Dahi Joano berkerut. "Bisa-bisanya lo tidur jam segini, ayo keluar."

"Tidur siang lah. Ngapain?"

"Ini udah jam empat sore, Luna. Udah kaya Baby baru brojol aja lu pake tidur siang segala."

"Lo nggak tahu betapa berharganya tidur siang buat orang yang udah gede? Nggak semua orang gede dapet privilege tidur siang, ya."

Joano mendecak mendengar omelan Luna, baiklah ia mengaku kalah karena faktanya memang begitu. Tidur siang untuk orang yang udah dewasa memang sebuah keunggulan yang tidak semua orang dapatkan, lebih tepatnya tidak sempat.

"Mau kemana?" Lanjut Luna.

"Kemana ajalah. Ayo, gue tungguin di bawah. Sekarang!"

Tanpa menunggu persetujuan Luna, Joano langsung menutup teleponnya sepihak. Ia lantas berdiri dari tempatnya dan segera mempersiapkan diri untuk pergi keluar.

Satu jam telah berlalu tapi Luna masih diam seribu bahasa saat berada di boncengan motor Joano. Yang Luna lakukan hanyalah mencengkeram kedua sisi baju Joano dan meletakkan kepalanya di punggung lelaki itu.

"Mau ke coffee shop yang biasanya nggak?" Tawar Joano.

"Iya." Luna menjawab seadanya. Dari suaranya ia terdengar tidak semangat sama sekali.

"Okey."

Mengajak Luna pergi ke suatu tempat disaat suasana hatinya tidak baik-baik saja memang bukan pilihan terbaik tetapi bukan pilihan terburuk juga, makanya Joano lebih dulu membawa gadis itu jalan-jalan mengelilingi kota Jakarta tanpa tujuan. Dan, setelah ia rasa keadaan sudah cukup membaik Joano mulai mengusulkan tempat yang akan mereka tuju.

Berteman dengan Luna selama kurang lebih sepuluh tahun membuat Joano mengetahui kapan ia harus mengganggu dan menghibur gadis itu, jadi tak mengherankan jika Joano langsung tahu apa yang harus dilakukan kala melihat kemunculan gadis itu di depan rumah dengan mata sembab.

Menghadapi emosi Luna yang naik-turun tidak membuat Joano lelah atau terbebani, ia justru merasa lega karena bisa menjadi tempat bersandar gadis itu kapanpun dibutuhkan. Oleh karena itu, Joano tidak pernah marah atau kesal saat mendengar nada bicara Luna yang terkadang kurang enak untuk didengar.

Joano menghentikan motornya begitu lampu merah menyala.

"Biar lo nggak jatoh kalau ketiduran." Kata Joano sambil meraih tangan Luna kemudian melingkarkan ke pinggangnya.

Luna tak menjawab, ia kembali tenggelam dalam diam.

Begitu sampai di tempat tujuan, keduanya langsung memasuki bangunan coffee shop dengan nuansa retro minimalis. Untungnya, pengunjung kedai belum terlalu ramai jadi Luna tidak perlu mengeluarkan banyak energi untuk menghadapi hiruk pikuk manusia.

Namun, keinginan Luna untuk melepas penat dengan tenang harus ia pendam ketika melihat Bella datang dari arah yang berlawanan.

Gadis itu memasang senyum cerah melihat kedatangan Joano dan Luna. Ralat, mungkin Bella hanya semangat karena kedatangan sahabatnya, Joano.

"Kamu ke sini juga, Jo?" Tanya Bella basa-basi.

Joano membalas Bella dengan senyuman terbaiknya lalu berkata, "Iya Bel, udah dateng dari tadi?"

"Baru banget, baru kelar pesen. Oh ya, boleh nggak kalau aku gabung kalian? Aku sendirian soalnya." Tanyanya penuh harap, kedua bola mata Bella tiba-tiba mengarah pada Luna, seperti meminta persetujuan gadis itu.

Luna tersenyum kaku lantas mengangguk setuju. "Boleh lah, Bel. Nambah seru kalau rame-rame." Jawab Luna dusta.

"Makasih ya Luna. By the Way, kalian mau duduk di mana? Kalau di sana, gimana?" Bella menunjuk ke salah satu tempat dekat jendela sebagai tempat rekomendasinya.

"Boleh." Luna mengangguk, langsung mengiakan saran yang Bella berikan. Ia terlalu malas untuk memilih tempat yang lainnya.

"Kalau gitu gue pesen dulu, ya?"
Setelah mendapat anggukan dari dua orang di hadapannya, Joano lantas melenggang pergi.

Tak selang berapa lama duduk di tempatnya, kopi yang Bella pesan akhirnya datang. Seorang pelayan meletakkan pesanan gadis itu dengan hati-hati dan setelah selesai pelayan itu kemudian undur diri.

Sementara itu dari meja kasir tempat Joano berada, Luna melihat lelaki itu memberi isyarat padanya bahwa ia akan pergi sebentar.

Bella mengulum senyum melihat kedekatan yang terjalin antar keduanya, keinginannya untuk bisa berteman dekat dengan Joano pun semakin kuat. "Luna."

"Ya."

Bella sempat ragu dengan apa yang akan ia ucapankan sebelum akhirnya berkata, "Kamu sama Joano beneran cuma teman?"

***

Sunda Manda [COMPLETED]Where stories live. Discover now