01. Arraya Kalea Nixon

8.6K 153 21
                                    

Seorang gadis berjalan digelapnya malam, dengan kedua telinganya yang tersumpal headset.

Arraya Kalea Nixon.

Gadis itu tidak peduli dengan jalanan sepi yang ia lewati, meskipun sesekali netranya menatap sana sini.

Detik berikutnya, seseorang menarik lengannya ke belakang membuat ia terhuyung.

"Ck. Lepasin bangsat!" umpatnya.

Bukannya melepaskan orang itu malah membalikkan badannya ke belakang hingga ia melihat seorang lelaki yang tengah memegangi pistol dengan wajah yang menahan amarah.

"Lo maju nih cewe gue bunuh," orang itu menekan pisaunya pada leher Raya, Raya mendesis pelan.

"Urusan lo sama gue, bukan sama tuh cewe!"

"Jadi, lo lepasin tuh cewe sekarang juga!" tekan lelaki itu yang mulai terlihat frustasi.

Orang dibelakang raya tertawa kecil, "Tapi gue gamau,"

Bugh!

Raya menyikut perut lelaki dibelakangnya lalu merebut pisau yang sempat melukai lehernya dan melemparnya ke sembarang arah.

Ia mendekat pada lelaki yang sedang meringkuk dengan tangan yang memegangi perutnya itu, satu tangan Raya melepaskan headset yang menyumpal telinganya.

"Gue tandain muka lo!"

Raya berjalan mendekati lelaki yang sejak tadi hanya diam dan mengambil pistol yang sedang lelaki itu pegang.

Dor!

Tanpa beban Raya menembakkan peluru pada lengan lelaki yang meringkuk itu lalu mengembalikan pistolnya kepada pemiliknya.

Hal itu membuat lelaki itu tersadar dari diamnya.

"Leher lo luka,"

"Gue juga tau,"

Lelaki itu hendak memegang leher Raya yang terluka namun ia menepisnya.

"Lain kali kalau ada masalah gausah bawa-bawa orang lain, apalagi gue! Ck. Baru beberapa jam gue menghirup oksigen Indonesia tuhan udah pertemukan gue sama kalian berdua, ga jelas banget najis,"

Lelaki dihadapannya nampak merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan plester bergambar panda.

Lelaki itu mengangkat dagu Raya dan anehnya kali ini Raya tidak menepisnya.

"Sorry udah bikin lo terluka, gue pastiin kejadian ini gaakan terulang lagi," ucap lelaki itu setelah selesai menempelkan plesternya.

Bertepatan dengan itu beberapa motor berhenti di dekat keduanya.

"Lo gapapa bos?!" lelaki berambut pirang belah dua bertanya.

"Gue gapapa. Sa, lo urus tuh cowo sialan,"

"Ken, anterin nih cewe sampe rumahnya dan pastiin dia selamat,"

Raya menggeleng cepat mendengarnya, "Ga--"

"Mereka semua temen gue, anggap aja ini permintaan maaf dari gue,"

Mau tidak mau Raya menerimanya, lumayan hemat energi.

**

Pagi hari yang cerah ini, Raya telah siap dengan seragam khas Atlanta High School. Ini hari pertama ia masuk ke AHS karna sebelumnya ia menempuh pendidikan di luar negeri.

Setelah merasa cukup dengan penampilannya raya segera keluar dari kamarnya menuju lantai bawah untuk sarapan bersama kedua orang tuanya.

"Selamat pagi bunda, ayah"

"Pagi sayang, sarapan sama apa Ray?" tanya bunda raya, Amelia Gevariel Nixon.

"Roti selai coklat aja," Amel mengangguk lalu mengambil selembar roti tawar dan mengolesinya dengan selai coklat sesuai permintaan anaknya itu.

"Ayah, Raya di anterin mang Asep? makasi bunda," ucap Raya lalu menerima roti dari bundanya.

Nicholas Nixon, ayah Raya dan suami Amel tentunya.

Menyeruput kopinya lalu beralih menatap anaknya yang bertanya

"Untuk hari pertama ayah yang antar" Raya mengangguk.

"Darimana kamu semalam? kenapa ada plester di leher kamu?"

Raya menghela nafasnya, "Dari supermarket dan pas dijalan pulang kemarin ada insiden kecil, kalian gausah khawatir,"

"Lain kali hati-hati Ray" ucap Amel yang dibalas dengan anggukan pelan oleh Raya.

Skip!!

Raya keluar dari mobil setelah berpamitan pada ayahnya, dan mobil itupun melaju meninggalkan dirinya yang masih berdiri menatap sekolah barunya.

Raya keluar dari mobil setelah berpamitan pada ayahnya, dan mobil itupun melaju meninggalkan dirinya yang masih berdiri menatap sekolah barunya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Raya menatap kagum bangunan megah yang merupakan sekolah itu, benar-benar elite AHS ini ternyata.

Setelahnya ia berjalan memasukinya, tapi belum banyak langkahnya suara seseorang menghentikan langkahnya.

"Rayaaa!"

Raya merentangkan kedua tangannya pada orang yang memanggil namanya itu,

Yura Ayesha Shaqueena, sahabat raya satu-satunya sejak sekolah dasar dulu sebelum dirinya pindah keluar negeri dan sekarang mereka bertemu kembali.

"Gimana kabar lo ra?" tanya Raya saat sahabatnya itu memeluknya singkat.

"Gue baik, kangen banget gue tuh sama lo!"

"Gue juga, btw gue sekelas sama lo anjay,"

"Seriusan?! bukannya lo baru masuk hari ini ya? dan belum ke ruang kepsek juga," heran Yura.

"Bokap gue yang ngurus, gue mah cuman minta biar satu kelas sama siswi yang namanya Yura Ayesha Shaqueena, eh beneran dong dikabulin,"

"Good banget dahh om Nicholas, yaudah kuy ke kelas!" Raya mengangguk lalu mereka berjalan beriringan dikoridor menuju kelasnya.

Sementara disisi lain, ada Atlas dan kedua temannya yang baru saja sampai diparkiran.

"Gue dapet info katanya ada anak baru cuy, cakep katanya," ucap salah satu teman Atlas, lelaki berambut pirang belah dua itu lho.

Namanya Aksa Keenandra.

"Gaada urusannya sama gue," sahut Kenzo Mavendra, teman Atlas juga, lelaki ini memang tidak peduli sekitar kecuali pada keluarganya.

Aksa memutar bola matanya malas, "Infoin aja, siapa tau lo berdua kepo gitu," ucapnya.

"Eh Atlas, cewe kemarin kenapa bisa sama lo? kenapa juga lo nyuruh Kenzo nganterin dia kemarin?" tanya Aksa pada Atlas yang hanya diam saja.

"Kemarin dia di jadiin sandera sama si bajingan itu," jelas Atlas.

"Asing gue sama mukanya, tapi cakep cuy! kenapa kemarin lo ga nyuruh gue aja buat nganterin dia kerumahnya, biar gue bisa apel gitu," ujar Aksa.

Kenzo dan Atlas memandang malas temannya itu, dasar playboy cap badak!

"Kelas."

Mereka pun berjalan meninggalkan area parkiran.

Terimakasih sudah membacanya 😚😚

RayasWhere stories live. Discover now