GRAVITASI BUMI 46

38 2 0
                                    

Selamat Membaca❤️
46. Detektif Langit

Kondisi Gravitasi belum juga kunjung pulih saat ini. Gadis cantik itu belum juga kunjung membuka matanya.

Seperti apa yang dikatakan Auris tadi kepada Geanno dan Arumi, Kalau Gravitasi harus segera melakukan transplantasi sumsung tulang belakang. Namun saat ini pendonor itu belum juga kunjung di dapatkan.

Kini di kamar inap Gravitasi hanya ada Langit dan Arion yang menjaga gadis itu yang masih setia dengan tidur panjangnya.

Langit berjalan ke arah brankar Gravitasi. Wajah yang biasanya selalu ceria dan selalu tersenyum kini hanya wajah pucat Gravitasi yang dapat mereka lihat.

"Lo mimpi apa sih Vi? Sampe betah banget tidurnya?" Tanya Langit mengajak Gravitasi berbicara meski tak ada respon sedikitpun.

Arion memandangi interaksi antara Langit dan Gravitasi. Tatapan sayu Arion sangat jelas teelihat, Biasanya jika Arion dan Langit sudah beetemu pasti mereka akan bertengkar. Kini mereka hanya seperti sepasang saudara yang sama-sama asing.

"Lang, Tante Mikara sama om Rain tau tentang Gravitasi?" Tanya Arion pada Langit yang masih sibuk berbicara dengan Gravitasi.

Langit menggeleng "Kalo gue kasih tau mereka juga percuma, Nggak bakal kesini juga mereka"

"Ada ya orang tua kayak gitu" Gumam Arion.

"Gue mau keluar bentar, Lo disini aja jagain Gravitasi. Kalo Gravitasi udah bangun lo kabarin gue" Ujar Langit yang diangguki Arion.

Langit keluar dari ruangan rawat Gravitasi. Sebenarnya Langit juga tak tahu tujuannya akan pergi kemana. Yang jelas Langit tidak bisa melihat kondisi Gravitasi yang terus saja terlelap di brankar rumah sakit itu.

Dari arah kejauahan Langit melihat seseorang yang dikenalnya yang sedang berbicara dengan seorang dokter yang ada disana.

"Itu kan papanya Xabiru?" Monolog Langit sendiri. "Ngapain dia?"

Langit mengintip dari balik tembok yang tak jauh dari sana. Meski suaranya memang tidak terdengar tapi mungkin Langit bisa mendapatkan sedikit info disini.

Langit mengikuti langkah pria itu. Langit juga melihat beberapa orang lelaki berbadan kekar yang menggunakan baju seragam kerja bewarna hitam. Mungkin itu asisten atau anak buahnya.

Mereka tiba di parkiran rumah sakit. Disana terlihat Pria yang bernama Devan itu manaiki mobilnya dan dua orang anak buahnya menaiki mobil yang berbeda pula.

"Wait. Gue merasa nggak asing sama mobil itu" Ujar Langit mengamati mobil itu.

"Oke. Hari ini gue akan jadi detektif. Liat aja kalo sampe kebenaran terungkap nanti. Pasti Gravi bangga banget punya abang kayak gue"

Setelah tersadar Langit langsung menghentikan taksi di pinggir jalan untuk mengikuti arah kemana mobil itu pergi.

"Pak, Ikutin mobil itu ya. Jangan sampe kehilangan jejak" Ujar Langit yang duduk di samping kursi pengemudi.

Supir taksi itu menengok ke arah Langit "Masnya mau ngapain? Mau rampok ya?" Tuding supir taksi itu menatap ngeri ke arah Langit.

Langit memutar bola matanya malas "Bapak sembarangan aja kalo ngomong, Emang tampang saya keliatan kayak maling? Ya kali saya maling. Saya ada urusan sama mereka pak. Mending bapak nggak usah banyak tanya deh. kejar aja buruan, Jangan sampe ketahuan pokoknya"

Supir taksi itu mengangguk dan mengejar mobil itu karena mereka sudah tertinggal jauh sekali.

Langit mengambil foto mobil itu dan mengirimnya kepada Arion bahwa dirinya telah berhasil menemukan mobil yang menabrak Bintang beberapa tahun yang lalu.

GRAVITASI BUMI [SEDANG TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now