"Loh, emang kenapa? Gaboleh?"

Anggis mengubah posisinya menjadi duduk bersilang. Dia menatap punggung Nabila yang masih sibuk menyusun-nyusun baju

"Udah jadian ya?" Tanya Anggis lagi

Nabila menggeleng pelan, dia menutup lemarinya dan duduk bergabung bersama Anggis

"Belum, kalau udah jadian aku pasti cerita ke kamu kan?"

"Ohh, jadi masih pendekatan ya?"

Nabila mengangguk "maybee??"

"Sekarang gimana? Kamu udah tau perasaan kamu yang sebenarnya? Gak mengelak lagi kan?"

Nabila mingkem, dia tau kalu Anggis menyindirnya. "Iyaa.. iya.."

"Iya apa?"

"Iya, ternyata aku memang suka sama Paul"

Anggis mengangguk puas, dia melirik Nabila dan tertawa ngakak
"idihh dih.. apaan sih malu-malu, haha"

"Sstt kamu diem!" Nabila mendorong Anggis, dia kesel di ledekin terus tapi ujung-ujungnya tawa dan godaan Anggis membuatnya ikutan tertawa.

***

Malam ini langit sangat cantik, bintang dan bulan bisa terlihat lebih jelas. Nabila duduk di ayunan rumahnya, dia bersenandung pelan mengikuti lagu yang sedang di putar dari handphone nya

Saat mencapai reff, ponselnya berdering. Ada panggilan masuk dari Paul

"Haloo?"
"Malam Nabnab"

Nabila tersenyum malu mendengar panggilan Paul, dia menghentikkan pergerakan ayunannya agar bisa lebih fokus

"Malam Powl" jawabnya "ada apa?"

"Emang aku nelfon harus ada alasannya ya?"

"Loh, jadi kamu nelfon gak ada alasan?"

"Enggak" suara Paul hening sesaat "eh ada deh, mau tau gak alasannya apa?" Sambungnya

Nabila mengerutkan keningnya, dia tertawa kecil tanpa suara "apa tuh?"

"Kangenn"

Hahaha, sudah tertebak! Nabila geleng-geleng kecil "basi banget tau gak"

walaupun dia berkata seperti itu, jujur saja Nabila selalu merasa malu dan salah tingkah. Dia masih belum terbiasa dengan sikap Paul yang seperti ini. Paul yang Nabila tau adalah Paul yang selalu berkata 'hem, iya,tidak" bukan Paul yang 'dikit-dikit kangen, dikit-dikit kangen'. Tapi begitupun Nabila merasa senang mengetahui sikap Paul yang seperti ini, dan sepertinya hanya dia yang tau bahwa sebenarnya Paul juga mempunyai sikap yang manja

"Oh gituu"

"Iya, gituu" balas Nabila menggoda Paul dengan meniru nada dan ucapan pria itu

"Nabilaa.." Paul gemas setengah mati di sana. Rasanya ingin menghampiri Nabila sekarang juga, tapi dia tidak bisa karna harus menemani Syahnas membeli beberapa keperluan wanita itu sebelum balik keluar negri

"Ohiya Nab. Aku izin keluar sebentar ya. Mau nemeni Syahnas nyari barang katanya"

Mendengar nama Syahnas, dan mengingat perilaku perempuan itu terhadap Paul sewaktu mereka di Mall membuat Nabila merasa tidak nyaman. Dia mengangguk walaupun Paul tidak bisa melihatnya.

Nabila juga merasa tidak perlu ada yang di khawatirkan, mungkin dia merasa sedikit tidak nyaman. tapi dia juga tidak ada hak melarang Paul bergaul dengan siapapun. Apalagi mereka juga belum mempunya status, mereka masih sekedar teman biasa

Tapi begitupun Nabila merasa bersyukur karena Paul memberi tahunya dengan jujur dengan siapa dia pergi

"Iya, pergilah. Hati-hati"

The One And Only [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz