....🚩bagian delapan : paviliun para pengawal🚩...

51.2K 6.9K 47
                                    

Kaki Selena terus melangkah tanpa arah. Entah sudah berapa lama ia pergi menyusuri halaman mansion Ryder yang ternyata luasnya melebihi lapangan sepak bola, bahkan rasanya kaki Selena seolah mati rasa karenanya. Meski begitu ia tak berniat berhenti lantaran netranya seakan dibius oleh rimbunnya pepohonan yang membungkus area mansion, ditambah hembusan angin yang menyapu dedaunan hijau itu.

Semakin jauh Selena berkeliling, ia menemukan beberapa tempat yang belum pernah disinggahi sebelumnya. Sampai akhirnya ia melihat beberapa pria yang sedang berlatih menembak hingga mengolah tubuh entah dengan berlari atau bahkan push up. Selena berdecak takjub, bukan karena para pria dewasa itu bertelanjang dada dan memamerkan otot tubuh mereka.

Ah baiklah, Selena berbohong. Ia memang takjub karena bentuk tubuh mereka, apa lagi ini kali pertama ia melihat lekukan sesempurna itu tercetak diatas tubuh seorang pria. Belum lagi keringat yang mengalir diatas kulit tubuh mereka seolah bersinar dibawah terik matahari, bahkan tanpa sadar pipi Selena sempat bersemu.

"Nona?"

"I... iya?!"

Selena tergeragap saat melihat seorang pria dewasa dengan T-shirt hitam polos berdiri didepannya.

"Anda baik-baik saja?"

Selena mengerjap polos "Apanya?"

"Hah?"

Baik Selena, maupun pria didepannya terperangah bingung. Baru didetik ketiga pria itu tertawa kecil. Awalnya Selena merasa malu, tapi selanjutnya ia dibuat kagum ketika sepasang iris hazel itu terpejam guna membentuk bulan sabit. Bahkan tawanya yang halus dan tenang membuat sebuah lesung pipi menyembul keluar dari wajah tampan itu.

"Waw," kagum Selena tanpa sadar.

Pria itu berdeham "Maaf atas ketidak sopanan saya, saya tidak bermaksud mentertawakan nona. Jadi saya harap nona tidak salah paham,"

"Ah Selena."

"Selena?" beo pria itu tak paham.

Selena bergumam "Selena Martinez, itu nama saya."

"Ah saya paham, kalau begitu izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Austin Izaac,"

"Ngomong-ngomong apa yang membawa nona kemari? Tempat ini jauh dari mansion utama maupun paviliun, apa ada masalah?"

Selena menggeleng cepat "Ti... tidak, saya hanya tersesat."

"Anda baru disini?"

"Tidak, ah maksud saya entahlah."

Diam-diam Selena melirik pria didepannya, dan sesuai dugaan, pria itu terlihat kebingungan karena perkataannya.

Lo kok goblok banget sih?!. Rutuk Selena dalam hati.

"Begini, menurut teman sekamar saya, saya mengalami amnesia karena saya tidak bisa mengingat apapun."

"Karena itu anda tersesat?"

"Iya, begitulah."

"Oh iya, mereka siapa?" tambah Selena, menunjuk beberapa pria yang kembali berkutat dengan aktivitas mereka.

"Mereka teman-teman saya,"

"Teman-teman?"

"Iya."

"Kalian juga bekerja disini?"

"Kami pengawal tuan Edbert, dan saya yang bertugas mengawasi dan melatih mereka."

Alis Selena bertaut "Mengawasi dan melatih? Maksudnya anda kepala pengawal?"

"Haha, ternyata pekerjaan saya terlalu mudah ditebak. Mungkin karena luka diwajah saya,"

"Luk..."

Selena terperangah. Bisa-bisanya ia tak menyadari bahwa ada bekas luka cukup besar di pipi kanan Austin, dan kalau diperhatikan lebih lanjut, sepertinya itu bekas senjata tajam. Meski luka di wajah Austin lumayan besar, tapi pesona dan wibawanya tak berkurang secuilpun.

PROLOG (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang