Chapter 8 : About Alexa

24.1K 1.5K 9
                                    

Happy Reading 💙

_______________

Sinar matahari masih tampak malu-malu di balik awan pagi. Hujan lebih mendominasi bulan ini. Hal itu membuat Gavin sedikit malas jika harus bertemu dengan kolega bisnis walaupun saat ia berpergian menggunakan mobil.

Sekarang pria tampan itu tengah menatap pantulan dirinya di cermin. Mata tajam, rahang tegas, dan pembawaan yang bijaksana sangat kental di wajah Gavin.

Puas dengan penampilannya, ia pun beranjak dari kamarnya. Hari ini ia akan mengadakan meeting untuk proyek besarnya. Ia tak sabar untuk memperluas jangkauannya. Baginya semakin berkuasa maka semakin baik. Di era sekarang, tak berkuasa hanya membuatmu semakin direndahkan.

Saat akan memasuki mobil, ia mendapati Alexa berdiri dengan tatapan pada ponsel di tangannya. Gavin mengernyitkan dahinya. Gadis itu terlihat aneh dengan pakaian serba hitam dan keranjang kecil di pagi hari seperti ini.

"Mau kemana?" suara Gavin mengejutkan Alexa.

Alexa menoleh. Ia baru saja akan memesan taxi online. Walaupun ia bisa menyuruh supir namun ia tidak enak. Ia bukan siapa-siapa di rumah ini.

"Rumah."

Gavin mengangguk. "Kenapa nggak pakai supir?". Pandangannya mengarah pada beberapa orang berpakaian hitam disana. "Apa kalian yang tidak mau?"

"Maaf tuan, tapi nona sendiri yang tidak mau kami antar." cicit pria itu dengan takut.

"Gue bisa pergi sendiri." ujar Alexa.

"Masuk." titah Gavin dengan dagu mengarah pada mobilnya.

"Hah??"

"Gue bilang masuk."

"Nggak mau!" tolak Alexa dengan cepat.

"Sebelum mama gue berangkat dia bilang lo jadi tanggung jawab gue."

"Tapi gue nggak mau ditanggung jawabin sama lo. Kayak gue hamil anak lo aja!" gerutu Alexa tanpa sadar.

Gavin sedikit ambigu. Para pria disana juga sedikit menahan tawanya. Entahlah apa yang lucu.

Detik berikutnya Alexa menyadari ucapannya. Ia membekap mulutnya dengan mata setengah membulat sempurna.

"Masuk cepet!"

Mau tak mau Alexa ikut masuk kedalam mobil pria pemaksa itu. Ini masih pagi dan ini bukan hari biasa. Ia tak mau membuang tenaganya karena ia pasti membutuhkan tenaganya itu untuk menyadarkan papanya yang tiba di Indonesia hari ini.

"Kemana?"

"Syennarie Residence."

Gavin melajukan mobilnya menuju perumahan elite tersebut. Semua orang tau bahwa Syennarie Residence hanya dapat ditempati oleh kalangan milyader. Disana hanya terdapat 30 rumah mewah yang membuat siapapun ingin memilikinya.

Jika mendiang sang papa Gavin tidak mempunyai mansion maka sudah Gavin pastikan ia akan membeli salah satu rumah di Syennarie Residence. Namun sekali lagi, mansionnya menyimpan banyak kenangan bersama mendiang sang papa.

Alaric's [End]Where stories live. Discover now