part 25

36.1K 1.3K 18
                                    

Semangat yuk votenya. Aku seneng banget loh kalau dapat spam vote dari kalian.

Happy reading.

"Mas jangan main HP terus dong." Kayla protes kerena sejak mereka berada di hotel yang akan ditempatinya tiga hari ke depan, suaminya itu selalu sibuk dengan handphone. Mungkin berhenti hanya untuk makan, tidur dan sholat saja.

Sangat menyebalkan sekali, padahal Kayla merasa bahwa dia lebih menarik untuk ditatap loh dari pada handphone yang entah menampilkan apa itu.

"Terus mau ngapain lagi?" Arya sama sekali tidak mengalihkan perhatiannya dari Kayla.

"Ya masa aku yang cantik gini dianggurin terus." Kayla memajukan bibirnya hingga terlihat seperti bebek. Dan itu terlihat sangat lucu.

Tidak ingin didiamkan terlalu lama oleh suaminya, akhirnya Kayla mengambil tindakan. Dia mendekat ke arah suaminya yang duduk di sofa.

Kayla mendudukkan dirinya disamping Arya, tangannya Kayla lingkarkan disekitaran pinggang Arya.

Pantas saja tidak mengalihkan perhatiannya sama sekali, orang laki-laki itu sedang bermain game online. Apa menariknya sih sebenernya game itu?

"Aku kadang suka mikir ulang, kenapa dulu aku mau ya mas diajak nikah sama kamu." Kayla bergumam, dengan pandangan yang mengamati wajah tampan suaminya lamat-lamat.

Makin hari sepertinya Arya semakin bertambah tampan saja. Benar-benar definisi, semakin tua semakin tampan dan mapan suami Kayla ini. Tidak rugi Kayla mempercayakan Arya untuk memiliki seluruh hatinya.

"Karena saya tampan." Jawaban itu terdengar mutlak. Kayla lantas berdecak mendengar itu.

Meskipun yang diucapkan suaminya itu benar adanya, tetap saja Kayla kesal jika Arya mulai bersikap narsis seperti ini. Pasti wajahnya juga ikut tengil saat mengatakan demikian.

"Males deh kalau udah mulai narsis gini." Arya terkekeh, membuat Kayla kesal sudah menjadi salah satu hobinya sejak mereka menikah dulu. Arya merasa suka saja melihat wajah Kayla yang cemberut.

"Udahan gih Mas, mainnya. Mendingan main sama aku aja ayo." Kayla semakin mengeratkan belitannya di pinggang Arya yang otomatis membuat tubuh mereka lebih merapat lagi. Tanpa menyadari bahwa perkataannya tadi terdengar sangat ambigu.

Sedetik setelah mendengar hal itu, Arya langsung mengalihkan fokus pada istrinya.

"Jangan mancing-mancing." Arya memperingati sebelum dia lepas kontrol.

Laki-laki dewasa mana sih yang bisa menahan godaan maut dari istrinya. Apalagi makhluk disamping Arya ini cantiknya bukan main.

Sekarang gantian Kayla yang tertawa puas karena telah balik membuat suaminya kesal.

"Bercanda Mas, sensi banget sih." Tidak terdengar balasan dari Arya setelahnya.

Laki-laki itu sibuk menggerakkan jempolnya di atas layar dengan lincah. Membantai musuh-musuh yang menyerang.

Sepertinya Arya sudah sangat pintar memainkannya, apa Kayla suruh laki-laki itu membuat akun YouTube saja ya? Lumayan buat tambahan.

Tambahan Kayla belanja maksudnya. Hahahaha.

"Mas jalan-jalan yuk, bosen dikamar terus." Kayla merengek, berharap bahwa suaminya itu akan mengiyakan. Terhitung ini sudah lima jam sejak mereka menginjakkan kaki di hotel.

"Kamu tidak capek memang?"

"Nggak, malahan aku capek kalau cuma diem aja."

"Nah dari pada cuma diem aja, mending kamu beresin itu kasur, terus juga baju-bajunya kamu pindahin ke lemari."

"Ishh." Kayla mencubit pinggang suaminya. Maksud Kayla ya tidak seperti itu juga.

"Ngeselin banget deh. Ayo Mas aku pengen jalan-jalan berdua gitu. Ga perlu jauh-jauh deh yang deket sini aja." Kayla tidak menyerah untuk membujuk suaminya agar menuruti keinginannya.

"Nanti malam aja sekalian."

"Ga mau, nanti malam kan kita mau ke Malioboro. Pokonya aku jalan sekarang."

Arya mengehela nafas berat, lalu dia mematikan handphone dan mengambil kacamata hitam di tas Kayla.

"Ayo cepat." Kayla bersorak kegirangan karena dituruti oleh suaminya itu. Dia pun mengambil kacamata dan juga topi untuk menghalau terik sinar matahari.

Tidak lupa sebelum keluar, Kayla juga mengoleskan sunblock pada tubuhnya dan juga Arya. Awalnya Arya menolak karena tidak suka dengan aroma yang dikeluarkan, tapi Kayla paksa untuk mencegah kulit mereka gosong terkena paparan sinar matahari. Mengingat cuaca diluar sana yang sedang terik-teriknya.

• • •

Pasangan suami istri itu menyusuri jalan tanpa adanya tujuan. Arya hanya mengikuti kemana Kayla melangkahkan kakinya. Ya benar, Kayla meminta untuk berjalan kaki saja.

Katanya kalau mereka di Jakarta, jarang melakukan hal seperti ini. Paling-paling ya naik sepeda motor.

Arya setuju-setuju saja. Toh sudah lama juga dia tidak merasakan jalan kaki yang lumayan jauh ini. Terkahir kali mungkin saat sedang masa kuliah, saat-saat Arya masih kos dulu.

Sesekali dia juga menimpali pertanyaan yang Kayla layangkan tentang bangunan-bangunan yang dilalui mereka. Hingga tiba-tiba langka kaki Kayla berhenti, membuat Arya otomatis juga melakukan hal yang sama.

Kayla melirik Arya dan bangunan rumah makan tradisional didepannya berulangkali. Tanpa perlu ditanyakan Arya sudah tau maksud dari istrinya itu.

Arya menganggukan kepalanya dan mengikuti langkah Kayla yang berjalan memasuki rumah makan tersebut.

Kayla memilih meja semi outdoor. Sesekali angin berhembus menerpa keduanya, membawa suasana sejuk.

Kayla memesan beberapa menu makanan khas Jogja. Ini pertama kali Kayla menginjakkan kakinya di tanah Jogja, kuliner khas daerah mereka wajib untuk dicoba.

Ini memang sudah jadi kebiasaan Kayla, setiap dia pergi ke luar kota ataupun negeri makanan khas daerah disana harus Kayla coba. Kayla merasa rugi saja jika sampai tidak mencobanya.

"Kenapa pesan banyak? Nanti tidak habis."

"Habis. Liat aja nanti." Arya tidak tau makanan itu akan habis beneran atau tidak.

Jujur saja Arya kurang menyukai sifat Kayla yang satu ini, lapar mata. Bukannya Arya merasa sayang dengan uang atau bagaimana, tapi Arya tidak suka melihat makanan yang tidak habis.

Itu sangat mubazir, dari pada hanya dicoba sedikit dan berkahir tidak dimakan lebih baik jangan memesan dari awal.

Kira-kira begitulah prinsip Arya yang sangat bertolak belakang dengan Kayla. Sudah beberapa kali juga Arya menasehati Kayla agar jangan suka membuang makanan, tapi yang dilakukan masih saja tetap sama.

Dari pada dibuang alangkah lebih baik diberikan pada yang lebih membutuhkan saja kan?

Arya tau Kayla tidak pelit soal berbagi, tapi sebagai suami Arya merasa wajib mendidik istrinya menjadi lebih baik.

"Suruh bungkus sebagian, jangan dimakan sekarang semua." Perintah Arya. Ya itu adalah salah satu solusi yang selalu Arya berikan.

Meskipun dengan wajah cemberutnya Kayla tetap melakukan seperti yang suaminya itu perintahkan. Dari pada mereka nanti berakhir dengan berdebat di tempat umum seperti ini.

Akhirnya hanya tersisa tiga hidangan yang disajikan oleh pelayan. Sedangkan lima yang lain sudah di masukkan di dalam kotak.

Arya tidak menyangka bahwa yang dipesan Kayla sebanyak ini. Siapa yang akan memakannya nanti, mau dimakan besok juga rasanya sudah tidak akan maksimal.

"Makanan itu nanti dibagi saja kepada orang, sayang kalau cuma berakhir di kulkas."

"Tapi aku mau."

"Mau dimakan kapan memangnya? Nanti malam kita mau jalan lagi, otomatis kamu jajan lagi." Benar apa yang dikatakan Arya, akhirnya Kayla hanya mengangguk pelan.

"Kalau kamu mau, besok bisa beli lagi." Lagi, Kayla hanya bisa mengangguk setuju.

To be continued

Wifey حيث تعيش القصص. اكتشف الآن