22. Bilang!

3.1K 293 61
                                    

🔞

***

***

Jeje betulan merealisasikan wacana perihal staycation di Lembang. Villa kepunyaan kelurganya jadi tempat ia membawa sepuluh manusia melepas kepenatan, sekaligus ajang rehat bagi anak-anak Nayanika sebelum mereka disibukkan dengan persiapan konser.

Dua mobil yang masing-masing dikemudikan oleh Jeje dan Jamie tiba di daerah Lembang pada pagi hari. Minus Marka dan Sheila yang bakal menyusul malamnya. Kevin tidak diberitahu jika Sheila turut serta dalam kegiatan sehingga tampak lesu, bahkan keberadaan Kamila pun tak menggugah sedikit pun gairahnya. Kevin cenderung menjaga jarak, kentara meminimalisir interaksi.

Di saat yang lain langsung tenggelam dalam euforia setibanya di sana; ada yang karaokean, berenang, bersantai di rooftop sambil menikmati view cantik, Kevin malah memilih tidur.
Lelaki itu baru bangun di jam enam sore ini ketika yang lain berkumpul semua di rooftop untuk berbeque-an.

Kevin melangkah gontai ke dapur, hendak membasahi tenggorokan, tetapi ia berpapasan dengan Kamila yang mendekap beberapa kaleng Pringles. Keduanya kompak terpaku sepersekian detik, dan Kevin lekas menyungging senyum tipis untuk mencairkan suasana. Bagaimana pun Kamila tidak salah apa-apa dan tidak layak diperlakukan tak acuh olehnya.

"You okay, Kevin?" Sejatinya Kamila tak perlu bertanya demikian sebab mata Kevin gamblang tunjukkan jawaban.

Kevin mengangguk, lantas menyisir ke belakang poninya yang berantakan. Ia mengembuskan napas, sarat lelah. Entahlah, tetapi Kevin merasa capek bahkan saat tidak melakukan apa-apa.

"Maaf, ya?"

"Aku yang minta maaf, Kak."

Sejak kejadian di rumah sakit waktu itu, di mana Kevin pergi tanpa kata, Kevin menghilang bak ditelan bumi setelahnya. Kamila coba hubungi pun tak direspons. Telepon tak diangkat, pesan tak dibalas. Beruntungnya Jeje sudi mengabari secara berkala perihal keadaan Kevin yang tak baik-baik saja. Mengetahui Kevin sedemikian hancur karena putus dari Sheila membuat Kamila tersadar; ia tidak punya celah untuk memasuki hati Kevin, untuk dicinta sehebat Kevin mencinta Sheila, apalagi menggantikan posisi Sheila. Kevin yang pernah bilang Sheila itu Semestanya ternyata bukan bualan.

"Kamu sendiri gimana, Kak?" tanya Kevin, tatapannya jatuh sekejapan ke perut Kamila. "Udah baikan, 'kan?"

"Udah."

"Jangan keseringan makan yang pedes lagi, Kak Iya. Cintai ususmu, minum—"

"Yakult tiap hari?" Kamila terkekeh.

Disahuti tawa pelan oleh laki-laki itu.
"Ke atas, Kak. Camilan udah ditunggu tuh kayaknya," kata Kevin, membuat Kamila mengangguk dan beranjak. Namun, lelaki itu tak sempat masuki dapur lantaran Jeje tiba-tiba datang dan semena-mena melempar titah;

"Vin, tolong angkut jagung di mobil Marka. Orangnya baru datang, tuh."

Kevin tak punya energi untuk protes, jadi dengan lesu ia bawa langkahnya ke pintu depan. Namun, kaki jenjang lelaki itu terpaku di dekat pintu sebab menemukan presensi seseorang yang amat dirindukan. Sesaat, Kevin lupa cara bernapas, terlalu terkejut dapati Sheila yang baru turun dari mobil. Ia membeku, bahkan enggan mengedip, takut sosok cantik itu hilang. Jika ini cuma ilusi lantaran kerinduan yang tak terbendung, maka Kevin bersedia menjadi delusional sampai esok pagi.

[✓] Friends with BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang