...🚩bagian dua : drama kamar kosong🚩...

73.4K 8.7K 75
                                    

Keesokan paginya Selena mencoba berbaur dengan kehidupan barunya. Ia coba menerima kenyataan soal kematian tubuh alisnya, meski sejujurnya ia tak tau apa tubuh alisnya memang sudah meninggalkan dunia. Tapi ayolah, jika dia memang masih hidup, mana mungkin jiwanya bertransmigrasi ke dalam novel.

Selena mendesah berat sambil memandangi para pelayan yang sibuk menyiapkan pesta, masing-masing dari mereka sibuk dengan tugas yang ada. Tidak ada yang mempedulikan Selena disana, seolah dirinya memang tak berada ditengah keramaian itu. Sejak menginjakkan kaki di ruangan besar nan mewah itu, Selena hanya diam mematung.

Tak ada yang memberitahu apa pekerjaan atau apa yang harus Selena lakukan, seakan otak mereka sudah terprogram seperti itu. Jadilah Sabrina hanya mematung seolah ia adalah figura rongsokkan ditengah gemerlap dunia.

"Selena,"

Selena terperanjat, ia menoleh pada seorang perempuan dengan pakaian persis seperti dirinya. Perempuan yang diperkirakan sedikit lebih tua dari Selena itu memiliki wajah cantik, serta sepasang iris hijau zambrut yang terlihat menyimpan banyak misteri. Rambut panjangnya dikepang lalu di larikan ke bahu indahnya.

Sesaat Selena dibuat tertegun, pesona perempuan itu seolah menyihir dirinya. Jika secantik dan sesempurna itu, Selena yakin perempuan yang kini sudah berada didepannya sangat pantas disematkan sebagai tokoh utama dalam novel.

"Ya?"

Perempuan itu tersenyum tipis, namun Selena lebih melihatnya seperti sebuah olokkan.

"Kau tidak bekerja?"

Selena bergumam "Tidak ada yang memberitahu pekerjaan apa yang harus aku lakukan."

"Benarkah?"

"Tapi... seingatku kepala pelayan sudah membagi pekerjaan untuk kita semua, apa kau lupa dengan tugasmu?" tambahnya.

"Bisa dibilang begitu." Selena membalas, tak lupa memberikan senyum kaku diatas wajahnya.

"Ah seperti itu,"

Perempuan didepan Selena sempat menggigit kuku ibu jarinya sebentar seolah tengah berpikir, sebelum sebuah senyum terbit.

"Begini saja, kebetulan ada pekerjaan yang sesuai denganmu."

"Sesuai?" Selena membeo.

"Iya, ayo ikut denganku!"

Tangan Selena dicegat lalu ditarik pergi. Sabrina memang tidak melawan, tapi dadanya mengatakan bahwa ada yang salah dengan perempuan didepannya.

"Nah,"

Tangan Selena baru dibebaskan ketika mereka sampai didepan kamar yang terlihat suram, bahkan posisinya sedikit terpencil dari ruangan lain. Dan Selena bisa menebak jika kamar itu menyimpan banyak rahasia, seperti kebanyakan novel yang di cetak di pasaran. Kemungkinan jika Selena masuk ke dalam, ajalnya akan datang lebih cepat dari yang seharusnya.

"Berhubung malam ini akan ada banyak tamu yang datang ke mansion, jadi kau yang bertugas untuk membersihkan kamar ini. Pastikan kau membersihkan semua yang ada didalam, mengerti?"

Selena memperhatikan wajah cantik itu dengan alis berkerut. Mungkin orang awam akan menganggap jika perkataan perempuan didepannya sangat manis dan lembut, apa lagi karena tambahan senyum menawan dari si empunya. Tapi Selena justru merasakan hal yang berbeda. Meski terlihat manis tapi ia sadar jika perkataan yang di tunjukan padanya memiliki maksud lain, bahkan telinganya mampu menangkap nada merendahkan meski setipis helaian benang.

PROLOG (TERBIT)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα