"Sering kayak tadi?"

"Nggak, tadi pagi katanya dia cuma nyoba resep baru aja makannya minta saya cobain."

Masih dengan ekspresi datarnya, Kayla memperhatikan raut wajah suaminya yang tegang saat menjawab setiap pertanyaan yang keluar dari bibirnya.

"Enak masakan aku atau dia?" Arya terperangah, jujur dia bingung akan menjawab seperti apa.

Masakan Kayla memang enak tapi masakan Dinda juga tidak kalah enaknya. Masakan mereka memiliki ciri khas yang berbeda, tapi Arya tidak tau apa yang membedakannya.

Arya kan hanya tinggal makan saja.

"Enak semua." Jawab Arya akhirnya.

Hati Kayla mencelos mendengar itu. Rasa kecewanya semakin besar pada Arya. Secara tidak sadar, Arya memuji masakan wanita lain didepannya kan jika seperti ini?

Sebenarnya itu tidak ada masalah, tapi jika dalam keadaan seperti ini tidak bisakah laki-laki itu berbohong sedikit demi kebahagiaan istrinya sendiri?

Jujur Kayla merasa bahwa hubungan Arya dan sekertarisnya ini sudah mulai melampaui batas.

"Aku pulang. Ingat ya Mas dia cuma sekertaris." Kayla berpamitan sekaligus memberi peringatan untuk suaminya, dengan penekanan diakhiri kalimat.

Setelah itu, Kayla meraih paperbag dan melangkahkan kakinya berjalan keluar. Sampai diluar ruangan milik suaminya itu, Kayla melihat ke arah meja yang saat dia datang terlihat kosong.

Sekarang sekertaris dari suaminya itu sudah berada ditempat. Beberapa detik pandangan mereka beradu, hingga akhirnya Kayla memutus duluan. Dia memalingkan wajah dan berjalan ke arah lift.

Di dalam taksi yang ditumpanginya, jujur pikiran Kayla tidak bisa teralihkan dari kejadian yang tadi. Kayla memijit pelipisnya pelan. Dia butuh menjernihkan pikiran sejenak.

Mungkin dengan berjalan-jalan dan membeli beberapa kosmetik yang sedang viral bisa membuat pikirannya dingin kembali.

"Pak berhenti di mall depan saja, saya turun disana." Supir taksi itupun menyetujui. Dia menurunkan Kayla di depan sebuah mall besar di daerah sana.

Setelah membayar ongkosnya, Kayla lanjut berjalan. Mall yang dikunjunginya tampak ramai.

Tidak memperdulikan hal itu, Kayla berjalan ke tempat yang dituju. Saat melangkahkan kaki hendak melewati sebuah restoran cepat saji, tiba-tiba saja langka Kayla berhenti.

Dia memutar kepalanya, menoleh ke arah dalam restoran tersebut. Bisa dia lihat disana kakaknya, Irwan sedang duduk bersama dengan seorang wanita yang tidak Kayla kenali.

Kayla mengeluarkan handphone dan mengarahkan kamera ke arah kakaknya berada, lalu dia mulai memotretnya.

Berhasil mendapatkan gambar yang terlihat jelas, Kayla segera membuka grup keluarga dan mengirimkan foto yang diambilnya barusan.

Tidak lama foto itu mendapat balasan yang berasal dari Mama. Kayla tersenyum membaca balasan itu, sepertinya sang kakak belum membuka pesannya terbukti dengan Irwan yang masih duduk tenang dengan wanita itu.

Tidak ada niat Kayla untuk menganggu penjelajahan kakaknya dalam mencari pendamping hidup. Kayla pun meninggalkan tempat dan melanjutkan berburu barang yang ingin dibelinya.

*. *. *

Beberapa paperbag kini telah di tenteng oleh lengan Kayla. Kayla kelelahan karena berburu cosmetic, akhirnya dia mampir di sebuah toko eskrim Yan tengah booming akhir-akhir ini.

Sensasi dingin yang diciptakan ice cream mampu membuat Kayla menyunggingkan senyum kebahagiaan miliknya. Ice cream adalah salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari hidup Kayla, makanan itu menjadi favorit Kayla. Bahkan dia pernah nekat terbang ke Singapura hanya untuk mencicipi ice cream yang dilapisi dengan roti.

Padahal di Indonesia juga ada yang serupa, tapi dasar Kayla saja yang maniak ice cream. Salah satu cita-cita yang Kayla punya adalah mencoba ice cream yang ada di seluruh dunia ini. Baik itu yang bermerek atau tidak sekalipun.

"Ngapain Lo dek." Pundak Kayla di teluk dari belakang. Kayla kaget hingga tidak sengaja dia tersedak ice creamnya sendiri.

Kayla menoleh ke arah belakang dan mendapati sosok Irwan berada disana. Laki-laki itu sudah mengeluarkan tawanya melihat adiknya yang terbatuk-batuk.

Kayla menatap kakaknya itu dengan tajam. Tukar tambah kakak dimana sih tempatnya? Ingat sekali rasanya menukar kakaknya dengan yang lain.

"Lo ngagetin tau gak? Untung aja gue selamat. Kalau sampai gue kenapa-napa habis Lo ditangan Papa."

"Lebay." Irwan mendorong jidat adiknya yang selalu berlebih dalam berucap.

"Widih kayaknya ada yang banyak uang nih." Ucap Irwan menggoda melihat belanjaan adiknya yang lumayan banyak.

Kayla diam, tidak ada niat untuk menanggapi kakaknya. Irwan menjatuhkan dirinya di samping Kayla. Dia lalu meraih handphone miliknya.

Kayla melotot, dia teringat dengan percakapan di grup keluarnya. Sebelum Irwan menghidupkan Handphone lebih dulu Kayla mencegahnya.

"Sebentar kak." Kayla mengambil semua barang belanjaan dan dia berdiri. Irwan menatap adiknya dengan alis mengerut, bingung.

"Gue mau pulang, cepek." Tanpa menghiraukan kakaknya lagi, Kayla langsung meninggalkan tempat dengan buru-buru sebelum kakaknya itu menyadari tindakan Kayla.

"Kurang ajar." Umpat Irwan saat dia berhasil membuka grup keluarganya yang tengah ramai. Dia melirik ke tempat adiknya pergi, disana sudah tidak terlihat sosok mungil itu.

Sekarang Irwan tau kenapa adiknya itu terlihat buru-buru.

TBC

Oh iya aku mau meluruskan sesuatu.

Jadi gini loh, di part sebelumnya ada yang bilang 'gak mungkin Dinda gak tau kalau Arya udah beristri, secara kan sekertaris pegang data bos'.

Ok, aku jawab disini.

Jadi Dinda itu udah jadi sekertaris sebelum Arya nikah sama Kayla. Dan karena kalian tau lah alasan buru-buru nikah karena apa, jadinya Arya gak ngundang teman kantornya yang otomatis di kantor gak ada yang tau dong tentang statusnya yang baru.

Gitu gays, udah jelas kan.

Ya udah lah, see you.

Wifey Where stories live. Discover now