Menghalangi

352 48 1
                                    

Kami berempat meninggalkan kastil esok siangnya. Matahari yang lemah keperakan telah menyinari bumi. Cuaca lebih hangat daripada sebelumnya, dan saat tiba di Hogsmeade, kami berempat langsung melepas mantel dan menyampirkannya di bahu.

Makanan yang dipesan Sirius ada di dalam tas Harry. Kami telah mencuri selusin paha ayam, sebantal roti, dan setermos jus labu kuning dari meja makan.

Kami ke Gladrags Wizardwear-Toko Pakaian-Pesta Penyihir-membelikan hadiah untuk Dobby terlebih dahulu. Di sana kami senang sekali karena dapat memilih kaus kaki paling norak yang bisa ditemukan, termasuk sepasang yang bermotif bintang-bintang emas dan perak yang berkelap kelip, dan sepasang lainnya yang menjerit keras kalau sudah terlalu bau.

Aku juga membelikan Blibli dua kaos kaki berwarna merah dan kuning, entah kenapa aku juga jadi berpikir tentang Blibli.

Kemudian, pukul setengah dua, kami berjalan ke High Street, melewati Dervish and Banges, dan menuju tepi desa.

Aku merasa belum pernah ke arah ini. Jalan setapak yang berputar-putar membawa kami ke daerah pedalaman liar di luar Hogsmeade.

Pondok-pondok semakin jarang di sini, dan halamannya lebih luas, kami berjalan ke kaki gunung yang bayangannya menaungi Hogsmeade.

Kemudian kami membelok di sudut dan melihat undakan di ujung jalan setapak. Seekor anjing besar berbulu panjang, membawa beberapa koran di moncongnya, dengan kaki depannya di jeruji paling atas, sudah menunggu kami.

Anjing ini rasanya sudah kami kenal
"Halo, Sirius," sapa Harry, ketika kami telah tiba di depannya.

Anjing hitam itu mengendus tas Harry dengan bergairah, menggoyang ekornya sekali, kemudian berbalik dan menjauh dari kami menyeberangi petak tanah penuh semak yang meninggi menyatu.

Sirius membawa kami ke kaki gunung, yang dipenuhi batu-batu besar dan karang. Mudah sekali baginya melintasi tempat ini karena dia berkaki empat, tetapi Aku, Harry, Ron, dan Hermione segera saja kehabisan napas.

Kami mengikuti Sirius memanjat lebih tinggi, ke gunung itu sendiri. Selama hampir setengah jam kami mendaki jalan setapak yang curam, berbelok-belok, dan berbatu, mengikuti ekor Sirius yang bergoyang, mandi keringat di bawah sinar matahari.

Kemudian, akhirnya, Sirius menyelinap dan lenyap, dan ketika kami tiba di tempatnya menghilang, kami melihat celah sempit di karang.

Kami menyelusup dengan susah payah dan tiba di gua yang sejuk berpenerangan remang-remang. Di ujung gua, salah satu ujung talinya melingkar di batu karang, tertambat Buckbeak si Hippogriff. Separo kuda abu- abu, separo elang raksasa, mata jingga Buckbeak yang galak menyala melihat kami.

Kami berempat membungkuk rendah di depannya. Setelah memandang angkuh kami sejenak, Buckbeak menekuk lutut kaki depan- nya yang bersisik dan mengizinkan Hermione mendekat dan membelai lehernya yang berbulu.

Tetapi ketika aku memandang Hermione,
si anjing hitam, yang baru saja berubah menjadi walinya Harry.

Sirius memakai jubah abu-abu compang-camping- jubah yang sama yang dipakainya ketika meninggalkan Azkaban.

Rambut hitamnya lebih panjang dari-pada ketika dia muncul di perapian, dan berantakan serta kusut lagi. Dia sangat kurus. "Ayam!" katanya serak setelah menyingkirkan Daily Prophet lama dari mulutnya dan melemparnya ke lantai gua.

Harry membuka tasnya dan menyerahkan
bungkusan paha ayam dan roti.

"Terima kasih," kata Sirius, membukanya, menyambar sepotong paha ayam, duduk di lantai gua, dan merobek sepotong besar dengan giginya. "Selama ini aku kebanyakan makan tikus. Tak bisa mencuri terlalu banyak makanan dari Hogsmeade. Akan menarik perhatian."

Our Golden Time | Cedric Diggory Where stories live. Discover now