5

3K 246 21
                                    

Mereka baru saja selesai dari acara pernikahannya bu Bunga, sebaik sampai bahkan saat ini mereka sudah di penginapan, Anggis tidak henti-hentinya berseru ingin pernikahannya nanti seperti bu Bunga. Nabila sendiri setuju, pernikahan bu Bunga tadi sangat indah dan mewah, makanannya juga luar biasa enak, siapa yang tidak ingin pernikahannya nanti akan indah seperti itu?

Penginapan mereka letaknya tidak jauh dari air terjun, kalau malam hari suara air terjun bisa terdengar lebih jelas. Saat mereka sampai tadi, hujan baru saja berhenti, karena letaknya di tempat perbukitan cuaca yang dingin menjadi lebih dingin berkali-kali lipat

Nabila sepertinya masuk angin, dia tidak berselera makan apapun, setiap ada makanan yang masuk Nabila pasti muntah

"Kamu gak bawa minyak angin?" Tanya Anggis, Nabila menggeleng

"aduh, aku juga gak bawa lagi. Kamu tunggu di sini ya, aku turun kebawah dulu siapa tau Novia anak sebelah bawa, biasanya dia selalu bawa sih" Nabila ngangguk, dan Anggis turun tangga sambil sedikit berlari

Saat kelas 11B tahu jika kelas mereka akan menginap, mereka juga ikut-ikutan pengen nginap, Karena memang awalnya mereka hanya sekedar undangan dan pulang. mereka membujuk wali kelas mereka, Pak David untuk mengizinkan mereka ikutan menginap, dan pak David tentu saja tidak setuju, tapi setelah bu Bunga membujuk pak David, barulah dia setuju.

Di lantai bawah, tepatnya di ruang Tv, anak-anak kelas 11A dan 11B sedang berkumpul memainkan gitar, mereka sengaja berkumpul di sini karena sedang menunggu hujan reda, hujan turun lagi saat mereka ingin bermain di luar penginapan.

"Novia! Novia!" Panggil Anggis, ternyata Novia lagi ada di dapur yang tidak jauh dari ruang Tv sedang membuat teh panas buat dirinya dan anak-anak yang lain.

Anggis mendatangi Novia "kenapa Gis? Kamu mau teh juga?"

"Enggak, eh boleh deh satu buat Nabila, kebetulan dia kayaknya masuk angin deh, aku khawatir dia belum makan, muntah terus kalau di isi perutnya. Kamu ada bawa minyak angin gak?"

Novia mengangguk "ada" ucapnya, tapi sekarang dia lagi masak air buat bikin teh nanti, mana airnya sebentar lagi mau mendidih, masa di tinggal? Takut airnya tinggal setengah.

Novia melihat kanan-kiri, kebetulan ada Paul yang sedang duduk di Bar sambil main Handphone

"Paul, sini!" Panggilnya, Paul noleh "apa?" Ucapnya, karna memang jarak mereka tidak jauh, kompor masak dan Bar letaknya memang berhadapan

"Lo tolong liatin air ini ya, gue mau ngambil minyak angin buat Nabila"
"Hm" setelah mendapat jawaban singkat dari Paul, Novia dan Anggis buru-buru naik ke lantai dua

Setelah memberi obat ke Nabila, Novia undur diri untuk melanjutkan membuat tehnya yang tertunda "makasih ya Nov" ucap Nabila

"amaann, cepat sehat, kalau gitu aku turun ya" Novia menepuk pelan pundak Nabila dan turun

"Makasih ya Nov" seru Anggis "okeee" balas Novia yang sudah menutup pintu kamar

Anggis dan Nabila berbincang-bincang sebentar, tak lama pintu di ketuk dari luar "masuk" ucap Anggis

Pintu terbuka dan Paul berdiri di sana, di tangannya ada teh dan roti selai, dia di suruh Novia untuk mengantarkan teh ke Nabila

Anggis dan Nabila pandang-pandangan, Paul masuk dan meletakkan bawaanya di meja nakas, Syal yang melingkar di tangannya dia berikan ke Nabila. Nabila sedikit bingung tapi tetap menerimanya, dan yang bikin lebih bingung lagi adalah Syalnya Paul bermotif bunga-bunga

Melihat raut Nabila, Paul berdehem dan menjelaskan sebelum Nabila dan Anggis salah paham. "Itu punya Syarla, bukan aku"

Senyum Nabila langsung memudar, dia mengembalikan Syal itu "aku gak perlu ini kok"

"Pakai aja, itu masih baru. Sekarang udah malam, cuacanya juga makin dingin" setelah mengatakan itu, Paul keluar dan menutup pintu

Anggis melihat Nabila "are u oky?" Anggis tahu jika Nabila menaruh perasaan ke Paul, tapi Nabila tidak pernah mengatakannya

"I'm okay, emang kenapa?" Nabila tersenyum, dia melingkarkan Syal itu di lehernya

"Nabila, aku tau kamu suka kan sama Paul? Nab., kita berteman bukan cuma sehari, seminggu, atau sebulan. Kita sudah bersahabat selama 5 tahun! Masa hal seperti ini kamu gak mau cerita ke aku?"

Mata Anggis berkaca-kaca, dia tidak tau kenapa tiba-tiba merasa kesal sampai ingin menangis, Nabila yang sedari awal rebahan langsung bangkit. Dia duduk dan berhadapan dengan Anggis

"Gis.., aku gak nyembunyikan apapun dari kamu, serius" Nabila sedikit berat melanjutkan kalimatnya "karena aku sendiri juga gak tau gimana perasaan aku yang sebenarnya ke Paul"

Nabila menunduk, memang benar dia tertarik kepada pria itu, dia menyukai segala hal tentang Paul. Walaupun pria itu terkenal cuek dan sedikit sombong, karena Paul tidak pernah bersapa atau tersenyum kepada teman-teman sekolahnya, tapi Nabila tau Paul sebenarnya pria yang baik

Dulu, saat penerimaan murid baru, hari pertama mereka sekolah, Banyak mobil-mobil parkir sembarangan di depan sekolah dan itu membuat jalanan macet parah. Dan tanpa sengaja saat itu salah satu pengendara sepeda motor menabrak anak kucing dan tidak bertanggung jawab.

Karena tidak ada yang memperhatikan kejadian itu, Nabila berlari ingin menolong kucing tersebut, tapi kedeluanan sama seorang pria yang tiba-tiba membuka seragamnya dan membungkus kucing itu di dalamnya.

Nabila kaget dan mengikuti kemana pria yang tadi membawa kucing itu pergi. Mereka jalan kesamping gedung sekolah dengan Nabila yang mengikuti dibelakang secara diam-diam. Ternyata kucing yang sudah mati itu dikubur di bawah pohon.

Karena waktu yang mepet, semua murid baru di kumpulkan di lapangan, karena seragamnya ikut dikubur bersamaan kucing tadi, pria itu mendapat hukuman karna di anggap melanggar peraturan sekolah.

Yang Nabila tidak mengerti kenapa pria itu hanya diam, dia ingin menjelaskan kepada panitia MOS bahwa seragam pria itu di kuburnya untuk membantu kucing. Tapi belum sempat Nabila menjelaskan pria itu sudah pergi berlari mengelilingi lapangan.

Dari situ Nabila tau bahwa pria tadi bernama Paul, Nabila selalu memperhatikannya dan ternyata mereka juga satu kelas.

"Hai" sapa Nabila, Paul menoleh dan tidak membalas

"Aku tau kamu gak pakai seragam bukan karna menantang peraturan sekolah ataupun supaya terlihat bandal"

Paul memperhatikannya berbicara

"Seragam kamu, kamu jadikan alas untuk mengubur kucingkan?" Nabila memberi dua jempol ke Paul "hebat"

Paul diam saja, Nabila jadi canggung, dia melihat kaus hitam polos yang di pakai Paul "kenapa gak pakai kausmu aja? Kalau gitu kamu gak akan di hukum"

Paul melihat kaus yang di pakainya "gak kepikiran" ucapnya singkat sambil memainkan handphonennya

"Nabila!" Panggil Anggis, sebelum nyamperin Anggis, Nabila memperkenalkan dirinya "aku Nabila" Nabila pergi, dan sejak saat itu Nabila selalu memperhatikan Paul entah apa alasannya.

Jadi ketika di tanya Nabila suka Paul atau tidak, Nabila juga tidak tau.

"Setelah tau itu punya Syarla, apa perasaan kamu?" Tanya Anggis

"Aku cuma gak nyaman"
"Gak nyaman gimana?"
"Entahla, aku cuma gak terlalu suka saat tau ini punya Syarla" Nabila melepas Syalnya dan meletakkannya di meja

Anggis menatap Nabila lama-lama, dia tersenyum dan menggeleng kecil Nabila... Nabilaa.. gumam Anggis.

***

Fyi guys, aku masih salting sama idol lyfe tadi asgaggsg😭🔫

The One And Only [END]Where stories live. Discover now