5. Kesepakatan

3.7K 317 58
                                    

Kevin tumbang. Setelah diperiksa, ia diharuskan rawat inap. Sheila sempat menjenguk sebentar sebelum bekerja, lalu balik ke rumah sakit di jam tujuh malam. Di ruangan tersebut, ada Joan dan Arjuna yang menunggui sedari pagi. Jamie sendiri sedang keluar membeli makanan untuk kedua kawannya yang menunggui Kevin.

Joan dan Arjuna rebahan di sofa dengan fokus tenggelam pada ponsel masing-masing, posisi kaki mereka saling sapa di tengah-tengah sofa. Tawa kecil Joan sesekali terdengar, merespons candaan Gisella di seberang sambungan teleponnya, bikin Arjuna berdecak sebal lantaran Kemuning sedang sibuk kerja kelompok bersama teman-teman kuliahnya. Sementara Sheila, tangannya langsung digenggam erat-erat oleh Kevin satu detik sejak ia menempatkan diri pada kursi di sisi ranjang, seolah-olah lelaki itu takut kembali ditinggalkan. Sheila tak banyak bicara kendati Kevin sempat protes karena terus didiamkan. Sheila mau Kevin istirahat supaya lekas pulih.

Sheila yang sedang melajukan jemari di wajah lelap Kevin, menelusuri tiap lekuk rupa menawan itu, tiba-tiba terinterupsi oleh dering nyaring dari meja kecil di sisi ranjang. Itu ponsel Kevin. Lantaran empunya tak juga buka mata, maka Sheila raih benda pipih tersebut, mengecek nama di layar, kemudian dengan terpaksa membangunkan Kevin. "Prima, nih."

Kevin mengerjap, lantas melepaskan genggaman tangannya dengan Sheila demi menerima uluran ponsel dari perempuan itu. Kendati kesadarannya masih berceceran, Kevin langsung menggeser ikon hijau pada layar, tak lupa menyalakan loud speaker. "Halo?"

"Gue mau ngasih info!"

Suara Prima terdengar antusias, sampai-sampai dua yang berada di sofa kompak melempar atensi ke arah ranjang. Joan yang tidak kepoan sih cukup tahu saja, balik konsentrasi bertelepon ria dengan kekasihnya. Sedangkan Arjuna si tukang julid langsung memandang Sheila yang kebetulan juga menatapnya. Arjuna menyungging senyum penuh arti, dibalas Sheila dengan decihan malas. Sheila tahu sekali bahwa lelaki itu mau meledek, jadi sebelum makin menjadi-jadi, Sheila lemparkan saja satu buah apel hasil buah tangan Jeje. Namun, malah Joan yang keningnya kena timpuk. Alhasil Arjuna ngakak nista, tetapi bungkam seketika saat Joan melempar apel tersebut dan mengenai dahinya vokalis Nayanika.

"Wih-" Suara Kevin mengalun serak, tetapi antusiasme kentara terdengar. "Info apaan, nih? Tumben banget lo nelepon duluan." Diakhiri tawa kecil.

"Gue ambil tawaran tour itu!"

Rasa bangga terlihat dari cara Kevin mengulas senyum. "Gue tau lo akan. Semangat, oi. Gue ikut seneng, Prim."

"Thanks to you, Vin. Saran lo waktu itu jadi salah satu alasan gue berani ambil keputusan ini. Lo bener, gue harus hajar semua kesempatan bagus yang dengan sukarela mendatangi gue."

"Gitu, dong. Baru cewek keren."

"Makasih, ya?"

"Santai, elah. Kayak sama siapa aja."

"Ya udah itu aja, hehe ...."

"Oke."

Sambungan diputus dari seberang. Kevin letakkan ponselnya ke sisi bantal, lantas menoleh pada Sheila.

"Kenapa di-loud speaker?" tanya Sheila yang jemarinya lagi-lagi disembunyikan Kevin dalam genggaman. Perempuan itu mendengkus geli lantaran Kevin mengecup punggung tangannya berkali-kali. "Gue nanya, Kevin."

"Biar lo gak salah paham."

Sheila mengernyit. "Salah paham?"

"Udahlah, enggak usah dipikirin." Kevin bergerak memiringkan badan supaya dapat leluasa menatap Sheila, lantas naik sebelah tangannya ke pipi perempuan itu. "Sorry ya, Shei, gue ngerepotin. Lo pasti capek abis kerja."

"Makanya jangan sakit."

"Maunya juga enggak."

Satu tangan yang tidak digenggam, Sheila pakai untuk mengelus konstan dahi Kevin. "Tapi abis dapet cairan infusan lo kelihatan lebih fresh, sih. Lo tuh butuh banget tidur kayaknya, Vin."

[✓] Friends with BenefitsNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ