e m p a t p u l u h e m p a t

3.9K 284 4
                                    

"WOI NA LO MAU KEMANA?"

El berteriak melihat Hana membawa motornya sendiri dan El kebetulan akan ke tongkrongan bersama Angga.

"Ke rumah sakit"

"Lo sakit?" tanya Angga.

"Bukan gue, mau jemput temen yang nyasar di rumah sakit"

"Waduh seru tuh ikutin El" suruh Angga dan El mengikuti motor Hana.

Tak membutuhkan waktu lama. Mereka sampai dirumah sakit.

"Ngapain lo ngikutin gue?" tanya Hana.

"Mau bantuin nangkep" ucap El ngasal.

Hana memutar bola matanya dan berlari ke dalam UGD. Matanya melihat seorang gadis yang dikerumuni beberapa suster.

"Adek sekarang boleh pulang kan udah diobatin jarinya" ucap seorang suster.

"Pokoknya aku mau nginep disini nanti kalo jarinya sakit gimana? Suster mau tanggungjawab kalo jari aku keluar darah lagi? Enggakan pokoknya aku mau nginep disini, udah jangan ganggu"

"Kalau gitu boleh kita minta nomor hp orangtuanya adek?"

"Ck buat apa sih sus aku tuh lagi berantem sama mami papi gausah nelpon mereka"

"Permisi sus" ucap Hana dan berdiri disamping brankar.

"Adek keluarganya?"

Hana menggeleng "Saya temennya"

Suster mengangguk "Jadi begini, ini adek atas nama Tatik tadi meminta kita untuk mengobati jarinya yang terkena pisau"

Hana melirik jari telunjuk Tatik yang dibalut perban.

"Nah sekarang adeknya udah boleh pulang"

Hana mengangguk "Makasih ya sus udah bantuin temen saya"

"Tatik ayo pulang" ajak Hana.

"Ngga mau aku mau nginep disini" ucap Tatik.

"Hah kenapa nginep? Gaenak tau tidur disini"

"Enak kok aku suka bau darah"

Semua melotot.

"Psikopat anjir" bisik El pada Angga yang mengangguk.

"Ngeri cuy temennya Hana" ucap Angga.

"Ga nyaman tidur disini, mending tidur dirumah gue yuk? Nanti kita makan makanan pedes trus nonton horor gimana?" ucap Hana meyakinkan dengan mengajak apa yang disukai Tatik.

"Oke deh" ucap Tatik membuat para suster melongo. Bagaimana tidak, dengan mudahnya Hana merayu Tatik tapi mereka gagal merayu dalam satu jam yang lalu.

Bukannya para suster tidak mengizinkan Tatik menginap. Hanya saja ia khawatir jika nanti gadis ini melakukan sesuatu diluar nalar setelah apa yang diucapkan Tatik pada mereka.

Hana berjalan beriringan dengan Tatik sedangkan El dan Angga mengikuti dibelakang. Ketika mata Tatik menatap mereka dibelakang. El dan Angga langsung pura - pura tidak melihat.

"Eh tikusnya terbang" ucap Angga menunjuk pohon.

"Mana ada tikus punya sayap anjir" ucap El menendang kaki Angga.

"Kalian pengen liat tikus punya sayap? Aku bisa kok bikin tikus pake sayap burung? Kalian mau? Kalo mau sekarang kita cari burungnya kalo tikus di rumah aku pelihara" ucap Tatik dengan berbinar.

What the-

El dan Angga melotot lalu kompak menggeleng.

"E-ehh gausah repot repot gue alergi tikus" ucap El.

Tatik murung "Padahal tikus itu imut tau aku aja pelihara dikamar"

Angga dan El bergidik ngeri.

Hana hanya tertawa melihat mereka. Dan menjalankan motornya menuju minimarket. Belanja sesuai keinginan Tatik yang suka makan pedas. Setelah berbelanja mereka langsung ke rumah Hana. Tentu saja memasak mie instans super pedas.

"Hana cabenya dimana?"

Hana menunjuk kulkas dan Tatik langsung mengambil banyak lalu memotong - motong kecil untuk toping nanti.

"Eh ada Tatik" Mama Hana, Cici.

"Eh tante hehe Tatik numpang makan ya tan"

"Iya makan sepuasnya jangan pedes pedes nanti sakit" ucap Tante Cici.

Tatik mengangguk dan melanjutkan masaknya.

Hana mengangkat mie yang sudah direbus ke dalam mangkuk milik Tatik yang sudah ada bumbu maupun sambal. Tatik itu gadis pecinta pedas.

Masak selesai, mereka membawanya ke ruang tengah. Sambil menonton film horor. Disana sudah ada El dan Angga.

"Kenapa? Pengen nuker?" tanya Tatik ketika El dan Angga menatap ngeri mienya yang penuh dengan cabe diatasnya.

Kompak keduanya menggeleng. Tatik ini mukanya polos tapi ngeri omongannya.

"Kurang daging nih" ucap Tatik.

"Loh dikulkas kan ada daging ayam kenapa ngga bilang pengen daging" ucap Hana.

Tatik menggeleng "Sukanya tikus dipanggang" ucap Tatik dengan santai membuat El dan Angga ingin muntah.

"Bangsat ni cewe" bisik Angga.

"Gilee"

"Disini ngga ada tikus" ucap Hana.

"Kalo ada, tikusnya pasti udah nyamperin aku" ucap Tatik lagi lagi membuat mereka ngeri.

"Daging ikan lebih enak" ucap El.

"Selera orang beda beda, kenapa? mau gue panggangin tikus biar tau gimana enaknya?"

"Bangsat gue pengen muntah anjir" Angga berlari ke kamar mandi dekat dapur.

El menggeleng sambil memegang mulutnya "gileee gue ngeri bangke, ANGGA PULANGGGGGG"

Hana hanya terkikik "Ck udah si demen banget ngisengin mereka"

Tatik tertawa kencang "Asik banget ngeliat muka mereka kayak ketakutan gitu"

"Gue jadi pengen muntah anjir" ucap Tatik.

"Lo yang mulai" ucap Hana dengan ngegas.

"Jadi yang mana?" tanya Tatik

Hana menaikkan alisnya membuat Tatik berdecak.

"Yang kurusan apa yang berisi?"

"Ohhhhh yang kurusan"

Tatik manggut - manggut "Cakep si tapi masih cakepan Rendra"

Hana berdecak "Iye iye yang punya sugar daddy"

Tatik tertawa "Apaan sugar daddy minta beliin pesawat aja kaga mau"

Hana melotot "YA LO MINTANYA PESAWAT ANJIR, ga guna banget, minta duit kek 5 miliar buat check out barang dikeranjang shopee lo"

"Boro boro anjir, gue minta lima rebu aja buat beli shampoo kaga dikasi"

Hana memutar bola matanya "Ya lo beli shampoo buat mandiin si Jeno jelas kaga dikasi, buang buang duit"

"Hehe"

Ngomong - ngomong. Si Jeno itu anak ayam warna - warni peliharaan Tatik.

"Jadi lo belum ditembak nih" Tatik tertawa meledek.

"Diem deh makan noh mie lo"

"Ya lo tembak aja duluan ribet amat"

"Harga diri gue mau ditaro dimana? Kolong meja? Jangan samain gue sama lo ya"

Tatik tertawa "Iye dah iye yang doinya ga peka"

"Kabur bangsat keburu kita disate" El menarik Angga naik ke motor.




•••

Si El kaga peka ekwkwkkwke

Si Cadel & His FamilyWhere stories live. Discover now