....🚩bagian lima puluh lima : kekasih rahasia Olivia🚩....

Start from the beginning
                                        

Tunggu, Selena memang tau. Hanya saja ia curiga kalau perempuan yang Edbert maksud ketika dipekan raya itu adalah Olivia. Kecurigaan Selena kian bertambah ketika mendapati Anastasia yang tengah mengamuk dengan seseorang di seberang telepon, sampai akhirnya nama Olivia keluar dalam kalimat bernada sarkatisnya. Jangan lupa juga dengan Edbert yang secara tak langsung membenarkan pertanyaan Selena, jadi jangan bilang kalau Olivia adalah kekasih Alan. Karena jika itu benar Selena bisa bermain-main dengan perempuan itu dan mengurungkan rencana pelariannya untuk sementara waktu.

Selena mengukir senyum, lantas menggeleng "Tentu saja aku ingat!" kilahnya semangat.

"Tapi aku lupa siapa nama kekasih Olivia itu, apa kalian tau siapa?" Selena menambahkan.

"Kalau soal itu... apa kau ingat Giselle?"

Tatapan mata Astrid dan Selena kini teralihkan pada Giselle yang duduk tepat menghadap keduanya.

Giselle sempat mengetuk dagunya sambil berpikir sejenak "Eumm.... kalau tidak salah namanya adalah Alan,"

Sekakmat

Benar dugaan Selena. Ada sesuatu antara Anastasia, Alan dan juga Olivia, terbukti dari sikap Anastasia yang terlihat sangat marah. Jadi bisa dipastikan kalau tadi Anastasia hendak meminta bantuan atau mungkin memastikan kenapa Alan gagal membunuh Selena dan juga Austin, namun diluar dugaan justru Olivia yang mengangkat panggilan itu. Ditambah sepertinya sikap manipulatif Olivia lebih kuat dari Anastasia, karena itu Anastasia dibuat ketakutan bila suatu hari nanti Olivia benar-benar merebut posisinya di dalam hidup Alan.

Bener juga, Alan mau sama Anastasia cuma karena mata Viona.

Disisi lain Anastasia paham kalo dia bukan apa-apa disini, karena perlahan posisi gue udah ada diatas dia.

Jadi kalo Alan nggak bisa membunuh gue, plus Olivia berhasil bikin Alan berpaling ke dia. Bisa dipastikan hidup Anastasia bakal kelar, karena itu dia marah banget pas tau Olivia yang ngangkat telepon Alan.

Pikiran gue bener kan?. Selena membatin, tak lama seringainya mulai terbit.

Bagus, satu persatu kelemahan Anastasia sudah ia kantongi. Jadi selanjutnya ia hanya perlu mencari tau bagaimana cara menggunakan kelemahan itu, dan yang pasti Selena memerlukan bantuan orang yang ahli dalam bidang ini.

Kayanya untuk masalah ini gue bisa minta tolong ke Noah!.





....

Keesokan paginya Selena pergi menemui Noah di kamar pria itu, dan seperti biasa, Noah mengawali paginya dengan setumpuk buku serta secangkir teh jasmine hangat.

"Ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan denganmu, apa kau punya waktu?"

Noah yang tengah duduk didekat jendela dengan buku tebal ditangannya seketika menoleh, pria berkaca mata itu langsung mengukir senyum saat sadar kedatangan Selena di kamarnya.

"Pagi, sudah lama kita tidak bertemu."

Alis Selena terpaut heran "Kita bertemu tadi malam, apa kau lupa?"

Noah diam, tak lama tawanya mengalun. Sambil melepas kaca mata bacanya ia mulai menutup sumber pengetahuannya lalu beranjak menghampiri Selena yang sedari tadi terus memperhatikannya dengan lekat.

"Semalam aku tidur di kamar Edbert, lalu pergi saat diusir. Jadi itu tidak termasuk."

Selena mengibaskan tangannya acuh "Terserah!"

Noah memperhatikan Selena dan ekspresi acuh yang ia pakai, terlihat menggemaskan menurutnya. Bahkan seolah Noah enggan melepas senyum yang sedari tadi ia pasang untuk menemani tatapan indahnya.

PROLOG (TERBIT)Where stories live. Discover now