....🚩bagian lima puluh : amarah sang alfa🚩....

31.5K 4.7K 99
                                    

Selama beberapa hari Selena benar-benar memusatkan perhatiannya pada seni olah tubuh, entah itu dengan memanah dan berkuda bersama Edbert, maupun menembak bersama Austin. Semua ia lakukan agar lebih siap ketika berhadapan dengan musuh-musuhnya. Kalau berbicara tentang para pria, Selena tidak perlu ambil pusing lagi. Seperti yang pernah ia katakan, novel yang dirinya tempati termasuk dalam novel murahan.

Kenapa dia berkata begitu, selain pemainnya yang mudah dikelabui. Mereka juga mudah dimanfaatkan ketika inti perasaannya diusik, contoh nyatanya adalah Austin dan Carlos yang belakangan makin gencar mendekatinya. Sementara Edbert dan Noah adalah tokoh terkuat yang tetap pada pendirian mereka, meski sang pengarang terkadang membuat otak keduanya sedikit kosong.

Soal hasil tes DNA sendiri baru keluar hari ini, dan demi mencegah kebocoran informasi. Edbert sendiri yang mengambil dan membuat skenario untuk kepergiannya, dengan begitu ia mampu mengelabui mata-mata Alan yang mungkin terselip diantara pelayan maupun pengawalnya.

Dor

Dor

Dor

Tanpa sekalipun memutus fokusnya pada titik merah diatas papan, tangan Selena yang dilapisi sepasang sarung tangan terus melontarkan timah panas dari dalam pistol yang digenggamnya. Hasilnya ia mampu mengenai target utama meski beberapa timah itu melenceng dan mengenai lingkaran diluar warna merah.

Begitu isi pistolnya termakan habis, Selena bergerak cepat mengisinya dengan yang baru. Dan masih dengan fokus yang sama, dengan cepat ia mengarahkan lubang pistol ke titik merah didepannya. Pelatuk ditarik hingga timah panas kembali berhamburan dan menghancurkan apapun yang menjadi landasannya, bahkan bunyinya terdengar hingga radius beberapa meter dari lokasi.

Dor

Dor

Dor

Timah terakhir sudah Selena buang, dan hasilnya cukup memuaskan. Latihan yang ia lakukan ternyata membuahkan hasil yang lumayan bagus, kemampuannya juga sedikit meningkat dari pada yang sebelumnya. Meski untuk meraih hal itu waktu istirahatnya harus sedikit di kurangi, namun bagi Selena itu bukanlah masalah besar selagi ia tidak berpangku tangan sembari menunggu ajalnya datang.

"Anda sudah selesai nona?"

Selena melepas kaca mata juga sarung tangan yang ia gunakan, kemudian berbalik dan dengan wajah dingin kebanggaannya ia bergumam kecil.

"Hm."

Austin memperhatikan objek bidikan Selena, kemudian mengangguk pelan.

"Semakin hari kemampuan anda semakin meningkat, dan itu adalah hal yang bagus. Mungkin dimana depan nona bisa melampaui saya," ucapnya dengan senyum hangat.

Sorry aja, target gue bukan lo. Gue pengin melampaui Edbert, tokoh utama sekaligus alfa dalam cerita ini!.

"Saya harap begitu." balas Selena sekenanya.

" Oh iya apa hari ini nona sedang sibuk?"

Selena meletakkan sarung tangan yang sedari tadi digenggamnya ke atas meja, dimana pistol dan kaca matanya sudah lebih dahulu diistirahatkan.

"Apa ada masalah?" tanyanya begitu tubuhnya benar-benar menghadap Austin.

Austin menggelengkan kepala "Rencananya malam ini saya ingin mengajak nona keluar, saya dengar nanti malam ada pekan raya dikota. Jadi... kalau nona tidak keberatan saya ingin mengajak nona pergi ke pekan raya itu."

Selena nampak menimang sejenak. Sebenarnya ia malas jika harus berurusan dengan Austin, tapi tak ada salahnya bermain-main. Tidak, Selena tidak akan pernah mempermainkan perasaan Austin mengingat dirinya pernah menaruh rasa pada pria itu. Namun tujuan sebenarnya adalah mempermainkan Anastasia, mengingat besok adalah hari libur nasional dan Edbert membiarkan para pelayan maupun pengawalnya untuk mengambil cuti. Jadi Selena berani meyakinkan hati kalau Anastasia akan mengajak Austin maupun Carlos ke pekan raya itu.

PROLOG (TERBIT)Where stories live. Discover now