7. Bajingan

3.3K 308 17
                                    

Di hari libur kerja, Sheila biasanya mengunjungi sang mama, dan pagi ini perempuan itu sudah berada dalam taksi menuju rumah untuk membawa syal beliau. Minggu lalu, Anya—bunda Sheila—terus menggumam, meminta dibawakan syal pemberian suaminya. Mati-matian Sheila tahan isak tangis, sebab ironi sekali; segala tentang si bajingan melekat di ingatan Anya, tetapi lupa pada Sheila dan Marka. Cinta, kenapa sekejam itu menyiksa?

"Kenapa, babe?" tanya Sheila dengan ponsel menempel di daun telinganya.

"Titip salam ke Bunda, ya?" ucap Kevin yang hafal betul bahwa hari ini jadwal Sheila membesuk Anya, bahkan jika senggang, dia pasti menemani Sheila.

"Iya, nanti disampein. Take off jam berapa? Udah di bandara belum?"

"Udah, baru aja sampe. Take off jam delapan. Ini lagi nyari sarapan dulu."

"Save flight, Vin. Have fun juga ya nanti liburannya." Pada akhirnya Sheila berhenti ngambek, malah berbalik mendorong Kevin untuk tak mundur dari kegiatan menyenangkan tersebut. Sheila tahu sang sahabat membutuhkan penyegaran, baik fisik dan isi kepala, maka siapa Sheila yang semena-mena melarang lelaki itu?

Sheila memang sempat dongkol, tetapi tidak sekekanak-kanakan itu. Lagipula alasan mereka cukup bisa dinalar logikanya; Sheila sibuk. Ya, tidak salah-salah amat. Penerbitan tempatnya mencari rupiah sedang kebanjiran rezeki. Dia sebagai satu dari tiga founder penerbitan tersebut harus memantau secara langsung jalannya segala kegiatan yang terjadi di sana.

"Dibilang gue gak ikut."

"Jangan jadi party pooper, dong!"

"Keberadaan gue di antara mereka gak sepenting itu, Shei, elah!" Lelaki itu tergelak kecil—suara renyahnya menggelitik pendengaran Sheila.

"Ikut, Vin. Harus ikut. Katanya ada janji bikin vlog sama Prima? Tepatin. Jadi cowok harus bisa pegang ucapan."

Terdengar helaan napas dari seberang sambungan, bikin Sheila tersenyum geli, terbayang dengan jelas ekspresi sebal Kevin. Bagaimana pun caranya, akan Sheila cegah lelaki itu mangkir dari liburan bersama anak Nayanika. Sheila tentu tak enak hati jika sampai Kevin pulang ke Bandung sendirian hanya karena dirinya. Bisa-bisa Jamie ikut balik juga, kan sangat tidak lucu.

Beberapa saat keduanya bertukar candaan dengan tawa sesekali jadi jeda, akhirnya kendaraan yang membawa Sheila sampai di depan pagar rumahnya. Perempuan itu turun dari mobil masih sambil mendengarkan cerita Kevin perihal betapa canggung Jamie dan Anggi, betapa berisik Kemuning dan Arjuna, serta muaknya Kevin menonton Joan dan Gisella yang terus mengumbar kemesraan. Haduh, Shei, ini gue doang yang ngang ngong ngang ngong, njir! Begitu keluh Kevin yang tentu saja Sheila respons dengan tawa bahagia. Bayangan wajah melas nan nelangsa Kevin terpeta sempurna di kepalanya.

"Gue udah sampe rumah."

"Kok ke rumah, Shei?"

"Mau ambil syalnya Bunda dulu."

"Oh, oke."

"Gue tutup ya, Vin?"

"Kiss dulu gak, sih?"

"Hah? Sorry nggak kedengeran! Ini sinyalnya jelek, nih. Suara lo ilang!"

"Awas entar kalau gue pulang."

Sheila terkekeh, lantas mengecup layar ponsel hingga terdengar bunyi muah, memicu tawa keras dari Kevin. Sampai di sana obrolan keduanya lantaran si lelaki pamitan mau mengisi perut dulu.

[✓] Friends with BenefitsWhere stories live. Discover now