part 20

41K 1.8K 26
                                    

Hampir aja kelupaan kalau malam ini waktunya update. Lain kali kalau aku sampai gini lagi, kalian ingetin ya.

Maaf udah telat.
Happy reading.

"Apa ini benar Mas?" Kayla bertanya dengan lirih setelah kedua insan itu selesai dengan aktivitas untuk menghasilkan apa yang diinginkan Kayla.

Kayla seakan tersadar, bahwa apa yang dilakukan mereka salah, bukan dari segi kegiatannya. Tapi niatnya, jika disini yang menginginkan kehadiran anak hanya Kayla sepihak. Lalu bagaimana nasib anaknya nanti?

Apakah akan jadi anak yang tidak diingkari ayahnya? Apakah anaknya akan kekurangan masih sayang dari ayahnya?

Pikiran-pikiran itu meracuni otak Kayla. Dia tidak mau anaknya nanti tumbuh dilingkungan yang tidak sehat. Kayla mau anaknya tumbuh menjadi pribadi yang baik tanpa perlu merasa terasingkan.

Kekecewaan yang dirasakannya pada sosok suaminya, membuat Kayla berbalik memunggungi keberadaan suaminya itu. Padahal sebelumnya Kayla tidak pernah melakukan seperti ini.

Arya menguyar rambut ke belakang, dia sadar bahwa telah berbuat salah. Keputusannya tadi terlalu gegabah.

Arya melingkarkan tangannya di perut Kayla, tapi Kayla berusaha menepisnya.

"Maaf." Bisik Arya.

Kata maaf yang keluar dari mulut suaminya, membuat air mata yang sedari tadi sudah menggenang di pelupuk mata Kayla kini mulai berjatuhan satu persatu.

Kayla menyeka air mata itu menggunakan tangannya, tapi hal itu tidak menghentikan laju air mata yang masih saja tidak mau berhenti membasahi wajahnya.

"Aku gak butuh maaf kamu Mas. Aku mau kamu pikir ulang tentang diri kamu." Kayla mengatakan dengan sesegukan.

Hati istri mana yang tidak sakit saat suaminya jelas-jelas mengatakan bahwa belum siap memiliki anak dengan istrinya sendiri. Perasaan Kayla tersentil.

Tidak tahan dengan isakan istrinya yang semakin terdengar keras. Dengan paksa Arya membalikkan tubuh Kayla, diusapnya air mata yang tidak berhenti mengalir itu.

Arya mengecup lama kening Kayla, Arya merasa bersalah karena untuk pertama kalinya dia telah membuat istrinya menangis. Arya merasa gagal menjadi suami yang baik untuk istrinya.

"Maafkan saya." Arya mengulang kembali kata maafnya.

Kayla tidak menjawab, dia masih terisak. Arya mendekap Kayla dalam pelukannya. Arya pernah mendengar jika perasaan wanita itu rapuh. Jika wanita sedang menangis seperti ini, cukup diam dan berikan pelukan hangat untuknya maka dengan sendirinya wanita itu akan merasa tenang.

Arya mengusap pelan punggung Kayla, dagunya Arya tumpukan di atas kepala Kayla. Aroma shampo yang menguar membuat Arya betah berlama-lama dengan posisi itu.

Hingga beberapa saat kemudian, isakan itu mulai mereda dan hilang sepenuhnya. Arya melirik ke arah istrinya yang ternyata sudah memejamkan matanya dengan tenang.

Arya masih tidak mengantuk, maka dari itu Arya keluar kamar untuk mencari angin. Menenangkan pikirannya sejenak.

Arya mendudukkan dirinya di kursi yang berada di teras rumah. Rumah-rumah tetangga sudah terlihat gelap menandakan bahwa sang pemilik sudah terlelap nyaman di atas kasur masing-masing.

Arya meraih rokok yang tadi diambilnya dari laci. Arya sangat jarang menghisap nikotin itu. Arya hanya akan memakainya di waktu-waktu tertentu, seperti saat ini misalnya.

Sembari menghembuskan asapnya, pikiran Arya sibuk memikirkan tentang apa yang Kayla minta barusan.

Arya berpikir ulang tentang dirinya sendiri. Ada benarnya yang dikatakan oleh Kayla, mereka berdua sudah pas untuk memiliki anak. Tapi Arya merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, ya tentang hati dan perasaan.

Hingga saat ini Arya masih belum tau arti cinta yang sebenarnya, bahkan Arya tidak tau apakah cinta itu sudah bersemayam untuk Kayla? Ataukah untuk wanita lain?

Sepenuhnya Arya sadar bahwa kekurangan itu ada pada dirinya. Kayla sama sekali tidak ada kekurangan yang perlu dipertimbangkan, Kayla sempurna dari segala sisi. Tapi mengapa kesempurnaan itu tidak bisa membuat Arya takluk pada wanitanya?

"Belum tidur?" Suara ibu menginterupsi lamunan Arya. Arya mematikan Putung rokok yang tinggal setengahnya.

Rokok bahaya untuk kesehatan, dan itu cukup untuk yang merasakan saja. Arya tidak mau orang yang tidak bersalah juga ikut sakit dengan perbuatannya. Apalagi di usia ibu yang sudah renta seperti ini.

"Ibu juga belum tidur?" Arya membalikkan pertanyaan yang dilayangkan ibu. Ibu menggeleng samar lalu dia bergabung dengan Arya, duduk di samping anaknya itu.

"Tadi ibu tidak sengaja dengar tangisan Kayla." Arya menoleh ke arah ibunya, dia tidak menyangka bahwa tangisan Kayla sekeras itu hingga dapat terdengar dari luar kamar.

Ibu menatap lurus ke arah depan, pada kegelapan malam yang dihiasi oleh bintang yang tidak seberapa banyak jika dilihat dari bumi. Sebelum melanjutkan apa yang ingin dikatakannya, ibu menghela nafas terlebih dulu.

"Bahagiakan istri kamu, Ar. Kunci dari rumah tangga yang damai adalah kebahagiaan istri. Kalau istri kamu bahagia maka urusan yang lain akan mengikuti juga. Tapi kalau seorang istri sampai tidak nyaman dan tidak bahagia menjalani perannya, maka segalanya akan hancur, nak. Tidak akan ada kedamaian yang di dapat dari rumah itu."

"Mungkin status seorang istri terdengar sangat sepele. Tapi asal kamu tau saja nak, menjadi istri tidak semudah kelihatannya."

Arya terdiam, meresapi nasehat yang diberikan ibu padanya. Arya menunduk menyadari kesalahannya dan Arya sangat menyesal. Benar apa yang dikatakan ibu, kunci dari rumah tangga yang damai terletak pada istri.

Arya baru menyadari itu sekarang. Sebelum kejadian ini, rumah tangga Arya dan Kayla berjalan dengan normal dan Arya dapat menemukan ketenangan di dalamnya. Tapi lihat sekarang, semua berantakan, rasa tenang itu tidak lagi Arya dapatkan, dan itu karena Kayla sedang tidak baik-baik saja.

Arya harus mengembalikan keceriaan yang istrinya punya seperti sebelumnya.

"Ibu tidak tau apa yang membuat kalian bertengkar, tapi kalau bisa jangan sampai membuat istrimu menangis, Ar."

"Ibu tau selama ini masih belum bisa menjadi mertua yang baik buat Kayla, tapi ibu juga tidak tega jika melihat dia yang seperti ini."

Sepertinya menceritakan tentang masalahnya kepada ibu merupakan pilihan yang tepat. Arya tidak bermaksud apa-apa, Arya hanya ingin meminta pendapat dari wanita yang telah melahirkannya itu.

"Kayla tertekan Bu. Dia ingin punya anak tapi Arya yang masih belum siap." Akhirnya apa yang selama ini disimpannya sendiri, Arya utarakan juga.

Arya ingin melihat raut wajah ibu terhadap apa yang diucapkannya. Terlihat ibu terkejut dengan kenyataan yang baru saja keluar dari mulut Arya. Ibu sampai membekap mulutnya, tidak percaya.

"Benar seperti itu?" Sekali lagi ibu memastikan, dan langsung diangguki Arya.

"Ibu jahat, Ar." Arya menatap ibunya tidak mengerti.

"Selama ini Ibu selalu menganggap bahwa Kayla yang masih belum ingin punya anak, Ibu selalu mengatakan hal menyakitkan baut didengar. Tapi kenyataannya..." Ibu tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi.

"Bu?" Arya mengguncang bahu Ibu yang bergetar, sepertinya wanita yang melahirkan Arya itu sedang menangis. Dua kali, dihari yang sama Arya telah membuat dua wanita tersayangnya menangis dalam kurun waktu yang berdekatan.

"Apa yang membuat kamu tidak siap, Ar. Kayla sudah cocok untuk menjadi ibu dari anak-anak kamu."

TBC

Wifey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang