Chapter 12 : Happy or Sad?

21.3K 1.2K 54
                                    

Happy Reading

_______________

Gavin mengendarai mobilnya bak orang kesetanan. Dadanya bergemuruh, hatinya tersayat, dan kepalanya bagaikan mendidih. Kecewa, marah, cemburu, semuanya jadi satu menghantamnya.

Sial!

Siapa yang harus ia salahkan sekarang?

Apa ia akan menyalahkan Andrian? Tidak mungkin.

Ia yakin adiknya tak tahu soal perasaannya terhadap Alexa. Jika Andrian jatuh cinta pada Alexa, mungkin memang benar itu sudah terjadi lebih dulu dibandingkan ia yang jatuh cinta pada gadis itu.

Salah Alexa? Haha bahkan gadis itu tidak peka atas semua sikapnya pada gadis itu.

Setelah bergulat dengan pikirannya antara berusaha mendapatkan Alexa atau melepaskannya demi keamanan gadis tersebut, kini kenyataan begitu menamparnya.

Ia tidak mungkin tetap memaksakan kehendaknya menjauhkan Alexa dari Andrian. Apalagi jika harus merebut Alexa. Tidak akan pernah ia lakukan!

Andrian adalah adik kesayangannya. Kebahagiaan bocah tengil itu akan selalu menjadi prioritasnya, diatas kebahagiaannya sendiri. Gavin juga sudah berjanji kepada mendiang Arachad untuk menjaga adiknya.

Gavin menertawakan dirinya sendiri. Ia sadar ia egois dan bersikap seperti pecundang. Ia juga membayangkan mungkin saat ini adiknya tengah berbahagia karena berhasil mendapatkan hati Alexa.

"Ya, demi Andrian." ujar Gavin yakin walau jauh di lubuk hatinya ia masih belum rela.

Ini pertama kalinya ia jatuh cinta. Tapi mau bagaimana lagi? Cinta tak bisa dipaksakan bukan?

Gavin memberhentikan mobilnya ke kantornya. Ia tidak mungkin pulang ke rumah dan menjumpai Teresa dalam keadaan emosi seperti ini. Mamanya pasti akan sangat khawatir. Biarlah malam ini ia tidur di kamar pribadinya yang ada di sana. Lagipula besok ia harus flight ke London.

Sedangkan di Cricutta Bell seorang gadis hanya mengedarkan pandangannya bingung. Entah mengapa rasanya begitu aneh. Suasana restoran tersebut tiba-tiba menjadi temaram, alunan musik terdengar. Gadis itu menggigit bibir dalamnya, jujur ia takut.

Ia merutuki sahabatnya yang katanya akan bertemu disana, namun tak juga menampilkan batang hidungnya. Ia baru sadar mengapa para pengunjung menatap ke arahnya. Sungguh gadis itu merasa ada yang tidak beres. Saat ia berdiri tiba-tiba sebuah sorot lampu dari atas mengarah padanya.

Dapat gadis itu lihat di panggung ada seorang laki-laki yang memegang gitar. Wajahnya sangat familiar. Mungkinkah?

Darahnya berdesir, jantungnya berdetak kencang, dan bibirnya kelu saat laki-laki itu mulai memetik gitar.

"I figured it out "

Deg!

Gadis itu membeku ketika mendengar lagu You & I milik One Direction tersebut. Itu suara Andrian. Ya, ia sangat hafal suara sahabatnya.

"I figured it out from black and white"

"Seconds and hours"

"Maybe they had to take some time"

Andrian berjalan perlahan menghampiri gadis pujaannya. Kurang lebih tiga tahun ia menyembunyikan perasaannya. Sudah cukup lama bukan?

"I know how it goes"

Alaric's [End]Where stories live. Discover now