Chapter 29 : Jatuh cinta lagi

13.9K 708 24
                                    

Happy Reading

_______________

Sudah sejak satu jam yang lalu, Gavin berada di ruangan rahasia milik papanya. Ia menatap foto keluarga yang terpampang jelas di dinding tersebut, tentu saja membuat pria itu merindukan papanya. Foto tersebut diambil ketika Gavin menginjak kelas 5 di sekolah dasar, ia menduduki peringkat pertama di kelasnya, selalu seperti itu dari kelas 1.

Ia tersenyum. Ia beruntung lahir dari keluarga yang utuh dan bahagia, baik papa dan juga mamanya, mereka selalu memberikan yang terbaik. Namun hatinya kembali sesak ketika menyadari bahwa papanya yang kuat dan pemberani itu sudah berpisah alam dengannya.

"Aku kangen papa.." ujarnya lirih.

Netranya menangkap peti yang ada di dekat lemari besar. Peti tersebut berisi berbagai senjata milik papanya. Gavin membukanya, mengambil satu pistol yang di desain khusus dan terukir namanya.

Ceklek

"Ngapain?" tanya Andrian pada Gavin.

Tanpa menjawab, Gavin mengangkat tangannya yang masih membawa pistol tersebut. Andrian yang paham pun mengangguk dan melangkahkan kakinya mendekati Gavin.

"Jangan terlalu nguras tenaga lo buat kerja, apalagi sampe ngebahayain diri lo sendiri ke kerjaan yang jelas-jelas resikonya besar."

"Gue nggak akan kenapa-kenapa."

"Itu sekarang. Tapi lo nggak tau apa lagi ancaman yang bakal terjadi kalau perusahaan lo makin meluas."

"Dari awal gue udah tau resikonya, dan gue udah nyiapin diri gue sama semua itu. Jangan khawatir, gue pastiin lo sama mama aman." kekeh Gavin yang berusaha menenangkan adiknya.

Helaan nafas terdengar dari mulut Andrian, "Jangan keras kepala, kak. Gue percaya lo bakal ngelindungin gue sama mama, tapi siapa yang bakal ngelindungin lo saat lo sendiri nggak pernah peduli sama keselamatan lo?"

Kata-kata itu stuck di kepala Gavin, membuat pria itu terdiam. Apa dirinya sudah terlalu berlebihan karena selalu berambisi mengembangkan perusahaannya?

"Gue nggak mau lo terlalu keras sama diri lo sendiri. Pikirin mama, mama pasti lebih khawatir. Tolong jaga diri lo sendiri juga."

Tangan Gavin mengacak puncak kepala Andrian, ia tersenyum. "Sorry bikin kalian khawatir. Gue bakal lebih hati-hati."

"Hm, jangan lupa.. lo sekarang punya Alexa."

"I know, thanks."

Andrian menatap pistol yang terdapat ukiran namanya juga di dalam peti. Papa mereka memberikan itu hanya untuk situasi yang membahayakan saja, selebihnya mereka tak boleh menyentuh barang tersebut.

"Gue ke kamar dulu ya"

Gavin mengangguk membiarkan Andrian keluar dari ruangan itu. Bicara soal Alexa, ia jadi merindukan gadis itu. Sore tadi Alexa meminta untuk kembali ke apartment saja, tentu dengan beradu pendapat terlebih dahulu dengannya.

Ah, ia merindukan gadis itu. Sedang apa Alexa sekarang? Ia mencoba menghubunginya.

"Halo?" suara yang menjadi candunya langsung mengalun.

"Halo, sayang. Udah tidur?"

"Belum, ada apa emangnya?"

"Gapapa.. aku cuma pengen denger suara kamu."

Terdengar suara tawa Alexa di seberang sana, "Haha apa sih! Kamu masih ada kerjaan ya?"

"Enggak, aku nggak lagi ngurusin kerjaan. Kamu cepetan tidur gih, besok kan sekolah."

Alaric's [End]Where stories live. Discover now