Chapter 10 : Mahari Yusa

Mulai dari awal
                                    

          "Mungkin kita akan menunggu pintu tersebut di arah barat. Kira-kira pintu itu akan berpindah tempat ke setiap arah selama 6 menit. Itu hanya membutuhkan kira-kira 24 menit untuk sekali putar."

          Joshi nampak tidak yakin dengan rencana Kano.

          "Jangan terlalu tegang Joshi. Rencana Kano pasti berhasil."

          "Sebaiknya kita jalan selakarang. Hari sudah mulai gelap."

          "Jangan memaksakan diri. Lukamu belum pulih." Kano menahan lengan Joshi.

          "Aku tidak mau menjadi beban!"

          Sebuah pertikaian antara Kano dan Joshi dimulai. Aku tidak mau menghalangi pendapat mereka yang saling bertentangan. Perdebatan mereka semakin serius sehingga Kano terpaksa mengalah. Akhirnya kami pergi ke arah barat. Setelah sampai disana, jarum kompas mengarah ke selatan. Kami hanya perlu menunggu beberapa menit saja untuk pintu itu datang. Kami tidak menunggu dengan hanya duduk diam, kami juga harus nenghadapi monster-monster yang berusa untuk menghalangi perjalanan kami. Aku dan Kano menyerang monster tersebut, sedangkan Joshi memberi arahan dimana monster itu akan muncul. Pintu itu datang! Ada sebuah peringatan disana.

          Hanya mencangkup satu orang. Jika kalian masuk bersama-sama, kalian tidak akan selamat. Lebih baik menunggu pintu ini datang kembali.

          Apa? Apa ini sebuah lelucon?

          "Aku sangat tidak suka lelucon di game ini." Protes Kano.

          Semua nampak berpikir untuk membuat keputusan. Ini memang sulit jika harus memilih. Aku ingin lolos tapi aku juga tidak ingin Kano gagal. Aku tidak ingin. Hah? Kenapa hanya Kano? Bukankah Joshi juga berada disini?

"Siapa yang akan masuk? Jika kita terus berpikir, pintu ini akan berpindah. Selagi monster gila itu belum datang. Siapa yang akan masuk?" Aku membubarkan keterpurukan mereka. Kano memandang ke arahku dan aku memberikan tatapan jika aku baik-baik saja. Kebahagian akan kurasakan jika aku menolong mereka. Atau lebih tepatnya Kano?

          "Joshi, Aku akan tetap menunggu bersama Yusa." Aku tersontak kaget.

          "Tidak! Harus diantara kalian." Bentak Joshi.

          Kano tetap memaksa dan mendorong Joshi hingga melewati pintu tersebut. Setelah beberapa detik, pintu itu berpindah dalam sekejap. Aku bahkan tidak bisa melihatnya.

          "Itu keputusan yang bagus." Ini membuatku tertawa. Kenapa aku tidak berpikir untuk menyelamatkan Joshi terlebih dahulu setelah mengetahui watak antara aku dan Kano sama kerasnya, tetap berdiri pada pendirian masing-masing walaupun akan ada pendapat orang lain yang berbeda.

          "Untuk kedua kalinya aku melihat wajah datarmu menghilang. Lebih seringlah begitu."

          "Eh?"

          "Nandemonai heheh." Sebuah senyum muncul di wajahnya.

          Aku dengar. Bukankah kau lebih buruk karena baru kali ini aku melihatmu tertawa setelah kita saling berkomunikasi? Haha....kau lebih buruk. Ini pertama kalinya aku melihat simpul manis di wajahmu. Tidak sepatutnya kau mengatakan hal itu. Seharusnya aku yang berkata demikian.

          Angin berhembus membuat hatiku nyaman. Tidak peduli aku dalam suasana tegang yang mengancam nyawaku, aku tetap bisa tenang merasakan angin berhebus. Rambutku yang mengibas juga merasakan hal yang sama. Leherku seperti digelitik oleh angin yang melewatinya. Apakah pembuat luka di leherku ini juga bisa merasakan hal yang sama setelah semua kejadian yang kami alami? Apakah kau juga merasakan angin lembut ini, Oka-san?

Life GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang