25

2.7K 273 36
                                    

Paul menatap Nabila dalam diam. Di keramaian dan kebisingan yang terjadi di kelas saat ini, hanya Nabila yang menjadi titik fokusnya. Suara-suara berisik di sekitarnya seolah teredam dengan segala pikiran tentang perasaanya.

Dari awal mereka bertemu, apakah dia sudah mencintai Nabila?
Katanya, mencintai itu pilihan. Sedangkan jatuh cinta terjadi begitu saja.

Paul tidak bisa merasakan perbedaan keduanya, karena dua-duanya sama-sama membuatnya jatuh cinta dan sangat mencintai Nabila.

Awalnya Paul tidak begitu merasakan perasaannya, hingga saat ini kehadiran Dimas menyadarkannya bahwa dia sangat takut kehilangan Nabila.

Rasa cemburu yang tidak bisa di elakkan, rasa kesal yang kian membuatnya terus-terusan tidak ingin berurusan atau melakukan apapun. Paul belum pernah mengalami perasaan yang begitu merepotkannya seperti saat ini.

Paul menghela nafasnya dengan berat, ternyata menyukai seseorang tidak semudah itu ya.

Rony yang sedang tiduran melirik Paul yang tampak lemas, dia heran kenapa seharian ini Paul tidak bersemangat, Rony juga melirik Dimas. Apa benar Paul cemburu seperti kata Anggis?

Yang Rony tau sejauh ini tentang Paul. Paul itu adalah orang yang paling susah mengekspresikan segala perasaanya. Mereka juga berteman bukan sebulan ataupun setahun, mereka sudah berteman sedari mereka SMP. Dan selama itu Rony belum pernah melihat Paul yang seperti ini.

Rony geleng-geleng kepala. Efek dari jatuh cinta memang sangat kuat ya Man.

"Lu ngapa sih dari tadi ngehela nafas mulu? Berat banget beban hidup kayaknya"

Paul melirik Rony "diem" ucapnya.

Rony berdecih "ya udah. Awaslo cerita-cerita ke gue!" Belum dua detik mengatakan itu, Paul sudah buru-buru mendekat dan berbisik kepadanya.

"Ron, menurut lu, Nabila biasa ajakan ke Dimas?"

Tuhkan! Beneran kalau Paul cembokurr.

"Iyalah! Emang penglihatan lo gimana?"

Paul menghela lagi, dia ikutan tiduran di atas meja, mereka hadap-hadapan sambil berbisik

"Gue juga gitu. Tapi entah kenapa gue rasa kalo Dimas naksir ke Nabila"

"Ya kalopun Dimas naksir biarin aja!"

Paul mendelik "kok lo gitu?"

"Yee, santai dulu. Yang pentingkan Nabilanya gak naksir"

"Tuh liat!"

Rony menunjuk Dimas yang berusaha mengajak Nabila mengobrol, dan Nabila yang menanggapi dengan sewajarnya saja.

"Nabila itu cewek mahal, dia gak akan kepincut dengan orang lain begitu aja.  Gue kata juga sepuluh orang kayak Dimas, Nabila pasti tetap milih elu!"

Mendengar ucapan Rony, Paul yang awalnya memperhatikan Dimas dengan dingin mendadak salting. Dia tersenyum malu sambil mengusap-usap hidungnya.

Rony melirik Paul dengan bibir yang di sewotkan "jelas kan?"

Paul ngangguk

"Seneng kan?"

Paul ngangguk lagi

"Dah, kalo gitu lo diem jangan ngehela-hela nafas lagi. Berisik tau, gue mau tidur!"

Rony mengarahkan dua jarinya ke mata Paul dan ke matanya sendiri, mengancam jika Paul mengulangi tingkahnya, Rony tidak akan segan-segan menggamparnya. Paul ngangguk dan memberikan Rony jempol

****

"Kok bisa Dimas yang jadi Mc nya?"
"Ya mana aku tau Paul, kan yang ngatur acaranya bukan aku"

The One And Only [END]Where stories live. Discover now