Benar seperti kata orang-orang, dunia terasa lambat ketika kita melihat orang yang kita cintai. Nabila mengerjap pelan karena terpesona, tetapi senyuman Paul seperti berbius, Nabila ikutan tersenyum dibuatnya

"Terpesona ya?"

"Iya"

"Haha"

Paul tertawa, kejujuran Nabila membuatnya gemas, dia mengusap kepala Nabila dengan lembut. Paul menyadari, dia selalu suka mengusap kepala pacarnya saat dirinya sedang gemas melihat Nabila, dan tidak ada yang bisa di lakukannya selain itu

"Aku juga terpesona"

Ucap Paul dengan pelan. Bagaimana bisa dia tidak terpesona? Nabila selalu mempesona di matanya, setiap waktu dan setiap hari, tiada hari tanpa Paul semakin jatuh cinta kepada Nabila. Bagaimana bisa Nabila selalu membuatnya jatuh hati? Apakah ini adil?

"Sama aku?" Tanya Nabila penasaran, matanya berkedip-kedip tidak sabar menunggu jawaban Paul

Mata Paul yang tadinya menatap mata Nabila di alihkannya melihat ke arah pemandangan yang ada di hadapannya

"Sama pemandangannya"

"Ihhh"

Nabila reflek mencubit pelan perut Paul, membuat Paul mendesis, dia tau cubitan Nabila tidak ada apa-apanya, hanya terasa geli di kulitnya yang tebal

Paul tertawa, dia merangkul pundak Nabila dan menghadapkan tubuh Nabila untuk melihat kearah pemandangan di depan mereka. Tidak jauh di penglihatan mereka, air danau terlihat berkilauan karena terpantul cahaya mentari. Beberapa dahan pohon di sekelilingnya berayun pelan karena tertiup angin.

"Cantik banget ya" kata Paul

"Pemandangannya?"

"Kamunya"

Paul langsung menahan senyumnya karena Nabila menatap dirinya. Tatapannya tetap lurus kedepan, melihat beberapa burung terbang dan singgah kebeberapa pohon.

Nyanyian teman-temannya juga sampai ketelinga mereka, Paul melihat kebawah, di halaman yang dipenuhi rumput hijau, di kelilingi beberapa pohon, teman-temannya berkumpul dan bernyanyi bersama. Ini indah sekali

Paul tersenyum kecil, dia melihat ke sampingnya, hanya mendapati Nabila masih memandangi dirinya

"Kenapa?"

"Gak papa" jawab Nabila, dia menahan senyumnya sambil memiringkan sedikit kepalanya, menopang pelipisnya dengan kepalan tangan dan siku yang di sandarkan di atas pagar batu yang sejajar sampai dadanya

"Gak papa, tapi kenapa ngelihati aku kayak gitu?" Tanya Paul balik, dia juga ikut-ikutan bergaya seperti Nabila, jadi posisi mereka saat ini sedang bertatap-tatapan dengan kepala yang miring

Di atas sini angin berhembus lebih kencang, sedikit mengguncang tubuh Nabila, Paul reflek langsung memegang lengan Nabila agar gadis itu tetap seimbang

"Pengen ngeliat kamu aja, gak boleh?"

"Boleh, boleh banget. Nih, liatin sampai puas"

Paul sedikit mendekatkan wajahnya, walaupun ucapannya menyuruh Nabila untuk melihat wajahnya, nyatanya Paul yang menatap Nabila lebih dalam. Mata pria itu tidak bergerak kearah lain selain mengikuti kemana bola matanya Nabila bergerak.

Nabila mengakui, Paul kalau tersenyum sangat manis, tetapi kalau pria itu dalam mode serius seperti ini juga, tidak tersenyum dan memiliki tatapan yang dalam, lebih membuat jantung Nabila terpompa sangat cepat

"Kamu kenapa isengin aku terus hari ini?" Tanya Nabila sedikit berbisik

"Pengen aja"

"Aci gitu ya"

The One And Only [END]Where stories live. Discover now