Gayatri | Part 00 |Prolog

759 58 19
                                    

Selamat ulang tahun,
Selamat ulang tahun,
Selamat ulang tahun Aya,
Semoga panjang umur.

"Bapak?"

Gadis kecil itu menerjang tubuh sang ayah yang masih mengenakan seragam cokelat khas polisi. Ia memeluk erat tubuh sang ayah.

"Bagaimana, bapak sudah menepati janji, kan, untuk merayakan ulang tahunmu kali ini?" ucap pria setengah baya itu dengan senyum semringah. "Sekarang, tiup lilinnya. Setelah itu, lanjut tidur, sudah larut," lanjut pria itu seraya memberikan sebuah kue ulang tahun berwarna cokelat dengan beberapa buah lilin yang menyala.

"Aya, panjatkan permohonan," ucap Ghama, sang kakak.

Gadis kecil itu menangkupkan kedua tangannya dan memejamkan mata. Senyum girang tak hilang dari wajahnya. Hal itu karena sang ayah yang menepati janjinya merayakan ulang tahun bersama Gayatri setelah hampir empat tahun terakhir ini absen.

"Semoga, Aya selalu di sayang bapak, ibu, Mas Ghama, dan semoga keluarga ini selalu bersama selamanya!" Gayatri berucap lantang.

"Hei, jangan sebutkan dengan keras permohonanmu, nanti tidak terkabul! Ayo, ulangi dan sebut di dalam hati!" tegur Ghama.

Gayatri mengerucutkan bibir, lalu mengulangi posisi berdoanya. Tak lama ia membuka mata dan mulai bersiap meniup lilin ulang tahunnya. Namun, saat Gayatri sedang berancang-ancang hendak mengambil napas dalam, terdengar suara ketukan pintu.

"Tiup saja lilinnya. Bapak turun dulu."

Gayatri membuang napas kasar. Tubuhnya melemah. Wajah yang semula tampak semringah kini mulai meredup.

"Ayo, tiup lilinnya!" perintah Sahira, sang ibu.

"Tunggu bapak, Bu."

"Nanti lilinnya meleleh. Bapak nanti ikut potong kue saja. Mungkin itu anggotanya yang bertamu."

Gayatri meniup napas dari dalam mulutnya ke arah dahi sehingga membuat poni yang tertata rapi menutupi dahinya menyembul ke atas.

"Nanti saja. Tunggu bapak."

Sahira dan Ghama saling menatap. Namun, lagi-lagi mereka dikejutkan dengan sebuah bentakan. Suara riuh yang terdengar dari lantai bawah. Wajah Sahira berubah. Ia segera turun menyusul suaminya di lantai bawah.

"Jangan turun! Kembali! Jaga anak-anak!"

Teriakan Adji, sang ayah membuat Ghama dan Gayatri saling melempar tatapan panik. Ghama segera menyentuh tubuh adiknya dan meminta gadis kecil itu untuk segera bersembunyi di bawah tempat tidurnya.

"Kita harus pergi."

"Nggak mau! Bapak sama ibu di bawah, Mas!"

"Ingat kata bapak, kan? Kalau ada yang tidak beres, segera lari!" ucap Ghama tegas.

Anak remaja itu membuka sebuah lubang ventilasi yang ukurannya hanya cukup untuk sang adik.

"Mas?" Tatapan Gayatri berubah sendu. Tubuhnya gemetaran. Takut untuk melangkah.

"Jalan terus dan segera keluar dari pintu belakang. Ingat, jangan sampai ketahuan dan jangan kembali! Segera berlari ke rumah Om Nugra. Dia akan menolongmu!"

"Mas, tapi .... "

"Tidak ada waktu! Cepat pergi!"

Ghama mendorong tubuh Gayatri, memaksa gadis kecil itu segera pergi. Ghama menutup pintu ventilasi itu rapat-rapat agar tidak menimbulkan curiga. Ia pun segera bersembunyi di bawah kolong ranjang saat sebuah langkah kaki mendekati ruangan itu.

Ghama memejamkan matanya saat posisinya ketahuan. Ia pun dipaksa keluar dari persembunyiannya dan diseret turun bersama dengan kedua orang tuanya yang sudah diikat dan berlutut di lantai.

Gayatri berusaha melawan ketakutannya akan gelap. Ia terus merangkak dan tiba di sebuah seluncuran yang akan membawanya ke pintu belakang. Gayatri berhasil! Ia berlari keluar dari halaman rumahnya. Mengendap-endap dan membiarkan udara dingin menusuk telapak kakinya.

Merasa posisinya aman, Gayatri segera berlari menjauh dari rumah tinggalnya.

Dor!

Tiga buah letusan senjata terdengar sayup dari dalam rumahnya.

Gayatri tersentak saat mendengar suara letusan senjata berasal dari rumah tinggalnya. Langkahnya terhenti. Ia menoleh ke arah rumahnya. Ingat jika seluruh keluarganya ada di dalam rumah itu. Gayatri kembali. Ia berlari sekuat tenaga agar dapat kembali kerumahnya, tapi sebuah ledakan berhasil membakar bagian bawah rumahnya.

Gayatri berteriak histeris ketika menyadari jika api sudah menyala begitu besar dan melahap habis rumahnya. Gayatri tertegun, ia menangis seraya memberanikan diri untuk bangkit dan berlari meninggalkan rumah tinggalnya mana kala sorot-sorot lampu mulai menyala nyaris membuka posisinya.

"Lari, Aya! Jangan kembali!"

Suara sang ayah dan pesan terakhir Ghama seolah kembali menyadarkan Gayatri. Gadis kecil itu melangkah pergi. Ia berlari sekuat tenaga dan terjun ke sungai kecil tak jauh dari rumahnya dan bersembunyi di bawah kolong jembatan.

Bapak, ibu, Mas Ghama ... maafkan Aya, batin Gayatri.

Kaki kecilnya melangkah menysuri jalanan aspal malam itu. Udara dingin ia abaikan demi segera sampai ke rumah anggota terdekat Adji yang sudah dianggap seperti keluarganya sendiri. Iptu Nugraha Barata. Jarak rumah Nugra memang hanya satu kilometer, tapi jika jarak itu ditempuh oleh anak berumur 10 tahun jelas terasa sangat jauh.

Gayatri menggedor-gedor pintu gerbang rumah Nugraha secara brutal. Tubuhnya gemetar, napasnya tersengal-sengal, dan otaknya seolah berhenti berpikir. Ia mendongak mana kala Nugraha membuka pintu dengan kening berkerut.

"Aya?" gumamnya heran.

Tanpa pikir panjang, Gayatri segera menerjang tubuh kekar Nugraha. Ia menangis sejadi-jadinya membuat Nugraha kian dilanda rasa bingung. Pria itu menggendong Gayatri untuk masuk ke rumah dan mulai mendudukkan Gayatri di sofa rumahnya. Pria itu membiarkan Gayatri menghabiskan tangisannya.

"Om ... bapak," ucap Gayatri di sela-sela tangisannya. Tidak ada kata lain selain dua kata itu. Ia terus menyebut nama Adji membuat Nugra segera mencari tahu tentang hal yang terjadi.

Nugraha terkejut manakala ia mendapatkan informasi bila rumah kediaman Adji Sulaiman, senior sekaligus atasannya telah hangus terbakar. AKBP Adji dan keluarganya tewas dalam lalapan api. Nugraha terdiam ditempatnya. Pandangannya pun tertuju pada gadis kecil yang berlari dan menangis ke arahnya tadi.

Nugraha segera merengkuh tubuh Gayatri dan mendekapnya erat.

"Kamu nggak perlu khawatir, Aya. Aya aman sama om."

______________________

Hai teman-teman pembaca tercinca huhu ak udah lama banget ternyata, ya, nggak up cerita di Wattpad. Ada yang rindu? Hehehe ....

Aku tuh, lagi suka banget sama cerita-cerita bergenre thriller. Pembunuhan dan pemecahan kasus, ya mirip-mirip Galvaska gitu, deh. Cuma kali ini aku mau main sama Polisi aja. Tentaranya simpen dulu, ya 😊

Jadi, cerita ini fiksi ya, teman-teman nggak ada unsur dan maksud apa-apa atau kalau nanti nemuin yang sesuai sama kenyataannya di negara kita, ya, itu kebetulan aja. (Kebetulan sengaja dimasukin wkwkwkwk)

Aku pernah up Gayatri di aplikasi lain, buat yang dulu udah pernah baca, yuk jangan di skip karena full beda. Full revisi. Jalan ceritanya aku ganti. Jadi, semoga suka dengan karya Thrillerku ini, ya. Jangan muluk-muluk ekspektasinya karena aku cuma penulis thriller amatiran 😁😁

Selamat membaca. Kalau mau pencet bintang boleh, aku nggak maksa. Kalau mau komen boleh, aku juga nggak maksa, tapi harap yang santun, ya. Mau temu kangen di komen boleh banget. Atau misal nemuin typo dan mau koreksi, bisa juga langsung tulis di komentar.

Jadi, mau tahu nasib Gayatri selanjutnya? YA / TIDAK ?

GAYATRIWhere stories live. Discover now