....🚩bagian empat puluh sembilan : kebodohan yang mendarah daging🚩....

30.1K 4.9K 143
                                    

Begitu melewati pintu keluar kantor polisi, langkah Edbert seketika terhenti dengan kedua kelopak matanya yang terpejam erat. Sebenarnya ketika di mobil tadi mereka sudah diberitahu oleh Noah soal masa lalu Ema, jadi keduanya tak menunjukkan keterkejutan yang berarti diatas wajahnya.

"Dari mana kau mendapatkan foto itu?"

Selena menoleh, ia meraih selembar foto dari dalam tasnya. Tanpa berucap apapun ia lekas memberikan foto itu pada orang yang berhak menerimanya, dan tindakannya berhasil membuat Edbert termenung.

"Target saya adalah anda, Austin, Anastasia, dan juga Carlos." gumam Selena, menatap langit biru diatas mereka.

Kepala Edbert menoleh "Kau juga mengincarku?"

"Awalnya begitu, tapi sekarang saya sudah sadar."

Wajah Selena bergerak turun, dengan seulas senyum tipis ia bersitatap dengan Edbert.

"Tujuan kita hampir sama, dan... anda pernah bilang agar saya tidak perlu ragu untuk memanfaatkan anda bukan?"

Salah satu alis Edbert terangkat "Kau menerima tawaranku?"

"Saya ingin hidup sedikit lebih lama, setidaknya sampai saya bisa menghancurkan Anastasia dengan tangan saya sendiri. Jadi untuk itu saya bersedia menikah dengan anda, saya akan memanfaatkan anda untuk keberlangsungan hidup saya!"

Seringai Edbert tumbuh. Inilah sosok Selena yang ingin ia lihat, perempuan tangguh sekaligus lemah yang berhasil menarik perhatiannya dalam waktu singkat.

"Jadi kau akan menunjukkan sifat aslimu?"

"Kenapa tidak? Saya sudah mendapatkan anda, jadi tidak ada alasan bagi saya untuk berpura-pura baik."

"Kalau begitu kau akan mengikuti permainanku?"

Selena tertawa hambar, lalu lekas menggeleng. Tanpa menurunkan tatapan tajamnya ia mengarahkan telunjuknya diatas dada bidang Edbert, tak lama seringainya muncul.

"Bukan aku, tapi kau yang harus mengikuti permainanku. Karena sekarang adalah waktuku!" ujarnya penuh penekanan.

"Perempuan naif!"

Mengangkat bahu acuh "Begitulah diriku!"

Selena membalik tubuh dan mulai melangkah, meninggalkan Edbert yang sedari tadi menatap punggungnya penuh kekagumam.

"Ayo, ada 18 tahanan lain yang harus kita kunjungi hari ini!"

"Sesuai permintaan calon istriku!"

Edbert ikut melangkah, sesampainya di mobil ia segera membukakan pintu untuk Selena kemudian membiarkannya masuk. Setelahnya barulah ia berjalan mengitari kap depan mobil sport kesayangannya itu, lalu mulai menjatuhkan pantatnya dibelakang pintu kemudi. Didetik itu pula mobil mewah itu melaju cepat ke tujuan berikutnya.

"Kau punya foto Alan?"

"Ada."

Edbert menyerahkan tablet yang sedari tadi berada diatas dashboard mobil, kemudian menyerahkannya pada Selena. Setelahnya ia membiarkan perempuan itu mengambil alih segalanya.

"Dia cukup tampan," komentar Selena, membuat cekalan Edbert pada stirnya kian menguat.

"Coba katakan lagi!"

Selena menatap wajah Edbert, lalu beralih pada urat tangan dan berakhir pada jemari kokoh pria itu. Tak lama kekehan kecilnya meluncur.

"Kenapa? Kau ingin membunuhku?" tantangnya.

"Jika itu diperlukan!"

"Kalau begitu lakukan!"

Cit

PROLOG (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang