6. Andai

2.7K 303 31
                                    

Setelah menghabiskan tiga kantung cairan infusan, Kevin pun diizinkan pulang. Arjuna dan Jamie yang malam itu senggang lantas mengantar sang kawan ke apartemennya. Mereka tak lama di sana lantaran Kevin bilang ingin istirahat seorang diri. Namun, nyatanya Kevin menghubungi Sheila, meminta si cantik mengunjunginya.

Selagi menunggu kedatangan sang sahabat, Kevin pakai waktu luangnya untuk mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Bali esok hari. Tidak sama seperti manggung ke luar daerah sebelum-sebelumnya, di kepergian kali ini Kevin memasukkan banyak alat ke koper. Ada wacana menarik yang bakal ia eksekusi bersama anak-anak Nayanika. Semoga saja sesuai rencana.

"Babe! Lo di mana?"

Tanya yang mengudara dalam nada tinggi itu sontak membuat Kevin terkekeh. Menoleh ke ambang pintu yang terbuka, lelaki itu membenarkan batang kaca mata yang bertengger di tulang hidungnya, menyahut sama keras, "Gue di kamar, babe!" Tidak lari ke mana-mana netra Kevin selagi menunggu kemunculan sahabatnya.

Tujuh detik kemudian presensi Sheila terbingkai pandangan Kevin. Lantas, dua pasang mata itu mengadu tatap, senyum jenaka praktis terbit di sudut bibir mereka. Sheila ambil langkah santai, melirik sepersekian detik ke koper di hadapan Kevin-kernyitan muncul di dahi Sheila sebab temukan kejanggalan. "Tumben bawa koper?" Seingat Sheila, Kevin biasanya hanya menggendong ransel jika manggung di luar daerah. "Atau lo bakal lama di sananya, Vin?" Tubuh dalam balutan loose pants dan hoodie hitam itu pun melompat ke kasur, berguling-guling sebentar sambil memeluk erat guling. Dihirupnya kuat-kuat wangi citrus bercampur wood yang menempel di sprei serta bantal-wangi khas Kevin yang amat Sheila suka. Wangi yang sanggup menenangkan rongga dada.

Menyaksikan Sheila meringkuk di atas ranjang macam posisi bayi dalam kandungan, Kevin tak dapat menahan kekehan geli. Masih bertahan pada posisi duduknya di karpet, Kevin membalas sembari menarik resleting koper, "Gue bakal agak lama di sana, soalnya Bang Jeje ngasih kita waktu libur satu minggu, dan Joan ngajak anak-anak Nayanika sama Elegi buat sekalian liburan. Kebetulan gue udah stres banget, jadi gue iyain aja ajak-"

"Dan lo tega enggak ngajak gue, bro?" Sheila sudah duduk tegap di atas kasur, lurus-lurus melayangkan tatapan sinis pada Kevin. Decakan Sheila sontak mengudara kala Kevin balas tanyanya dengan ringisan kecil. "Gigi ikut gak?"

"Ikut, dong. Bisa lemes si Joan kalau ayangnya enggak ikut," balas Kevin.

"Anggi?"

"Ikut juga, kan dia bagian Nayanika."

Ekspresi sebal Sheila berubah datar. "Bilang ke gue Kemuning gak ikut!"

Tangan Kevin refleks naik ke tengkuk, menggaruk-garuk padahal tak gatal. Ia melengos sesaat demi menghindari tatapan nyalang Sheila, dan Sheila, mendapati respons demikian sontak mengerang keras sambil melempar bantal ke Kevin-menghantam telak bahu kanan lelaki itu. Kevin tertawa, sedangkan Sheila menyambar kasar selimut yang terlipat rapi di dekat kakinya, lalu membanting punggung ke ranjang, menyelimuti diri hingga ujung kepala. Ia bergerak macam ulat, memiringkan badan, memunggungi Kevin. Sheila dongkol setengah mati! Bisa-bisanya ia luput diajak dalam rencana liburan tersebut! Awas saja nanti ia bakal mengamuk pada Jeje dan tiga cecunguk Nayanika lainnya!

Haduh, gemes!

Kevin tepuk jidat sambil geleng-geleng kepala, cengirannya terulas, kepalang gemas melihat kelakuan kekanakan Sheila. Lelaki itu beranjak, siap untuk membujuk bayi besarnya. "Lo sibuk, babe. That's why we didn't tell you 'bout this. Bulan depan kita ke Bali, deh. Lo sama gue aja. Ayo liburan sepuasnya, oke?" Duduk bersila di belakang Sheila, Kevin menusuk-nusuk pelan punggung yang terbalut selimut tebal itu. "Babe?"

[✓] Friends with BenefitsWhere stories live. Discover now