part 27

31.2K 1.2K 10
                                    

Entah apa yang diobrolkan kedua wanita bersuami itu semalam. Hingga kini mereka berempat telah berada di salah satu candi yang terkenal, yang jaraknya lumayan jauh dari hotel tempat mereka menginap.

Double date, kira-kira seperti itulah yang semalam direncanakan oleh kedua pasangan didepannya. Lebih tepatnya para istri.

Tidak menyangkal bahwa pertemuan yang singkat itu, bisa membuat para istri terlihat sudah sangat akrab seperti teman lama yang baru bertemu setelah sekian lamanya.

Kayla dan Arya saling bergandeng sembari menyusuri bangunan candi yang tampak sangat kokoh. Sedangkan Laras dan suaminya juga sama, bedanya mereka terlihat lebih romantis bisa terlihat dari tangan suami Laras yang dengan setia mengapit pinggang ramping istrinya.

Kayla iri melihat itu, jangan berharap bahwa Arya akan melakukan hal demikian. Suami Kayla itu orangnya sangat anti bermesraan depan publik seperti ini. Padahal kan hanya saling rangkul, itupun sudah wajar terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Memang dasarnya saja Arya yang gengsi.

Sesekali ke empat orang itu menghentikan langkah untuk sekedar mengambil foto, mengabadikan moment indah mereka bersama pasangan masing-masing.

"Capek Mas." Kayla menghentikan langkah yang otomatis membuat Arya juga ikut menghentikan langkahnya.

Arya menengok ke arah istrinya dan memperhatikan wajah Kayla yang telah bercucuran keringat. Arya mengambil tissue yang ada di tas Kayla, lalu dia membantu istrinya untuk mengelap keringat itu.

"Mau duduk dulu?" Kayla mengangguk.

"Duduk disini dulu." Kayla berjongkok untuk meredakan rasa lelahnya. Entah kenapa akhir-akhir ini Kayla merasa dia lebih cepat lelah dari biasanya.

Biasanya juga Kayla berjam-jam mengitari mall dia tidak merasa kelelahan seperti ini.

Laras dan suaminya yang semula sudah berjalan lumayan jauh dari Kayla, kini memutar menyadari bahwa sepasang temannya itu tidak berada di belakang mereka seperti tadi.

"Kenapa?" Laras menatap heran ke arah Kayla yang tengah berjongkok sembari memegangi kakinya.

Laras ikut berjongkok dan melihat wajah Kayla yang berkeringat dan juga terlihat pucat. Lantas Laras langsung merasa khawatir melihat kondisi Kayla yang sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan jalan lagi.

"Capek?" Laras kembali bertanya, Kayla mengangguk pelan.

"Arya kamu kuat kan gendong Kayla? kasian dia kalau masih harus jalan lagi."

Benar juga daripada mereka hanya diam disini menunggu hingga Kayla mendingan, lebih baik Arya mengendong istrinya saja.

"Nanti kita mampir makan dulu, tadi pagi Kayla belum sempat sarapan soalnya."

Mereka semua setuju, Lalu Arya jongkok didepan Kayla. Laras membantu Kayla untuk berdiri dan menjatuhkan tubuhnya di punggung Arya.

Mereka berempat mulai jalan meninggalkan tempat. Tidak lagi melanjutkan acara jalan-jalannya.

Beberapa menit, Mereka sudah keluar dari area candi. Kini mereka berempat telah berada di dalam mobil.

Arya menegapkan punggungnya yang terasa pegal. Lumayan juga ternyata menggendong istrinya. Tapi hal itu masih bisa di atasi oleh Arya, tidak sia-sia dia berolahraga untuk menjaga kebugarannya selama ini.

Mobil yang di kendarai suami Laras kini telah berjalan, Arya meminta air mineral pada Laras untuk diberikan pada Kayla yang kondisinya semakin terlihat lemas.

Salah sendiri tadi pagi, Arya suruh sarapan Kayla malah menolak dan mengatakan bahwa dia sedang tidak berselera.

"Minum." Arya mengarahkan sedotan pada mulut Kayla.

Lemas, tidak ada tenaga untuk membantah suaminya, akhirnya Kayla melakukan sesuai perintah, dia menyedot air dari sedotan hanya sedikit saja.

"Ada yang sakit?" Kayla menggeleng pelan, dia kembali menyandarkan kepalanya di sandaran kursi.

"Mau ke dokter aja?" Laras merasa tidak tega akan kondisi Kayla saat ini.

Kayla menggeleng, menjawab pertanyaan Laras. Dia hanya butuh asupan nutrisi saja nanti juga sudah membaik. Tidak perlu sampai datang ke dokter segala.

"Kita makan di depan ya? Kasian kalau nunggu lebih lama."

Mendapat anggukan dari Arya mereka pun memberhentikan mobil di rumah makan terdekat.

Arya membantu Kayla untuk turun dan dituntunnya tubuh Kayla hingga terduduk di salah satu kursi rumah makan tersebut.

"Mau makan apa?" Arya bertanya saat seorang pramusaji mendatangi mereka dan memberikan buku menu.

"Apa aja Mas." Kayla menjawab dengan pelan. Arya mengangguk lalu dia menyebutkan salah satu makanan yang biasanya sering dikonsumsi oleh Kayla. Laras dan juga suaminya ikut memesan cemilan untuk mereka.

"Kalau bisa cepat ya Mas, kasihan istri saya." Pesan Arya pada pramusaji sebelum pergi untuk menyiapkan pesanan mereka.

"Kami usahakan, Pak." Setelah mengatakan itu, sang pramusajinya pun pergi untuk menyerahkan catatan pada orang dapur.

Arya kembali memperhatikan istrinya yang masih juga tidak ada perubahan. Kayla terlihat sangat lemas sekali. Arya meraih tangan Kayla untuk di genggamnya, dia menarik bahu Kayla agar bersandar di tubuhnya.

Tidak lama kemudian, sesuai permintaan Arya makanan yang dipesan untuk Kayla datang lebih dulu.

Karena tau istrinya tidak akan kuat, maka dengan inisiatif sendiri Arya mengambil sendok dan menyuapkan makanan kearah Kayla.

Sebelum menerima suapan Arya, Kayla lebih dulu menegakkan kepalanya. Dia mengunyah dengan pelan makanan di mulutnya.

Tidak tau rasanya bagaimana, karena yang bisa Kayla rasakan hanya hambar saja. Dengan telaten Arya menyuapkan makanan pada Kayla, awal-awal berjalan dengan mudah hingga saat makanan Kayla telah tandas separuhnya, Kayla mulai memberontak.

Kayla menggeleng, menolak suapan yang diberikan Arya. Kayla sudah mulai ada tenaga saat ini.

"Ayo Kay makan, jangan ngeyel nanti kamu lemas lagi." Arya mengatakan dengan tegas dan juga tidak ingin mendapat penolakan.

Bukannya dia mau marah, Arya hanya tidak suka saja melihat Kayla yang ngeyel dan membahayakan kesehatannya sendiri. Kayla tetap menggelengkan kepalanya.

"Hambar Mas, gak enak." Memilih mengalah, akhirnya Arya menaruh kembali sendok ke atas piring.

"Ya udah sekarang kamu maunya apa?"

"Beliin ice cream coba Mas, siapa tau nanti aku enak lagi makannya."

"Beli dimana? Disini tidak ada yang jual ice cream kesukaan kamu."

"Ice cream yang biasa aja Mas, tuh di minimarket depan." Arya menunjuk ke arah yang ditunjuk Kayla. Dan benar saja di depan sana memang terdapat mini market.

Arya menghela nafas, dia luyn mengangguk menuruti permintaan Kayla.

"Beli yoghurt sekalian Mas." Arya lagi-lagi mengangguk. Lalu dia pamit pada Laras dan suaminya.

Laras sendiri senyum-senyum melihat interaksi yang terjadi antara Kayla dan Arya.

"Arya kelihatan sayang banget ya sama kamu." Laras berucap ke arah Kayla.

"Padahal kalau sama orang lain dia kelihatan dingin banget, gak ada ramah-tamahnya sama sekali."

Kayla terkekeh mendengar apa yang dikatakan Laras, Kayla tidak tersinggung. Tidak, yang dikatakan Laras memang benar adanya. Justru Kayla merasa senang, karena dengan itu dia bisa merasakan bahwa Arya menganggapnya special dari pada yang lain.

Ceilah, special ga tuh. Kayak martabak aja.

"Ya kan Kayla istrinya, yang. Ya harus dong sayang sama istri." Suami Laras menimpali membuat ketiganya tergelak bersama.

To be continued

W

ifey udah sampai part 64 di KaryaKarsa, hampir end huhuhu.

Baca cepat? Cus langsung meluncur.

Wifey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang