18. Porak Poranda

2.3K 306 181
                                    

Sheila berdiri di depan pintu sebuah ruang rawat inap. Di dalam, Kamila berada, usai menjalani operasi usus buntu tadi malam. Sebuah malam yang membuat Sheila menyadari; Kevinnya telah benar-benar membagi rasa cinta, duakan atensi, prioritasnya tak Sheila lagi. Semalam, Sheila dikabari Arjuna bahwa Kevin, sesaat setelah landing—pulang manggung di luar daerah—langsung bergegas ke rumah Kamila, membawa perempuan itu ke rumah sakit, mengurus segala urusan untuk operasi yang harus dilakukan sesegera mungkin. Lantaran keluarga Kamila ada di Jakarta, maka Kevin diminta mendampingi dan menjaga Zola sebelum keluarganya Kamila tiba.

Tadi malam, Sheila hubungi Kevin berkali-kali, ingin tahu keadaan lelaki itu dan Kamila. Namun, tak dijawab. Sheila berusaha pahami, berprasangka positif, mungkin Kevin sedang sibuk mengurus administrasi. Atau tengah menjaga Zola selagi Kamila ditangani.

Sayangnya hingga pagi menjelang, hingga Sheila membuka mata dari tidurnya yang dipenuhi mimpi buruk, ponselnya tak juga menunjukkan satu pun notifikasi pesan atau panggilan tak terjawab dari Kevin. Kecemburuan tak lagi bisa disangkal, Sheila otomatis overthinking. Sesibuk itu, ya? Bahkan sekadar menyempatkan satu menit untuk mengirim pesan singkat pun tidak bisa? Ini tentang Kevin yang sungguhan sibuk, atau Sheila yang tidak lagi menjadi prioritas lelaki itu?

Sheila, dalam perjalanan ke rumah sakit, menatap hampa hujan yang turun dari balik kaca jendela mobil Arjuna. Renungkan segalanya; Kevin sudah melangkah lebih jauh dari yang Sheila kira. Ketika Sheila mengira itu sekadar dua langkah, ternyata Kevin kini nyaris menjejakkan kaki di angka sepuluh. Sulit, tangan Sheila tak lagi mampu jangkau punggung lelaki itu.

Beri tahu Sheila harus bagaimana semisal suatu hari Kevin datang untuk mengatakan yang sejujur-jujurnya?

"Shei," panggil Arjuna yang sejak tadi berdiri selangkah di belakang Sheila, menatap nanar bahu perempuan itu. "Kevin bilang dia lagi di bawah sama Zola, di kafetaria, jadi di dalam cuma ada Kamila. Lo bilang ada sesuatu yang mau diomongin sama Kamila, masuk, gih. Gue bakal nahan Kevin di sini selagi kalian bicara." Lelaki itu mengusap puncak kepala Sheila, meyakinkannya untuk segera masuk.

Sheila mengangguk, lekas ditariknya pegangan pintu. Begitu terbuka, adu tatap tercipta. Sheila terpaku, merasa sesak, membayangkan Kevin ada di sini sepanjang malam, mencurahkan kepeduliannya pada perempuan lain. Selagi mengambil langkah memasuki ruangan, Sheila edarkan pandangan, lantas berhenti sejenak fokusnya pada sofa di mana tas ransel tergeletak. Tas ransel milik Kevin, dibeli empat tahun lalu bersama Sheila dan jadi tas yang paling sering Kevin gunakan keluar kota. Selain tas, bebauan di ruangan juga mengingatkan Sheila pada Kevin. Wangi musk yang jadi favorit Kevin tercium samar-samar, bercampur bau obat—membuat Sheila mau menangis saja rasanya. Menangisi banyak hal; rindu, kecewa, dan pekatnya rasa takut akan kehilangan. Rindu Sheila sendu.

"Pagi, Mbak," sapa Sheila disertai satu ulas senyum yang kontradiksi dengan kilat nelangsa di manik matanya. "Aku gak ganggu waktu istirahatnya, 'kan?" Ia terkekeh, berlagak ceria, padahal ada sesuatu yang berkali-kali patah di dalam dadanya. Melihat gurat letih di wajah Kamila, membayangkan betapa telaten Kevin mengurusinya—Sheila diam-diam meremas kuat kain celana. 

Kamila tersenyum ramah. "Aku minta maaf udah pinjem Kevin semalaman ya, Shei. Aku beneran gak enak sama kamu, tapi aku gak tau harus minta tolong ke siapa lagi." Kentara sesal di matanya, tampak tulus, sayangnya tak mampu obati nyeri yang Sheila rasa.

Tawa pelan mengudara, mengangguk seakan-akan hal tersebut bukanlah masalah besar bagi Sheila. Ia gapai tangan Kamila yang bebas dari selang infusan, menggenggamnya. "Mbak, Kevinnya jangan lupa dibalikin, ya?"

Kamila menegang sesaat, terkejut atas perubahan topik obrolan mereka. Ia menggigit bibir bawah, mengalihkan pandang. Enggan sambut nelangsa yang memendar dari mata Sheila.

[✓] Friends with BenefitsNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ