"Ya, tapi kan kau tidak jatuh, kan?" raung Amos senang seraya menepuk punggung Cedric. Yeah kupikir tidak enak juga jadi Cedric, hidupnya serasa penuh tekanan orang tua.

Sudah hampir saatnya," kata Mr Weasley cepat sambil menarik keluar arlojinya lagi. "Apa masih ada yang kita tunggu Amos?"

"Setahuku tidak," Jawab  Mr Diggory

"Lebih baik kita bersiap-siap.." Kata Mrs Weasley sambil memandang kami Aku, Harry dan Hermione. "Kalian cuma perlu menyentuh Portkey-nya, satu jari sudah cukup..."

Harry tampak bingung, demikian dengan diriku.
Dengan susah payah, kami berusaha memegang sepatu bot usang,  karena ransel kami  besar-besar sulit menjangkaunnya.

Kami bersepuluh berdesakan mengitari sepatu bot butut yang dipegangi oleh Mr. Diggory, bahkan tanganku tidak sampai. George memegangnya.

"Dalam hitungan 3 detik" kata Mr Weasley.

" 1... 2... 3...."

" Aaaaa..."  Tak tahu siapa yang berteriak, mungkin aku juga berteriak. Pegangan George pada tanganku serasa hampir terlepas, tapi kemudian ada pegangan tangan lagi yang lebih mantap.



Catatan penulis:
8 April 2023

Our Golden Time | Cedric Diggory Donde viven las historias. Descúbrelo ahora