Alaric's Love

5.8K 259 17
                                    

Guys..
Semoga suka ☺

Happy Reading ❤

_______________

Empat tahun kemudian

Menatap ke arah luar, Alexa menikmati matcha latte-nya di siang hari yang diguyur hujan yang deras. Ia baru saja selesai membaca buku yang ia pinjam dari perpustakan di kampusnya.

Alexa menjalani kehidupan kuliahnya di Amerika Serikat dengan tinggal di sebuah apartemen elit di kawasan tersebut. Empat tahun lalu, ia diterima di Universitas Harvard. Itu merupakan salah satu mimpi besar Alexa yang sudah terwujud.

Leander dan Gaby sering mengunjunginya, paling tidak tiga bulan sekali, bahkan jika Leander ada kepentingan ke luar negeri, papanya itu selalu menyempatkan mengunjunginya. Gavin juga melakukan hal yang sama, pria itu juga pernah menemaninya di apartemen selama seminggu.

Hubungannya dengan Gavin baik-baik saja selama menjalani hubungan jarak jauh, tidak ada drama besar diantara mereka berdua. Mungkin berselisih pendapat terkadang terjadi, namun itu wajar, mereka berdua juga bisa mengakhirinya dengan baik. Sedangkan persahabat Alexa dengan Andrian, Leon, dan Caca juga masih awet sampai sekarang.

Ting tong!

Alexa menoleh ketika seseorang memencet bel. Siapa yang bertamu di saat hujan deras begini?

Ia berdiri, meletakkan cangkirnya di meja bulat yang ada di sampingnya, lalu berjalan untuk membuka pintu. Saat pintu terbuka, ia melihat sosok Gavin berdiri di sana dengan membawa bucket bunga baby's breath.

"Hello, Princess," ujar Gavin menyapa Alexa dengan senyuman terbaiknya.

Alexa menutup mulutnya, ia sama sekali tidak menyangka bahwa Gavin akan kesini, biasanya pria itu akan mengabarinya. Tanpa lama-lama lagi, kakinya mendekat, ia langsung saja memeluk Gavin dengan erat.

"Aaaa... kok nggak bilang kalau mau kesini?"

Gavin mengusap punggung Alexa dengan tangan kirinya, lalu turun ke pinggang, menyentuhnya ketika pelukan mereka terlepas. "Aku sengaja nggak bilang karena mau bikin surprise buat kamu," kata Gavin sembari menyerahkan bucket bunga baby's breath "Ini, buat kamu, sayang."

Alexa menerimanya, mendekatkan ke hidung untuk menciumnya. "Ih warnanya cantik banget deh! Makasih ya, sayang." Ia bergerak maju untuk mencium pipi kanan dan kiri Gavin.

"Sama-sama, sayang. Suka nggak?"

"Suka banget dong!" Lalu Alexa membawa Gavin untuk duduk di sofa, meletakkan bucket bunga itu di pangkuannya. "Kamu baru banget sampai kesini?"

"Nggak juga sih, tadi sampai di bandara satu jam yang lalu, terus kecebak macet di jalan, mana hujan lagi." Gavin mengatakan itu sambil melepas jaketnya. "Kamu lagi ngapain tadi?"

"Oh itu, aku tadi lagi ngopi santai aja. Kamu mau aku bikinin kopi?"

Pria itu tersenyum. "Boleh, kangen banget sama kopi buatan kamu," ujarnya.

Mereka melangkah menuju pantry. Gavin memperhatikan Alexa yang menyiapkan cangkir, lalu melihat-lihat beberapa bumbu dapur yang tertata rapi, selalu saja seperti itu. Gavin tersenyum karena ia menyadari, Alexa sudah tumbuh menjadi perempuan yang lebih-lebih cantik diusianya yang akan menginjak 22 tahun, Alexa terlihat lebih dewasa dan elegan.

Mereka tumbuh dewasa bersama.

Banyak hal yang telah mereka lalui, entah itu manis atau pahit.

Tapi Gavin menyukai setiap langkah yang ia jalani bersama Alexa.

Alaric's [End]Kde žijí příběhy. Začni objevovat