....🚩bagian lima puluh empat : bualan alfa🚩....

29.5K 4.6K 133
                                    

"A... aku harus meminta bantuan Alan!"

Anastasia mengeluarkan ponselnya dan mulai mencari nama Alan dalam kontak, setelah menemukannya ia lekas menekan tombol hijau. Begitu nada dering terdengar ia segera menempelkan benda pipih itu keatas telinganya, namun sial Alan tak kunjung menjawab panggilannya. Anastasia yang uring-uringan tanpa sadar mulai menggigiti kuku jarinya dengan gelisah.

"Ayo angkat, sialan!" desisnya.

Satu panggilan terlewat, membuat Anastasia melempar sumpah serapah sambil kembali menghubungi nomor yang sama.

"Angkat atau aku akan..."

Nada dering terputus, tanda kalau panggilan Anastasia diterima oleh si empunya nomor. Dengan senyum mengembang Anastasia mulai berbicara, tapi senyumnya mendadak lenyap ketika sadar bahwa bukan Alan yang menerima panggilannya, melainkan orang lain. Orang yang berusaha mencuri posisi Anastasia di mansion, organisasi bahkan juga kehidupan Alan.

"Kenapa kau yang mengangkat teleponku, dimana Alan huh?!"

"Kenapa?" jawab perempuan diseberang sana, santai namun memantik amarah Anastasia.

"Apa dari dulu kau memang tidak punya etika Anastasia?"

"Apa maksudmu?!"

Berdecak pelan "Aku tau Alan menyanjungmu karena mata sialan itu, dan dia bahkan memberimu kebebasan untuk menghubunginya kapan saja. Tapi sungguh? Tengah malam?!" ujarnya dengan nada merendahkan.

Ingin rasanya Anastasia membalas kata-kata sarkatis itu, hanya saja dirinya kalah cepat. Jadi sekali lagi Anastasia harus mendengar kalimat yang begitu merendahkan dari mulut perempuan, yang bahkan tidak ada apa-apanya di mata Alan.

"Walaupun kau dianggap sebagai 'prioritas', harusnya kau tau kapan waktu yang tepat untuk menelepon seseorang!"

"CUKUP!" sentak Anastasia tak tahan lagi.

"AKU BILANG DIMANA ALAN!"

Mendesis kecil "Lihat nada bicaramu itu, beraninya kau meninggikan suara padaku!"

Anastasia ikut berdecih sinis "TUTUP MULUT SOK SUCIMU ITU, AKU TANYA DIMANA ALAN!"

"Aku? Bukankah kau yang selama ini bermain seolah-olah kau adalah orang paling suci di mansion Ryder?" ujar perempuan itu dengan nada merendahkan.

"TUTUP MULUTMU!"

Anastasia benar-benar marah sekarang, terlebih karena tawa dari seberang telepon yang serasa mencemooh dirinya.

"Apa kau sadar kalau apa yang kau lakukan hari ini merupakan sebuah kebodohan?"

"Padahal kau tau Alan sedang sakit keras, tapi kau tetap mengirimnya untuk membunuh Selena. Apa kau tau apa yang terjadi pada Alan karena harus berurusan dengan Edbert, sementara kondisinya sangat tidak memungkinkan?"

Gigi Anastasia bergemelatuk dengan tangannya yang terkepal menahan emosi "KAU PIKIR SIAPA DIRIMU, HAH?!"

"KAU HANYA PELAYAN ALAN, JADI KAU TIDAK BERHAK..."

"Setidaknya aku tidak hidup dalam bayang-bayang Viona, dan hanya menjadi budak sex Alan!"

Sesaat mulut Anastasia terasa kaku. Amarahnya kian menggebu karena lontaran kalimat penuh penghinaan yang ditujukan padanya, padahal selama didepan Alan perempuan itu selalu bersikap hormat padanya. Meski Anastasia sering mendapatinya melempar tatapan benci, namun hanya sebatas itu saja. Tapi lihatlah sekarang, perempuan pungut itu sudah berani meninggikan nada bicara bahkan juga menghinanya dengan kata-kata kasar.

PROLOG (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang