....🚩bagian enam belas : dongkol setengah mati🚩

42.4K 5K 30
                                    

Pagi ini Selena tengah bersiap-siap karena akan pergi ke kota untuk pertama kalinya. Setiap pelayan maupun pengawal Edbert memang memiliki jatah libur sehari dalam sebulan, dan selama masa libur itu mereka dibebaskan untuk pergi kemana pun.

"Kau sudah siap Selena?"

Selena berguman seraya menganggukkan kepala "Hm!"

"Kalau begitu ayo, taksi kita sudah sampai."

"Iya!"

Selena mengekor di belakang Giselle yang kebetulan mendapat jatah libur yang sama dengan dirinya. Oh iya, hari ini Selena berniat menghabiskan uangnya untuk shopping dan membenahi diri. Selain memperbaiki potongan rambutnya yang tidak beraturan, ia juga berniat membeli ponsel lantaran Selena yang asli tidak pernah memiliki benda penting itu. Berbeda dengan Giselle yang tampil sedikit feminim, kali ini Selena hanya keluar dengan hanya menggunakan T-shirt putih polos dan celana jeans panjang.

Agar penampilannya tidak membosankan ditambah matahari terasa sangat terik pagi ini, ia mengenakan kaca mata hitam yang sedari tadi menggantung diatas pangkal hidungnya. Sebagai sentuhan akhir ia membungkus kakinya dengan sneakers putih dan ransel hitam mungil dibelakang punggungnya.

"Jadi hari ini kau akan membeli ponsel?"

"Yap,"

"Setelah berpikir, ternyata aku sadar kalau ponsel adalah barang yang sangat penting. Dan mungkin aku akan membutuhkan ponsel untuk situasi tertentu," papar Selena tenang.

"Apa ada merek yang kau inginkan?"

"Eumm... kalau masalah itu aku serahkan padamu, kau kan yang paling paham dengan selera dan apa yang aku butuhkan."

Giselle terkekeh sambil menggeleng pelan "Kau ini, padahal kau yang ingin membeli ponsel. Tapi kau malah bersikap pasrah begitu," ujarnya tak habis pikir.

"Hehe, aku kan masih baru dalam hal ini."

"Dasar!"

Keduanya terkekeh bersama, hingga tibalah mereka di taksi yang akan membawa keduanya pergi. Tapi sebelum itu Selena tidak sengaja melihat Edbert dan Carlos yang tengah berbincang didekat mobil pria itu. Saat asik memperhatikan, tanpa diduga Edbert balik menatap Selena, disusul oleh Carlos yang melakukan aksi serupa.

"Pagi tuan Edbert." sapa Selena, tersenyum hangat.

"Hm."

"Tuan Edbert mau pergi ke kantor?"

"Iya."

Selena mangut-mangut, meski kesal tapi sebisa mungkin ia mempertahankan kurva bibirnya.

"Kalau begitu hati-hati di jalan."

"Kau juga."

Selena membelalak mata. Apa barusan ia tak salah dengar? Edbert membalas kata-katanya, ditambah bibir pria itu turut melengkung meski sangat tipis.

Green flag ya?!. Selena memekik girang dalam hati.

Mengangguk senang, Selena bergumam tanda mengiyakan perkataan Edbert.

"Kalau begitu kami permisi." pamit Selena, dan tepat setelah itu ia menyusul Giselle masuk ke dalam taksi.

Selena mengabaikan aku?.

Carlos terperangah. Sejujurnya ia agak terkejut saat Selena secara terang-terangan bertukar sapa dengan Edbert, padahal perempuan itu paling enggan membangun relasi dengan orang-orang baru karena kepribadiannya yang pemalu dan tertutup. Masih diposisi yang sama, Carlos memandangi taksi yang mengangkut Selena. Perlahan taksi itu mulai bergerak tapi entah kenapa Carlos seolah enggan melepaskan ikatan matanya.

PROLOG (TERBIT)Where stories live. Discover now