12

3.1K 291 39
                                    

"kamu gak papa?" Tanya Nabila, dia mengeratkan jaket Paul yang ada di tubuhnya. Saat ini mereka sedang berada di taman yang dekat dengan perkomplekan rumahnya Nabila

Paul menatap Nabila yang duduk di sampingnya, dia mengangguk pelan "aku gak papa" ucapnya sambil tersenyum

Nabila juga tersenyum, dia menatap Paul lama, di amatinya wajah pria itu yang terlihat sendu "beneran gak papa?"

"Iya.."

"Beneran?"

"Iya Nabilaa.." Paul tertawa, dia menangkup pipi Nabila dengan satu tangan, membuat gadis itu merasa malu. Nabila memukul tangan Paul agar melepaskan tangannya dari wajahnya

"Jangan gituu, malu aku mulutnya jadi monyong"

Paul semakin tertawa "gemesh kok" Pujinya, dia mengusap kepala Nabila dua kali.

"Nabila" panggilnya
"Iya?"

Nabila menatap Paul, menunggu pria itu berbicara

"Terimakasih ya"

"Untuk apa?"

"Udah ngebantu dan jagain Syarla"

Nabila ngangguk-ngangguk mengerti, dia tersenyum, senyuman yang membuat kedua matanya menyipit

"Sama-sama, tapi yakin kamu beneran gak papa?" Tanyanya sekali lagi, entah kenapa Nabila merasa kalau Paul lagi tidak semangat dan tampak sedih

Akhirnya Paul mengangguk "aku cuma merasa gak berguna jadi abang"

"Kok kamu ngomongnya gitu?" Nabila menarik bahu Paul agar pria itu berhadapan dengannya

"Kamu tau gak? Syarla pernah cerita ke aku kalau dia sayang banget sama kamu, dia bangga punya abang yang sebaik kamu. Jadi jangan pernah bilang diri kamu gak berguna lagi ya?"

Angin malam yang berhembus membuat udara semakin dingin, dan
Ucapan Nabila memberi sedikit ketenangan di hatinya, Paul menatap Nabila dalam diam. Mereka tidak banyak berbicara, hanya berbicara lewat tatapan mata saja tapi sepertinya saling mengerti

"Nabila, aku boleh pegang tangan kamu?"

Nabila tidak banyak berpikir, dia meregangkan tangannya, menyambut telapak tangan Paul yang hangat.

****

"Habis dari mana?" Tanya bang Nayl yang melihat Nabila baru saja memasuki rumah "terus itu jaket siapa?"

"Jaketnya Paul" jawabnya, Nabila melepas sandalnya di balik pintu dan bergabung duduk bersama Nayl di sofa ruang tamu

"Haa.." helanya berat, Nabila menyenderkan badannya dan menutup mata

"Kenapa? Kamu sakit?" Nayl meletakkan tangannya di kening Nabila dan di keningnya sendiri untuk merasakan perbedaanya

"Enggak deh, sama kok rasanya" tapi Nayl belum puas, dia ingin mencoba sekali lagi dan langsung di hentikan Nabila

"Bang Naylll, Nabila gak sakit. Cuma kecapekan aja. Mama papa mana?"

Nayl mengupas kacang dan memakannya "di kamar, udah tidur. Kamu mau?" Tawar Nayl, Nabila menggeleng

"Tadi sama Paul habis dari mana?"
"Dari taman"

"Paul itu siapanya kamu?"
"Kawan sekolah"

"Ohh, cuma kawann??"

Nabila melirik Nayl hanya dari sudut matanya, Nayl cengengesan.

"Udah ah, aku mau tidur dulu. Bang Nayl jangan tidur malam-malam" Pamitnya dan langsung naik ke kamarnya

The One And Only [END]Where stories live. Discover now